Film Dokumenter Soekarno Masuk Nominasi FFI: Gali Potensi Peneleh di Film Berikutnya (2)

Film Dokumenter Soekarno Masuk Nominasi FFI: Gali Potensi Peneleh di Film Berikutnya (2)

Sumus Jobong yang terletak di dekat Lodji Besar di kawasan Peneleh.-Yusuf Dwi/Harian Disway-

Film dokumenter, Koesno, Jati Diri Soekarno sukses masuk nominasi Festival Film Indonesia (FFI) 2022. Keberhasilan itu memicu pembuatan film berikutnya. Ada banyak hal yang bisa digali di kawasan perkampungan Peneleh, tempat Bung Karno muda tumbuh.

LODJI Besar, markas Komunitas Begandring Soerabaia yang jadi tempat syuting film Koesno, Jati Diri Soekarno direnovasi, kemarin, Selasa, 25 Oktober 2022. Namun, gedung kuno di seberang Makam Belanda di Peneleh itu masih ramai oleh anggota komunitas.

Kebetulan sekali, pendiri Begandring Soerabaia Kuncarsono Prasetyo juga duduk di sana. Di film dokumenter itu, Kuncar menjadi salah satu narasumber utama. Muncul di menit-menit awal. Penjelasan detail tentang sejarah Bung Karno juga disampaikan oleh dosen Sejarah Universitas Airlangga Prof Purnawan Basundoro. 

Sayangnya, Ketua Begandring Nanang Purwono tidak ada di sana. Sehari sebelumnya, Harian Disway ngobrol dengan Nanang. Ia juga terkejut ketika film dokumenter itu menembus FFI. “Ada 7 film yang bersaing. Mudah-mudahan menang,” kata Nanang, Senin, 24 Agustus 2022 malam.

Ketujuh film itu adalah: Koesno, Jati Diri Soekarno; Gimbal, Kemarin Semuanya Baik-Baik Saja; Lady Rocker Sylvia Saartje; Maramba; Sintas Berlayar; dan Tasaneda Sasandu Dalen.


Pengunjung Lodji Besar markas Begandring Soerabaia.-Yusuf Dwi/Harian Disway-

Film dokumenter Soekarno itu disutradarai Faizal Anwar dengan produser Rina Fahlevi. Keduanya dari TVRI. Mereka berkolaborasi dengan Begandring Soerabaia, Pemkot Surabaya, dan FIB Unair. 

Nanang memandang kolaborasi itu tak boleh berhenti. Film dokumenter berikutnya perlu diterbitkan lagi. Ada banyak hal yang bisa diulik di Surabaya. Bahkan berbagai film dokumenter bisa diambil di Kelurahan Peneleh saja.

Ada Rumah Bung Karno di Jalan Pandean IV nomor 50. Juga tempat tinggal HOS Tjokroaminoto yang pernah ditinggali sang Proklamator itu. Ada pula rumah Roeslan Abdulgani, Sekretaris Jenderal Kementerian Penerangan RI (1947–1949) di era Soekarno.

Tak jauh dari sana ada masjid peninggalan Sunan Ampel. Masjid itu didirikan Sunan Ampel sebelum tiba di Ampel Dento yang kini jadi kompleks pemakaman sang Sunan di Surabaya utara.

Makam Peneleh di seberang Lodji Besar juga menyimpan banyak kisah. Banyak bangsawan Eropa dan Belanda yang dikubur di sana. 

Mulai Gubernur Jenderal Hindia Belanda Pieter Merkus (1787–1844), Residen Surabaya Daniel Francois Willem Pietermaat (1790–1848), hingga Wakil Presiden Dewan Hindia Belanda P.J.B. de Perez (1803–1859).


Tampilan depan Lodji besar, tempat syuting film dokumenter Soekarno.-Yusuf Dwi/Harian Disway-

“Kalau bikin film dokumenter sejarah di Surabaya bisa berseri-seri. Dari era klasik sampai revolusi,” kata Nanang.

Yang jadi tantangan adalah menumbuhkan kepedulian dari kalangan muda. Film dokumenter Soekarno yang digarap di pengujung Juli 2022 itu hanya ditonton tiga ribu kali di YouTube TVRI Jatim.

Perlu dukungan dari berbagai pihak agar lebih banyak yang melek sejarah. Misalnya digelar nobar (nonton bareng) di seluruh sekolahan di Surabaya.

“Pasti responsnya positif. Penggarapan film ini sangat matang. Risetnya setengah mati. Eksekusinya juga luar biasa dari teman-teman TVRI,” kata penulis buku Benteng-Benteng Soerabaia itu.

Keberhasilan film dokumenter tersebut tak bisa dilepaskan dari tangan dingin Faizal Anwar, sang sutradara. Riset dilakukan selama satu bulan. Sedangkan penggarapannya sangat kilat. “Lima hari saja,” kata Faizal, kemarin, Selasa 25 Oktober 2022.

Banyak kejutan saat pembuatan film itu. Salah satunya, Faizal bisa bertemu pakar-pakar dari Unair dan pegiat sejarah Surabaya yang begitu paham tentang Soekarno. 

Masyarakat Peneleh juga sangat antusias membantu pembuatan film itu. “Seperti properti-properti swadaya dari warga. Di scene Soekarno berpidato misalnya, warga Peneleh mencarikan podiumnya,” kata pria kelahiran 1988 itu.

Di Plampitan, warga juga Sukarela meminjamkan rumahnya untuk lokasi syuting. Suasana itulah yang begitu dirindukan.

Suatu saat nanti Faizal, Begandring dan Unair bisa berkolaborasi lagi di Peneleh. Sampai jumpa di project selanjutnya. (Yusuf Dwi)

 

Faizal Bicara Tentang TVRI, baca besok… (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: