KRI dr Wahidin Sudirohusodo 991, RS Terapung TNI-AL Karya Anak Bangsa

KRI dr Wahidin Sudirohusodo 991, RS Terapung TNI-AL Karya Anak Bangsa

TNI Angkatan Laut (AL) punya rumah sakit (RS) terapung baru. Tepatnya disebut bantuan rumah sakit (BRS). Kalau disetarakan dengan RS pada umumnya, BRS ini masuk kategori RS tipe C. Kapal itu diberi nama KRI dr Wahidin Sudirohusodo 991. Peralatan medis dalam kapal tersebut sangat lengkap.

Malah lebih lengkap dari dua rumah sakit terapung milik TNI-AL sebelumnya. Yaitu, KRI dr Soeharso 990 dan KRI Semarang. Dua KRI tersebut berdinas di Koarmada 2 Surabaya. KRI Soeharso dan KRI Semarang bukan buatan tanah air. Sebaliknya, KRI dr Wahidin Sudirohusodo 991 murni karya anak dalam negeri.

PT PAL Indonesia yang membuatnya. Pembangunan dilakukan selama 32 bulan. Menghabiskan anggaran Rp 764 miliar. Tapi, itu tidak hanya pembuatan kapal. Tetapi, termasuk alat kesehatan. Sampai pada pelatihan awak kapal. Pun, perusahaan BUMN tersebut memberikan garansi hingga setahun.

Teknologi peralatan kesehatan yang ada di KRI dr Wahidin Sudirohusodo 991 itu sudah sangat canggih. Alat periksa kehamilan, misalnya. Di kapal tersebut sudah dipakai USG 4 dimensi.

”Bahkan memiliki dua kapal ambulans dan kapal kecil untuk membantu mengambil pasien ketika kapal ini tidak bisa sandar ke pelabuhan dangkal,” kata Direktur Produksi PT PAL Indonesia (Persero) Iqbal Fikri saat ditemui di KRI dr Wahidin Sudirohusodo 991 kemarin.

Interior kapal juga memanfaatkan produk dalam negeri. Mulai tempat tidur pasien, meja, kursi, hingga peralatan lainnya. ”Kalau peralatan kesehatan ada yang kami beli dari luar. Tapi, paling banyak dalam kapal ini, kami menggunakan produk lokal,” tambahnya.

Hanya, karena diperuntukkan BRS, KRI dr Wahidin Sudirohusodo tidak dipersenjatai. Kalau dari spesifikasinya, kapal baru milik TNI-AL itu bisa membawa 163 kru kapal, 69 tenaga kesehatan, dan sekitar 242 pasien.

Tapi, kalau dalam kondisi terdesak, beberapa tempat dalam kapal itu bisa dialihfungsikan. Misalnya, hanggar helikopter dan main deck. ”Ya, jadi dalam keadaan darurat, tinggal dirikan tenda saja. Lalu, pasang tempat tidur. Kalau 242 itu fasilitas pasien dengan kasur, slang oksigen, dan peralatan lainnya,” bebernya.

Kapal itu memiliki panjang 124 meter dan lebar 21,8 meter. Berat benaman KRI itu mencapai 7.290 ton. Kapal tersebut dapat melaju hingga 22 knot. Bahkan, kapal BRS itu dapat berlayar hingga 30 hari atau 10.000 mil laut tanpa berhenti. Dengan dibekali dua mesin kapal.

Fasilitas kesehatan dalam kapal tersebut sudah sangat lengkap. Mulai ruang ICU, ruang persiapan operasi, hingga ruang operasi yang ada lima. Dua UGD. Salah satu UGD tembus ke hanggar helikopter. Hanggar itu juga sanggup menampung tiga helikopter. Juga, ada ruang bersalin dan ruang bayi.

Selain itu, ada delapan poliklinik, ruang radiologi, dan ruang isolasi. Ruangan itu didesain untuk mengisolasi pasien yang menderita penyakit menular. Juga, ada dua kamar mayat. Satu ruangan dapat menampung sampai 45 pasien dan tim medis sampai 60 orang.

Di kapal tersebut juga terdapat ruang VVIP. Itu bisa digunakan sebagai tempat istirahat presiden, kepala staf Angkatan Laut, atau panglima TNI ketika berada di kapal tersebut. Dilengkapi juga beberapa ruang rapat.

KEPALA Departemen Bahari KRI dr Wahidin Sudirohusodo 991 Mayor Laut (P) Yosua Sabar Panjaitan (kiri) saat memperlihatkan

ruang operasi yang ada dalam kapal. (Michael Fredy Yacob)

KRI dr Wahidin Sudirohusodo 991 akan ditugaskan di Koarmada 3. Saat ini masih ada BRS yang sedang dalam proses pembuatan. Ia menargetkan akhir tahun kapal tersebut diserahterimakan kepada TNI-AL. Kapal tersebut bakal ditugaskan di Koarmada 1 Jakarta.

Sementara itu, Kepala Departemen Bahari KRI dr Wahidin Sudirohusodo 991 Mayor Laut (P) Yosua Sabar Panjaitan menambahkan, ruang kemudi kapal (anjungan kapal) juga memiliki banyak teknologi baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: