Europe Trip Sekeluarga ke Empat Negara (4); Menunggu Dentang Jam Astronomi

Europe Trip Sekeluarga ke Empat Negara (4); Menunggu Dentang Jam Astronomi

Kami di depan Astronomical Clock.Di dunia, hanya ada tiga buah. Tapi yang ini satu-satunya yang masih beroperasi sejak sejak 1410. Jam legendaris yang menjadi saksi sejarah Kota Praha. --

Selain itu, kami ikut mengagumi kota yang dibangun pada pada abad 13 tersebut. Sampai di kawasan utama kota tua, sepanjang mata memandang tampak bangunan dengan arsitektur yang indah. 

Di kejauhan sudah tampak alun alun tertua di Praha. Museum, gereja, sampai balai kota berdiri berdampingan.

Kami akhirnya melihat sang jam legendaris itu. Di dunia, hanya ada tiga buah jam astronomi. Itulah satu-satunya jam tertua yang masih beroperasi. Berdiri sejak 1410, sang penunjuk waktu telah menjadi saksi sejarah Kota Praha. 

Sungguh bersyukur bisa menjadi salah satu di antara jutaan manusia yang menyaksikan sang jam berdentang. ”Teng teng teng, teng teng teng,” saat yang ditunggu-tunggu datang. 

Terdengar suara bel dari tangan sesosok kerangka manusia. Nah, mengapa bel itu dibunyikan oleh sosok yang mewakili kematian, nanti saya jelaskan.

Sementara itu, jam astronomi tersebut menunjuk pukul 14.00. Dia berdentang tiap perpindahan jam. Selama ratusan tahun ini. Semua orang pun mengambil kameranya. Sibuk merekam momen. Mereka juga menengadahkan kepala melihat ke atas. Ikut merasakan setiap perpindahan detik.

Sekitar satu menit, suara bel pun berakhir. Kami yang menyaksikan bertepuk tangan bersama. Riuh sekali. Diiringi dengan tawa dan senyuman. Sejujurnya, saya mengira akan melihat pertunjukan yang lebih heboh. 

Sebab saya kira patung-patung dan sosok di sekeliling jam akan bergerak kencang. Para sosok selain kerangka menggelengkan kepala dan ke kiri. Sepertinya mereka kurang berputar dengan keras. Maklum, sudah usia lanjut.

Jika melihat seksama, jam astronomi ini bertuliskan angka Romawi. Di bawahnya, angka latin. Di sebelahnya ada patung-patung gotik. Yang paling lucu ya kerangka manusia tadi. Dia mewakili kematian. Sedang sosok lainnya mewakili manusia yang narsis, kikir, dan serakah.
Di kawasan kota tua, ada Church Of Our Lady Before Tyn. Sebuah gereja besar dengan banyak menara runcing di atasnya.

Sosok kerangka membunyikan bel, lalu semua sosok lain menggelengkan kepala. Kabarnya, untuk menggambarkan ketidaksiapan mereka ”untuk pergi”. Di atas para sosok tersebut, bertengger ayam jago berawarna emas.

Puas mengikuti detik perpindahan waktu, kami melanjutkan perjalanan. Menjelajahi sudut lain di kota tua. Di sini ada Church Of Our Lady Before Tyn. Sebuah gereja besar dengan banyak menara runcing di atasnya. Dua buah menara besar diapit jajaran menara kecil lain. ”Coba lihat bawah, lantainya dari batu,” ujar saya ke suami. 

Benar. Kota tua masih terjaga lantai bebatuannya. Kadang saya berpikir bagaimana bisa Praha melestarikan kecantikannya. 

Memang benar ungkapan teman-teman saya yang pernah berkunjung ke Praha. ”Praha cantik banget.” Itu saya amini sekarang.

Ada satu tempat lagi yang kami tuju hari ini. Petrin namanya. Tempatnya cantik. (Oleh Munir Al Shine: ibu dua anak, diaspora Indonesia yang tinggal di Estonia)

Cara mendaki Petrin, puncak bukit bertaman di Praha, baca selanjutnya…

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: