Mijn Roots Mencari Orang Tua Kandung: Telepon dari Mijn Roots (50)

Mijn Roots Mencari Orang Tua Kandung: Telepon dari Mijn Roots (50)

Sumi Kasiyo memotret Tim van Wijk pada 2019, kisah cinta sesama anak adopsi asal Indonesia itu berlangsung sampai sekarang. -Sumi Kasiyo for Harian Disway-

Sumi Kasiyo dan Tim van Wijk akhirnya bertemu untuk kali pertama di Haarlem, Belanda, tempat Sumi tinggal, 7 Desember 2019. Mereka lalu pergi ke Zandvoort dengan naik kereta api. Di hari ketiga, ketika Tim hendak pulang setelah hari-hari yang begitu menyenangkan itu, mereka mendapat kabar mengejutkan dari Mijn Roots. Ibu kandung Tim ditemukan.

Sumi mengambil foto Tim sebelum ia pulang pada 9 Desember 2019. Pria gondrong kelahiran Semarang itu bertelanjang dada dengan kain batik menggantung di pundak hingga menutupi lengan.

Sejoli itu memang suka batik. Kain khas Indonesia tersebut mengingatkan mereka tentang tanah kelahiran yang jaraknya 11 ribu kilometer dari Belanda.

Tim memakai batik biru dengan aksen putih. Juga, batik emas dipadukan warna hitam. Dipakai bergantian.

Ekspresi wajahnya begitu tegas. Rambutnya yang panjang diikat seperti striker Swedia Zlatan Ibrahimovic.


Potret wajah Tim van Wijk setelah ia tahu bahwa ibunya telah ditemukan oleh Mijn Roots pada 2019. -Sumi Kasiyo for Harian Disway-

Tiba-tiba ada telepon dari Christine, salah seorang pendiri Mijn Roots. Ada kabar besar.  Elya Rosani Tim Hiraeth, ibu kandungnya, sudah ditemukan.

Sumi masih ingat, hari itu pelangi bersinar di atas stasiun kereta api sebelum tim Pulang. Ada makna di balik pelangi indah tersebut. Di tanggal yang sama, ibu angkat Sumi meninggal pada 2008. 

 ”I said to Tim: our mothers are blessing us. A rainbow symbolizes the bridge between heaven and earth. So, we are blessed that day (Jadi, saya berkata kepada Tim: ibu memberkati kita. Pelangi melambangkan jembatan antara langit dan bumi. Jadi, kita diberkati hari itu, Red),” ucap Sumi akhir September lalu.

Tim begitu shock dengan kabar itu. Setelah pencarian selama dua tahun, akhirnya searcher atau investigator Mijn Roots di Indonesia menemukan keluarganya.

Sumi masih mengingat bagaimana emosi yang muncul di wajah Tim. Ia terlihat seperti singa tidur yang dibangunkan. Tentu ia senang. Namun, rasa marah tersebut muncul untuk orang-orang jahat di balik lingkaran mafia adopsi. Kok ada orang yang tega memisahkan ribuan anak dari akarnya demi duit. 

Beruntung, Sumi yang jadi kekasih barunya hadir tepat waktu. Dia memahami perasaan tim. Mereka sama-sama anak adopsi dengan trauma mendalam. Sama-sama haus untuk mengulik sejarah hidup mereka.

He is a pure soul that has never been understood. I’m a positive person, who knows the struggles in life but has never been defeated by it (Dia adalah jiwa murni yang tak pernah dipahami oleh siapa pun. Aku adalah orang positif yang mengerti perjuangan hidup dan tidak pernah takluk dari ujian itu, Red),” kata Sumi.

Sumi sudah menemukan orang tua dan keluarga kandungnyi di Trenggalek dan Gorontalo. Dalam urusan pencarian ”akar saya” atau Mijn Roots, Sumi punya pengalaman lebih banyak.

Sumi mencoba menguatkan Tim. Dia juga merasa lebih kuat bersama Tim.


Tim van Wijk potong rambut ketika pulang kampung ke Indonesia Agustus 2022 lalu.-Sumi Kasiyo for Harian Disway-

Dia mengirimkan kutipan dari psikiater terkenal Amerika Serikat, David Viscott:”To love and be loved is to feel the sun on both sides (Mencintai dan dicintai adalah merasakan matahari di kedua sisi)”. 

Koneksi adalah jalan dua arah. Sumi dan Tim sama-sama tahu cara untuk saling menguatkan. Yang paling memahami perasaan anak adopsi adalah sesama anak adopsi itu sendiri.

Misi mereka selanjutnya adalah pergi ke Indonesia. Tim harus bertemu sang ibu. Saat itulah pandemi datang. Sebagian besar kisah Tim sudah ditulis di seri sebelumnya. 

Anda sudah tahu bahwa Tim akhirnya tidak bisa bertemu sang ibu gara-gara pandemi. Tim tak bisa keluar dari Belanda. Visanya tertahan. Pemerintah Indonesia juga menutup akses penerbangan Internasional. Hingga akhirnya sang ibunda meninggal dunia. Begitu berat cobaan hidup Tim.

Sebelum sang ibu meninggal, Tim butuh dana untuk biaya pengobatan. Dari sanalah muncul ide untuk membuat donation in action yang jadi kekuatan besar Mijn Roots.

Lewat wadah itu, anak-anak adopsi mempraktikkan sifat asli Indonesia mereka: gotong royong! (Salman Muhiddin)

Kekuatan Donation in Action. BACA BESOK!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: