Mohammad Nuh dan Cerita di Balik Sukses Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama
Seberapa keras kontestasi terjadi?
Ini kan yang berkontestasi adalah elite NU sendiri. Ini yang tidak mudah. Sama-sama kuat. Beda kalau yang berkontestasi salah satunya bukan elite. Itu akan lebih mudah disetukan.
KETUA SC Muktamar ke-34 NU Mohammad Nuh (NU Online)
Bagaimana akhirnya waktu pelaksanaan disepakati?
Situasi berubah setelah PPKM dicabut. Kami sempat memutuskan ikut keputusan Munas dan Konbes Alim Ulama bahwa muktamar 23-25 Desember. Tapi dari diskusi, rasanya NU sebagai pendekar toleransi kok tidak pas menggelar acara saat saudara kita merayakan hari besar. Saya akhirnya konsultasi dengan BPNB. Kemudian BNPB memberi rekomendasi pelaksanaan muktamar pada 22-23 Desember.
Soal tempat juga jadi perdebatan?
Iya betul. Pondok Pesantren Darussadah (lokasi pembukaan) di Lampung Tengah, diidentikkan sebagai simbol KH Said Aqil Siroj. Sementara UIN Raden Intan diidentikkan dengan simbol KH Yahya Cholil Staquf.
Sebelum muktamar, ada upaya mengajak dialog kedua kubu?
Saya minta Gus Yahya dan Kiai Sadi menunjuk tim lobi. SC melakukan beberapa kali pertemuan dengan perwakilan kandidat. Saya bilang, tugas Anda bukan sekadar memenangkan calon panjenengan. Lebih dari itu, menyukseskan muktamar. Dalam pertemuan itu kami buat list perbedaan apa saja yang ada dari para kandidat. Sebagian besar bisa dicarikan solusi.
Apa aja perbedaan yang mengemuka?
Misalnya tentang kepesertaan. Ada PW NU dan PC NU yang statusnya masih abu-abu. Ada yang menghendaki itu sah sebagai peserta dan punya hak suara. Kubu satunya menolak mereka jadi peserta. Ada sekitar 39 wilayah/cabang seperti itu. Akhirnya disepakati, kalau selisih suara nanti kecil (kurang dari 39 suara) nanti dicari solusinya. Tapi kalau selisih suara besar, ya diabaikan. Ternyata saat pemilihan, selisih suara lebih dari 100 suara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: