Mohammad Nuh dan Cerita di Balik Sukses Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama
Saat pembahasan tata tertib sempat panas. Mengapa?
Iya benar. Begitu panas, saya skors. Perwakilan dua kubu tadi saya panggil. Saya minta pertanggungjawaban. Kan kami sudah sepakat sebelumnya, kok masih ada yang protes. Itu cukup efektif meredam suasana. Saat sesi kedua, saya tampilkan foto-foto suasana ketegangan yang beredar di media. Saya ingatkan bahwa muktamar jadi perhatian dunia. Hanya gara-gara 4-5 orang, yang kena seluruh warga NU. Alhamdulillah muktamairin menyadari. Sesi kedua relatif lancar.
Perdebatan apa yang sempat mengemuka?
Ada usulan bila ada kandidat yang mendapat dukungan 50 persen plus 1 suara pada masa pencalonan langsung ditetapkan sebagai pemenang. Lama perdebatan soal ini. Saya jelaskan bahwa aturannya, pencalonan sah bila didukung minimal 99 suara. Perdebatan saya biarkan untuk menyadarkan muktamirin. Alhamdulillah pukul 23.30 pembahasan tata tertib selesai.
MOHAMMAD NUH saat memimpin sidang pemilihan ketua umum PB NU di Unila. (PP Tebuireng)
Seluruh rapat pleno dipimpin langsung oleh SC?
Untuk pleno krusial kami pegang sendiri. Saya, KH Asrorun Niam Sholeh, Nadirsyah Hosen, Masduki Baidlowi, Abdullah Muhdi, dan Masykuri Abdillah. Kalau sidang komisi kami lepas.
Mengapa sidang pleno pemilihan ketua umum dipindah ke Bandar Lampung?
Waktunya mepet. Lokasi di Lampung Tengah terlalu jauh. Masih 1 jam dari pintu tol. Makanya dipindah ke Bandar Lampung. Tempat diserahkan ke panitia. Kami putuskan di Universitas Lampung (Unila) karena lebih netral.
Soal Sandal yang tertukar, bagaimana ending-nya?
Ha..ha..saya tidak memperhatikan bagaimana akhirnya itu. Masih menjadi misteri. (Tomy C. Gutomo)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: