Mijn Roots Mencari Orang Tua Kandung: Tak Bisa Dicegah, Pohon Selalu Mencari Akarnya (23)

Mijn Roots Mencari Orang Tua Kandung: Tak Bisa Dicegah, Pohon Selalu Mencari Akarnya (23)

Tim van Wijk saat berlibur ke Trenggalek bersama kekasihnya, Sumi Kasiyo. Ia jauh lebih tenang sekarang.-Sumi Kasiyo for Harian Disway-

Tim van Wijk tak bisa bertemu ibu kandungnya gara-gara pandemi. Sang ibu Elya Rosani Tim Hiraeth meninggal saat pandemi mereda. Satu-satunya momen pertemuan dengan ibunya hanya saat video call di penghujung 2020.

Tim sosok pendiam yang gaya bicaranya tenang. Ia menceritakan kisah hidupnya dengan perlahan-lahan ketika kami menemuinya di Restoran Kayyana, Surabaya. 

Ia mengenakan batik merah lengan panjang. Rambutnya yang panjang sudah dipotong cepak seperti anggota Marinir. ”My name was Rudiyanto (Namaku dulu Rudiyanto, Red),” ucap pria kelahiran 1975 itu.

Nama ibunya:  Elya Rosani Tim Hiraeth. Kenangan satu-satunya dengan sang ibu hanya lewat pertemuan virtual dua tahun lalu. Tim tak kuat meneruskan kisah-kisah tentang ibunya. Ia menangis setiap kali mengingat hal tersebut.

Karena itulah, kami menggali kisah masa kecilnya terlebih dahulu. Tim tahu bahwa sejak bayi dirinya sakit-sakitan. Bisa jadi karena tak cocok dengan cuaca di sana. Usianya masih 6 bulan ketika dibawa ke Belanda.


Tim saat masih bayi. Ia diadopsi ke Belanda dalam usia 6 bulan.-Dok Tim van Wijk-

Ia juga mengalami keterlambatan bicara atau speech delay. Hal itu pula yang membuatnya sulit beradaptasi dengan lingkungan Belanda.

Sejak kecil, Tim sudah tahu bahwa dirinya anak adopsi. Ia merasa berbeda dengan anak-anak Eropa pada umumnya. Kulitnya memang cerah, tetapi tak seputih orang-orang Eropa.

Rambut orang-orang Belanda juga banyak yang pirang. Warna iris mata pun berbeda. ”I realized it when I used to play with my friends. I’m different from them (Aku menyadarinya ketika bermain dengan teman-teman. Aku berbeda dengan mereka, Red),” ujar pria yang lahir di Semarang itu.

Tak mudah hidup sebagai anak adopsi di Eropa. Mayoritas anak adopsi yang bergabung dengan Mijn Roots mengalami tekanan batin luar biasa.

Sejak kecil, Tim juga menanyakan keberadaan keluarga kandungnya. Pohon akan selalu mencari ”akarnya”: Mijn Roots.

Keluarganya di Belanda meminta ia tak banyak bertanya soal Indonesia. Ia juga diminta tak banyak mencari tahu. Hidupnya di Belanda bakal baik-baik saja tanpa memikirkan masa lalu.

Mereka takut Tim kecewa seusai mengetahui keluarga kandungnya. ”Maybe they are very poor or already passed away (Mungkin mereka sangat miskin atau sudah meninggal, Red),” ucap Tim.

Sumber: