Umat Buddha Mahayana PDB Lotus Merayakan Qi Xie

Umat Buddha Mahayana PDB Lotus Merayakan Qi Xie

Suasana peringatan yang terinspirasi dari kisah Dewi Penenun dan penggembala. Bermakna positif tentang cinta kasih dan kesetiaan, nilai-nilai itu memiliki kesesuaian dengan ajaran welas asih dalam agama Buddha. --

Jika dalam tradisi Barat Valentine’s Day diperingati pada 14 Februari, dalam tradisi Tionghoa momen itu disebut Qi Xie. Diperingati saat kalender Imlek saat menunjuk tanggal 7 bulan 7. Tahun ini peringatan itu jatuh pada 4 Agustus 2022.

Perayaan Qi Xie tak lepas dari kisah cinta Dewi Penenun Awan dan seorang gembala. Pada tanggal tersebut, sebagian besar warga Tionghoa dari agama apa pun, merayakannya. Sebagai upaya merawat tradisi leluhur. 

Seperti umat Buddha Mahayana yang tergabung dalam Perkumpulan Doa Bersama (PDB) Lotus, Pandegiling, Surabaya. ”Dalam agama Buddha, sebenarnya tidak ada peringatan itu. Kami hanya melestarikan tradisi saja dengan beribadah,” ujar Purwohadi W Kahar, salah seorang pengurus PDB Lotus. 

Jika menilik inti sari kisah Dewi Penenun dan penggembala, peringatan itu positif karena tentang cinta kasih dan kesetiaan, nilai-nilai itu memiliki kesesuaian dengan ajaran welas asih dalam agama Buddha. ”Spirit itulah yang kami ambil. Dengan kasih dan kesetiaan maka semua mahluk dapat berbahagia,” terangnya. 


Ibadah Qi Xie di PDB Lotus dimulai pukul 7 malam. Dipimpin Banthe Phra Latthilamnao Srisuk dari Thailand. -JULIAN ROMADHON/HARIAN DISWAY-

Ibadah di PDB Lotus dimulai pukul 7 malam. Dipimpin Banthe Phra Latthilamnao Srisuk dari Thailand. Puluhan umat Buddha Mahayana duduk bersila dalam ruangan PDB Lotus, menghadap altar Buddha dan Dewa-Dewi. 

Kitab suci Paritta di tangan masing-masing umat. Mereka mengawalinya dengan membaca ayat Namakkara Patha. Ayat pembuka sebagai ungkapan sujud kepada Sang Buddha. Banthe Lamnao didampingi Purwohadi di sebelah kiri. David di sebelah kanan yang bertugas membunyikan mu yi.

Pembacaan selanjutnya adalah ayat Pubbabhaganamakkara atau Persujudan Pendahuluan. Kemudian umat Buddha Mahayana membaca Pancasila. Yakni lima ayat berisi ajaran kebajikan dan pengendalian diri terhadap hawa nafsu. 

Usai membaca ayat Buddhanussati, semua umat hening sejenak. Mereka menghayati dan merenungkan sosok Buddha sebagai Mahasuci yang telah mencapai penerangan sempurna. Lantas Shanghanussati atau perenungan terhadap Sangha, serta ayat Pernyataan Kebenaran sebagai peneguhan iman. 

”Dalam perayaan Qi Xie, umat membaca sutra Bei Duo Zhen Jing. Sutra tersebut dapat menghilangkan segala kesusahan, penyembuhan terhadap orang sakit maupun masalah-masalah lainnya,” terang pria 67 tahun itu. 

Qi Xie bagi masyarakat Tionghoa adalah perayaan cinta kasih. Dewi Penenun bernama Zhi Nu sekaligus dianggap sebagai Dewi Cinta. Kisah tentang Dewi Penenun dan penggembala itu mirip dengan kisah Jaka Tarub dalam khasanah sastra Jawa.


Puluhan umat Buddha Mahayana duduk bersila dalam ruangan PDB Lotus. Mereka menghadap altar Buddha dan Dewa-Dewi untuk berdoa pada peringatan Qi Xie.

Kisah tersebut diawali dari turunnya tujuh bidadari, atau Qi Xi Niang Niang. Mereka turun ke bumi untuk mencari kesenangan dengan berendam di sebuah danau.

Seorang penggembala bernama Niulang melihat ketujuh bidadari itu. Ia berinisiatif mencuri pakaian mereka dan menunggu apa yang selanjutnya terjadi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: