Tragedi Kanjuruhan dan Bonek Pemilik Persebaya
-Ilustrasi: Reza Alfian Maulana-Harian Disway-
Semula, ia bersama kelompok Bonek ikut menolak pendirian PT. Seperti alasan klub internal, mereka takut home base Persebaya pindah dari kota ini. Setelah saya tak menjadi ketua umum Persebaya, ia datang ke rumah. Berdiskusi tentang masa depan Green Force.
”Kalau dulu tahu ada konsep kepemilikan saham suporter, kami pasti dukung. Saat itu, info yang kami terima berbeda,” katanya. Pernyataan almarhum tersebut menunjukkan tentang perlunya sosialisasi yang benar dan tidak ada yang mendisinformasi.
Saat itu saya pernah mengusulkan mendirikan PT dengan kepemilikan saham oleh investor, Pemkot Surabaya, klub internal Persebaya, dan suporter. Untuk yang terakhir, kepemilikannya bisa melalui koperasi atau perseroan. Sementara itu, pemkot mendapat saham goodwill sebagai pengikat dan telah memberikan fasilitas.
Sebetulnya, cara yang lebih bagus adalah melalui go public di bursa saham. Cara itu juga memungkinkan suporter menjadi pemilik Persebaya. Dengan membeli saham Persebaya. Saya dengar, manajemen PI sudah mempersiapkan langkah tersebut. Tidak tahu setelah ada ”kisruh” belakangan ini.
Yang pasti, fanatisme yang besar dari Bonek harus dikonversi dalam kepemilikan saham. Dengan demikian, fanatisme itu tidak bisa dimanfaatkan orang-orang yang mendapat keuntungan dari Persebaya. Padahal, kontribusinya masih perlu dipertanyakan.
Kepemilikan Persebaya oleh komunitas Bonek juga menghindarkan fanatisme mereka menjadi alat orang atau pihak lain yang ingin mencari rente dari klub. Nah, kalau itu terjadi, legawa atau tidak ya ”pemilik” Persebaya selama ini? (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: