Oligarki di Jalan yang Masih Sepi

Oligarki di Jalan yang Masih Sepi

Buktinya, ketimpangan pendapatan dan stratifikasi sosial yang memburuk di AS. Itu indikator oligarki berbasis kekayaan. Antara 1979 dan 2005, pendapatan 1 persen teratas pekerja AS naik 400 persen.

Menurut sebuah studi oleh ilmuwan politik Martin Gilens dan Benjamin Page, Kongres AS meloloskan undang-undang yang menguntungkan 10 persen orang AS terkaya lebih sering daripada langkah-langkah yang menguntungkan 50 persen orang termiskin.

Keunggulan oligarki. Pemerintah bekerja secara efisien. Kekuasaan ditempatkan di tangan beberapa orang yang keahliannya memungkinkan mereka membuat dan menerapkan keputusan dengan cepat.

Dengan cara tersebut, oligarki lebih efisien daripada sistem pemerintahan banyak orang yang harus membuat semua keputusan dalam semua kasus. Jadi lebih rumit.

Kelemahan oligarki. Menimbulkan ketimpangan pendapatan. Para pemain oligarki mengantongi sebagian besar kekayaan negara secara tidak proporsional. 

Oligarki cenderung bersifat klan, bergaul hanya dengan orang-orang yang memiliki nilai yang sama. Sehingga, orang berbakat, tapi jauh dari kekuasaan, tidak dapat kesempatan tampil maksimal.

Di IKN baru, lokasi lahannya kini masih hutan. Di malam hari gelap total. Sedang dibikin jalan-jalan. Tapi, juga semuanya masih gelap di malam hari.

Kalau toh Hashim membangun proyek air bersih di sana, tak ubahnya dengan jualan air isi ulang galon di Jabodetabek. Cuma, dalam skala besar.

Logikanya, mending ia bikin jutaan outlet ”air isi ulang” di Jabodetabek daripada membangun proyek air bersih di hutan.

Pun, seumpama benar bahwa perusahaan besar Arsari Grup membangun proyek air bersih di IKN, tidak ada masalah. Itu gambling keras. Di segmen pasar yang kecil, yakni ASN yang wajib pindah ke sana nanti.

Bandingkan dengan segmen pasar Jabodetabek, yang menurut data Badan Pusat Statistik hasil sensus 2020, populasi Jabodetabek sekitar 30 juta orang.

Mengapa hal tersebut disoal? Sebab, ada penentang kepindahan IKN dari Jakarta ke Kaltim. Sebab, ada permusuhan terus-menerus antara kelompok pro pemerintah dan penentangnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: