Pre-Launching Disway National Network Bersama Menko Luhut B. Pandjaitan (1)
Pimpinan media grup Disway yang tergabung dalam Disway National Network (DNN) kemarin bertemu secara virtual dengan Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Ada 220 pimpinan media dari 200 media. Membahas prospek ekonomi Indonesia 2030.
---
FOUNDER Harian Disway Dahlan Iskan masih ingat bagaimana komentar miring terkait pembangunan smelter nikel di Morowali, Sulawesi Tengah. Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan di-bully habis-habisan saat itu.
“Pak Luhut namanya hancur lebur saat memulai smelter di Morowali. Tapi sekarang dipuji luar biasa karena menghasilkan,” ujar Dahlan yang menemui Luhut di kantor Kemenko Marves kemarin (10/1). Mantan Menteri BUMN itu juga mengajak 220 direktur utama, hingga pimpinan redaksi dari hampir 200 media. Pertemuan itu juga menandakan pre-launching Disway National Network (DNN).
Kalau para pimpinan media bertemu secara virtual, Founder Disway Dahlan Iskan, Direktur Harian Disway Tomy C. Gutomo, dan Direktur Keuangan Harian Disway Annie Wong menemani Luhut di kantor Kemenko Marves di Jakarta.
Kebijakan hilirisasi nikel menjadi produk besi dan baja memang menjadi tumpuan baru ekspor Indonesia. Angkanya meningkat tiga tahun terakhir. Pada 2018 nama Indonesia tidak masuk 20 besar negara pengekspor besi dan baja dunia. Tiba-tiba pada 2021 jadi peringkat 6.
Dahlan melihat, Luhut berhasil memecahkan persoalan pelik soal ekspor tambang. Selama puluhan tahun Indonesia lebih banyak mengekspor barang mentah. Yang ironisnya setelah diolah oleh negara lain, produk olahan tambang itu malah dibeli lagi sebagai komoditas impor.
“Data Bank Indonesia menunjukkan bahwa ekspor logam menyeimbangkan neraca perdagangan kita,” lanjut Dahlan. Ia sempat heran karena produk logam tidak pernah jadi andalan.
STAF KHUSUS Menko Kemaritiman dan Investasi M. Firman Hidayat (tiga dari kiri) memaparkan program hilirisasi nikel.(Foto: Kemenko Marves)
Luhut tersenyum mendengar penjelasan Dahlan. Namun ia menghibahkan apresiasi itu ke timnya yang banyak diisi anak muda. Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Septian Hario Seto dan Staf Khusus M. Firman Hidayat. “Saya minta anak muda memang. Mereka tanggung jawab lah untuk generasinya,” kata Luhut.
Luhut melibatkan 22 anak muda dalam tim intinya. Seto dan Firman menjadi andalannya. Merekalah yang memaparkan transformasi ekonomi Indonesia ke Presiden Jokowi di Bogor belum lama ini. Hasil paparan itu juga ditunjukkan ke Dahlan Iskan dan pimpinan media grup Disway kemarin.
Luhut mengatakan momentum hilirisasi terjadi pada 2014. Itulah tahun pembangunan smelter nikel di Morowali. Ia membandingkan produk ekspor Indonesia dengan Malaysia 2014. Di era Orde Baru andalan Malaysia dan Indonesia sama. Sama-sama pengekspor karet.
Namun pada 2014 Malaysia sudah jauh melesat. Ekspor tertinggi mereka adalah electronics integrated circuits (EIC) yang angkanya mencapai 16,32 persen dari total ekspor. Sementara Indonesia masih bermain di batu bara dan minyak sawit.
Saat smelter baru dibangun, nilai ekspor besi dan baja masih USD 1 miliar. Peningkatan mulai terasa pada 2017 angkanya naik menjadi USD 6 miliar. “Tahun kemarin (2021) sudah sampai 21 miliar dolar,” ujar Luhut.
Sekarang ekspor Indonesia didominasi produk turunan dari bijih nikel. Yakni carbon steel dan stainless steel. Produk itu masih bisa diolah lagi dengan nilai tambah lebih tinggi. Karena itulah luhut melihat hilirisasi nikel dan produk tambang lainnya bakal menjadi andalan Indonesia.
Indonesia mencetak rekor ekspor pada 2021. Nilainya mencapai USD 229 miliar. Rekornya memecahkan puncak ekspor tertinggi sebelumnya pada 2011 yang mencapai USD 203 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: