Mijn Roots Mencari Orang Tua Kandung: Lebih Mirip Wajah Saudi ketimbang Yaman (9)
Abah Dollah berbincang dengan Bob Schellens tentang Kampung Arab Sunan Ampel, Jumat, 5 Agustus 2022.-Fauzan Bachmid for Disway-
Wajah Bob Schellens begitu berbinar ketika mengunjungi kawasan religi Sunan Ampel, Jumat, 5 Agustus 2022. Meski ibu kandungnya belum ketemu, ia merasa sudah pulang. Bob bertemu orang-orang yang memiliki paras wajah sama dengannya.
—
TIDAK afdol rasanya ke Sunan Ampel tanpa membelikan Bob suvenir khas kampung Arab. Lorong pertokoan Ampel menyajikan baju muslim, songkok, tasbih, makanan khas Arab, hingga parfum.
Kami berbelok ke salah satu toko terbesar di tengah lorong. Kami meminta Bob memilih songkok untuk buah tangan. Ia memilih songkok kain dengan warna putih. Ia tak ingin warna gelap. Sayang, tidak ada ukuran yang pas.
Coba lagi songkok abu-abu. Tetap belum ada ukuran yang cocok. Ukuran kepala Bob ternyata besar. Ukuran terbesar yang tersedia mentok di nomor 9. Ia perlu nomor 10. Sampai akhirnya pemilik toko datang membantu. ”Kalau nomor 10 yang ini,” katanya seraya mengambil songkok putih dengan simbol kurma dan pedang.
Bob Schellens berkaca usai memilih songkok dengan lambang pohon kurma dan pedang.-Fauzan Bachmid for Disway-
Simbol negara Arab Saudi. Mantan fotografer Harian Disway Fauzan Bachmid yang juga keturunan Arab langsung menyarankan Bob memakainya.
”Cocok wis. Face-nya memang mirip orang keturunan Saudi,” ujar Fauzan yang keturunan Yaman. Bedanya, ada di dagu dan pipi. Dagu dan pipi Bob lebih lebar. Sedangkan dagu Fauzan lebih runcing. Wajah keturunan Yaman juga lebih lonjong.
Ia lalu mengeluarkan smartphone. Ia tunjukkan salah satu wajah temannya yang keturunan Saudi. Memang lebih mirip dengan Bob.
Untuk lebih jelasnya, kami mengunjungi rumah salah satu tokoh Kampung Arab Abdullah Batoti. Ia tinggal di Jalan Kalimas Udik. Menurut Fauzan, ia-lah ensiklopedia Kampung Arab. Paham marga dan sejarah kawasan Ampel.
Kami harus meninggalkan sepeda motor di tempat parkir makam Sunan Ampel dan melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki ke rumah Abdullah. Dari lorong pertokoan itu, kami keluar, lalu belok kiri. Menyeberang ke Kalimas Udik.
Abah Dollah, begitu Fauzan memanggilnya. Ia mengucapkan salam di balik rumah dengan pagar cokelat. Kusen dan pintunya juga cokelat. ”Assalamualaikum,” ucap Fauzan beberapa kali.
Abah Dollah membukakan pintu pagar untuk Fauzan Bachmid.-Salman Muhiddin/Harian Disway-
Yang punya rumah tak kunjung keluar. Kami tetap menunggu dengan sabar. Pun demikian dengan Bob yang terus menenteng kameranya.
Tak lama kemudian, Abah Dollah keluar dari pintu yang tertutup tirai bambu. Ia menjawab salam dari Fauzan. ”Fadhol, fadhol (silakan, silakan, Red) Fauzan,” tutur Abah Dollah yang memakai kaus putih dan sarung hitam.
Kami meminta maaf karena bertamu pukul 21.00. Seluruh rumah di Kalimas Udik sudah tutup. Hanya ada beberapa orang di lorong gang yang jagongan.
Abah Dollah tidak masalah kami datang cukup malam. Lagi pula ia sudah lama tidak bertemu Fauzan. Putra Abah Dollah, Adil Alba, adalah sahabat Fauzan. Keduanya punya ketertarikan sama: sejarah dan jurnalistik.
Kami diterima di ruang tamu khas Kampung Arab Ampel. Tak ada meja kursi. Hanya ada dipan besar beralas karpet yang semua sudutnya mepet dengan tembok.
Abah Dollah berbincang dengan Bob Schellens di ruang tamu khas Kampung Arab Ampel.-Fauzan Bachmid for Disway-
Kami lalu menceritakan misi pencarian orang tua Bob. Ia lahir di RSUD dr Soetomo, Surabaya, 15 Februari 1981. Alamat ibunya di Kapas Krampung Nomor 98, tetapi tempat itu ternyata hotel.
Pencarian Herlina Zainuddin, ibunda Bob, sangat sulit dilakukan. Kami sudah mengecek ke Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) Surabaya. Tidak ada nama itu di Surabaya.
Kami datang ke Abah Dollah untuk menanyakan apakah Herlina Zainuddin adalah orang keturunan Arab? Adakah marga Zainuddin di Ampel? ”Siapa? Herlina Zainuddin? Kok kayaknya enggak ada ya fam (marga, Red) itu,” ujar Abah Dollah sambil mengingat-ingat.
Zainuddin memang berasal dari bahasa Arab: zayn ad-din. Anugerah agama. Namun, Abah Dollah tak pernah mendengar ada marga dengan nama itu. Mungkin nama marganya disembunyikan. Pada zaman Orba, banyak keturunan Arab yang tidak mencantumkan nama marganya,
”Tapi, face-nya memang Arab,” ujar Abah Dollah sambil terus memandangi Bob yang duduk bersandar dinding. ”Dari matanya,” lanjutnya.
Rambutnya yang keriting serta jenggot, kumis, dan alis yang lebat juga membuat Bob terlihat seperti keturunan Arab. Cuma, hidung Bob tidak semancung orang Arab. Mungkin itu bisa terjadi karena satu orang tuanya bukan keturunan Arab.
Abah Dollah yang mengerti bahasa Inggris juga mengobrol dengan Bob. Ia ceritakan soal marga dan wajahnya. Bob manggut-manggut.
”Interesting (menarik, Red),” ucap DJ dan konten kreator itu. Bob juga merekam semua percakapan kami. Perjalanannya di kampung Ampel bakal masuk proyek film dokumenternya.
Wartawan Harian Disway Salman Muhiddin (dari kiri), Bob Schellens, Abah Dollah, dan Fauzan Bachmid di Kalimas Udik.-Devi for Harian Disway-
Hari makin malam, kami tidak bisa berlama-lama bertamu di rumah orang. Sebelum pulang, kami berfoto bersama di depan pagar. Setelah mengucap salam, Abah Dollah mengucap doa agar Bob bisa segera menemukan apa yang ia cari: Mijn Roots (Akar Saya). (Salman Muhiddin)
Kembali ke Kapas Krampung, Tes DNA. BACA BESOK!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: