Film Dokumenter Soekarno Masuk Nominasi FFI (3-habis)

Film Dokumenter Soekarno Masuk Nominasi FFI (3-habis)

POTRET DIRI Faizal Anwar, sutradara film Koesno, Jati Diri Soekarno.-Dok Faizal Anwar-

Film Dokumenter Soekarno Masuk Nominasi FFI: Koesno Angkat Citra TVRI (3-habis)

 

Sutradara Koesno, Jati Diri Soekarno Faizal Anwar adalah karyawan TVRI Jawa Timur. Dalam satu bulan ia bisa membuat dua film dokumenter. Jika digabungkan dengan karya dari provinsi lain, film dokumenter TVRI begitu melimpah. Namun baru kali ini ada yang menembus nominasi Festival Film Indonesia (FFI).

FFI pertama kali diselenggarakan pada tahun 1955 dan berlanjut pada tahun 1960 dan 1967. Penghargaan tertinggi untuk insan perfilman Indonesia itu mulai rutin diselenggarakan tiap tahun sejak 1973. TVRI jadi langganan menyiarkan acara itu.

Paling tidak, FFI tetap tayang di TVRI hingga 2020. Malam penganugerahan selalu digelar di Jakarta Convention Center pukul 20.00 WIB. 

Diakui atau tidak, TVRI bangkit berkat tangan dingin Helmy Yahya. Ia dilantik sebagai Dirut TVRI sejak 29 November 2017 hingga 2022. Sayangnya, pada Kamis, 16 Januari 2020 ia diberhentikan dengan hormat oleh Dewan Pengawas TVRI. Kisah di balik pencopotannya sudah banyak tayang di YouTube

Di balik kontroversi itu, Helmy mampu membawa TVRI bangkit. TV yang terkesan jadul itu tampil lebih modern. Hanya dalam waktu 2 tahun 57 hari, ia berhasil membuat TVRI kembali ditonton pemirsa. Peringkatnya naik dari 15 ke 10.


SUTRADARA Faizal Anwar menggendong bayi usia 1 bulan bernama Langit Tuai Tawa yang memerankan Koesno/Soekarno saat dilahirkan.-Dok Faizal Anwar-

Acara-acaranya dikemas dengan lebih serius dan matang. Salah satunya program film dokumenter. Banyak yang tak menyangka film dokumenter Presiden Soekarno yang digarap secara singkat akhir Juli lalu menembus FFI.

“Maaf ya, aku bilang begini: Koyok duduk (seperti bukan) TVRI. Apik banget garapane Mas Faizal dan kawan-kawan,” puji Peraih Penghargaan Piala Citra FFI Kategori Kritik Film 2021 Kukuh Yudha Karnanta, Selasa, 25 Oktober 2022.

Dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga itu melihat ada kekuatan baru di TVRI. Secara konten, isinya begitu dalam. Riset dibantu oleh Unair dan Komunitas Begandring Soerabaia. Eksekusinya pun sangat matang.

Sebagai kritikus film, ia berpendapat bahwa film dokumenter itu bergenre dokudrama (dokumentasi/documentary drama). “Dukodrama belum banyak digarap, terlebih di festival sekelas Festival Film Indonesia (FFI). Ini suatu hal yang baru dan sangat penting. Dalam arti dokudrama ternyata bisa kompetitif di FFI," kata dosen Sastra Inggris Unair itu.

Siapa yang menyangka, Faizal mampu memproduksi minimal dua film dokumenter dalam sebulan. Tak melulu sejarah, ia juga mengangkat lingkungan, budaya, hingga sosial.

TVRI jadi satu-satunya televisi yang memproduksi dan menayangkan film dokumenter baru setiap hari di Indonesia. Nama programnya: Pesona Indonesia. Tayang setiap hari pukul 11.00 WIB.

Produksi filmnya dari seluruh saluran TVRI daerah di Nusantara. TVRI Jatim mendapat jadwal tayang tanggal 13 tiap bulannya.

Coba hitung, sudah berapa film yang telah digarap Faizal sejak masuk TVRI tahun 2008.


FAIZAL Anwar menerangkan naskah kepada Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi yang berperan menjadi Soekarno.-Dok Faizal Anwar-

“Saya sampai nggak sempat mencatatnya, sudah ratusan judul lebih,” kata Faizal, Rabu, 26 Maret 2022. Sebenarnya Harian Disway ingin main ke TVRI Jatim di Mayjen Sungkono. Sayang Faizal bertugas di Jakarta. 

Jam terbang sineas kelahiran 1988 itu memang tak diragukan lagi. Film Koesno, Jati Diri Soekarno mampu digarap dalam waktu lima hari saja. 

Sederet prestasi telah pernah diraihnya. Tahu ini, ia meraih piala Prapanca PWI Jatim. Juara satu dan tiga sekaligus. 

Judulnya: Lutung Tak Seharusnya Terkurung dan Berlari Mengejar Prestasi. Tak hanya itu, tahun 2019 filmnya yang berjudul Gayo, Serambi Penikmat Kopi masuk menjadi karya terbaik kategori Jurnalistik TV Long Story di Piala Presiden. 

Namun, masuk nominasi Festival Film Indonesia (FFI) adalah hal yang sangat berbeda dan istimewa. “Membayangkan saja sebenarnya tidak berani,” kata

Faizal berharap prestasi itu bisa diteruskan TVRI di tahun-tahun berikutnya. Pencapaian itu juga menjadi pelecut semangatnya untuk mengedukasi pemirsa TVRI lewat film dokumenter. 

Ia juga berterima kasih ke masyarakat Peneleh dan sekitarnya yang membantu sukarela pembuatan film itu. Juga ke semua anggota Begandring Soerabaia, akademisi FIB Unair, dan Pemkot Surabaya.

Kolaborasi itu tampaknya harus diteruskan. (Yusuf Dwi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: