Vaksin Merah Putih Punya Daya Netral Tinggi

Vaksin Merah Putih Punya Daya Netral Tinggi

Kepala BPOM Penny Kusumastuti Lukito (ketiga kanan) memberikan keterangan pers didampingi Dirut PT Biotis Pharmaceutical Indonesia FX Sudirman (kiri), Wakil Rektor Bidang Internasionalisasi, Digital dan informasi.-Julian Romadhon-

SURABAYA, HARIAN DISWAY- Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) sudah mengizinkan Vaksin Merah Putih (VMP) lanjut ke uji klinis fase 3. Vaksin buatan anak bangsa itu butuh 4.005 partisipan. Tentu persyaratan tersebut menjadi beban.

Tim peneliti pun menggandeng site penelitian untuk mengumpulkan para partisipan. Di antaranya, RS Unair, Surabaya; RS Saiful Anwar, Malang; RS Paru Jember; dan RS dr Soebandi, Jember. Sebab, selama ini uji klinis hanya diadakan di RSUD dr Soetomo, Surabaya.

VMP saat ini tengah dikembangkan oleh Universitas Airlangga dan PT Biotis Pharmaceutical Indonesia. Inilah satu-satunya vaksin yang murni buatan anak bangsa dan berhasil lolos ke fase 3. ”Karena sejak pengembangan tahap awal, kami memakai virus SARS CoV-2 yang diambil langsung dari pasien Covid di Surabaya,” ungkap Ketua Tim Peneliti VMP Prof Fedik Abdul Rantam.

Tim peneliti mendapatkan benih virus awal Covid-19. Yakni, strain B1 yang didapat pada Mei 2020. Strain tersebut punya empat jenis protein imunogenitas. Berbeda dengan vaksin lain yang hanya punya satu jenis protein.

Dengan kekayaan jenis protein tersebut, tentu bisa memunculkan kemampuan khusus pada VMP. Setidaknya mampu mengantisipasi perkembangan mutasi berbagai strain virus. Sebab, empat jenis protein itu juga punya daya netral yang tinggi.

Apalagi, mengingat Covid-19 bisa berkembang menjadi 3.084 varian. Maka, dari uji netralisasi dengan beberapa varian, kemampuan VMP masih cukup tinggi. Bisa mencapai lebih dari 80 persen.

Artinya, kelengkapan jenis protein itu menjadi semacam keunggulan bagi VMP. Terutama sebagai vaksin dengan platform inactive virus (virus yang dimatikan). ”Virus itu punya reseptor neuralgin saat menginfeksi saraf manusia. Rreseptor tersebut tidak dimiliki vaksin lain, termasuk protein-protein lain,” terang Fedik.

Menurutnya, benih strain B1 Covid-19 masih ada hingga kini. Terkandung pada strain apa pun hasil mutasi, termasuk Delta maupun Omicron. Namun, varian apa pun yang muncul masih bisa dilawan oleh kemampuan netralisasi VMP.

Itu berdasarkan hasil reactivity uji netralisasi vaksin. Yakni, VMP punya kemampuan untuk menangkap antibodi setiap varian baru. Sudah diuji terhadap Delta dan Omicron. Hasilnya sangat efektif. ”Tapi, jangan diukur jumlah titer antibodinya. Vaksin gak bisa diukur melalui itu. Yang bisa diukur hanya kemampuan netralisasinya,” sambung guru besar virologi Universitas Airlangga itu. 

Titer antibodi sangat bergantung pada kondisi setiap orang. Termasuk memori sel. Keduanya saling terkait. Memori sel bahkan bisa diperbanyak melalui suntikan kedua hingga booster. 

Sebetulnya, kata Fedik, vaksin yang baik itu justru diambil dari virus orisinal. Yang kali pertama muncul. ”Karena virus itu toh juga akan balik lagi siklusnya, tiga tahun atau puluhan tahun lagi,” tandasnya.

Peneliti utama VMP Dominicus Husada mengatakan, tahap uji klinis fase sebelumnya memang belum tuntas. Para partisipan masih perlu kunjungan lagi untuk pemeriksaan lebih lanjut. Namun, tahapan fase 3 dapat dilanjutkan secara paralel.

”Data-data penting sudah kita dapat, semuanya safety,” lanjut Dominic. Baik bagi partisipan yang sempat terpapar Covid-19 maupun yang tidak. Dengan kata lain, fase 1 dan 2 tidak ditemukan isu penting yang perlu diangkat. Tidak ada sesuatu yang mengganggu fase uji klinis.

Pengamatan fase 3 diperkirakan berlangsung selama setahun. Untuk imunogenisitas, bakal diamati selama 6 bulan pertama. Mungkin ada interim analisis seperti fase sebelumnya. Meski tak perlu menunggu ribuan partisipan mendapat suntikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: