Benjamin Netanyahu Berpeluang Menjabat PM Israel Lagi, PM Palestina: Kebangkitan Ekstremisme dan Rasisme

Benjamin Netanyahu Berpeluang Menjabat PM Israel Lagi, PM Palestina: Kebangkitan Ekstremisme dan Rasisme

Mantan PM Israel Benjamin Netanyahu berpeluang menjabat lagi.-Sky News-

YERUSALEM, HARIAN DISWAY - Mantan PM Israel Benjamin Netanyahu sepertinya bakal comeback. Dalam penghitungan suara sementara Pemilu Israel, Partai Likud yang mengusungnya unggul, Selasa, 2 November 2022.

Dalam tiga setengah tahun terakhir, Israel telah menyelenggarakan lima kali pemilu untuk memilih Knesset atau Parlemen Israel yang baru.

Melalui Exit Poll atau jajak pendapat yang dilakukan oleh TV Israel, Partai Mantan PM Israel Benjamin Netanyahu atau Partai Likud berada pada posisi pemuncak. 

Peluang comeback Netanyahu terbuka lebar. Ia bisa merebut kembali posisi PM dari Yair Lapid.

BACA JUGA: Bud Wichers: Gas Air Mata Kanjuruhan Mengingatkanku Liputan di Palestina

Partai Likud diproyeksikan akan menguasai hingga seperempat kursi di parlemen, yaitu 30 hingga 32 kursi dari total 120 kursi.

Sedangkan Partai sentris Yesh Atid yang mengusung PM Yair Lapir diproyeksikan akan memperoleh 22 hingga 24 kursi di parlemen.

Saat hasil jajak pendapat diumumkan pada pukul 22.00 (Pukul 03.00 WIB), Partai Likud sudah menggelar selebrasi untuk Netanyahu.

“Ini awal yang baik,” tutur Netanyahu dalam video siaran saluran Kan 11 Israel.

Kemenangan tersebut tentu akan memuluskan jalan Benjamin Netanyahu untuk kembali berkuasa di Pemerintahan Israel. Namun, hasil jajak pendapat ini masih dapat berubah sewaktu-waktu. Sehingga, ada peluang perbedaan dalam hasil exit poll dengan hasil final real count.

Benjamin Netanyahu sebagai politisi sayap kanan Israel nampaknya tidak disukai oleh lawan politiknya yang berasal dari pihak kiri dan tengah, tetapi ia sangat didukung oleh kelompok akar rumput Likud.


Bentrokan Israel dan Palestina di Tepi Barat. Seorang warga mengibarkan bendera Palestina.-AP Photo-

Netanyahu mendukung proyek pembangunan pemukiman Israel di Tepi Barat yang menurut hukum Internasional hal tersebut adalah ilegal. 

Meski demikian, Israel tetap membantahnya. Dia juga menentang pembentukan negara Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza yang didukung oleh sebagian komunitas Internasional termasuk pemerintahan Biden di Amerika Serikat.

Dilansir dari Al Jazeera, analis politik senior Al Jazeera Marwan Bishara mengatakan bahwa pemerintah koalisi yang dipimpin Netanyahu memastikan tidak akan ada proses perdamaian dengan Palestina dan tidak akan ada penarikan dari wilayah pendudukan.

Saat ini, Netanyahu masih diadili atas tuduhan korupsi, suap, penipuan, dan pelanggaran kepercayaan yang menjerat dirinya pada tahun 2019 lalu. Berkali-kali ia bersikeras membantah tudingan itu.

Netanyahu juga mendapat dukungan dari sesama pemimpin partai sayap kanan Israel lainnya seperti Itamar Ben-Gvir dari Partai Otzma Yehudit dan Bezalel Smotrich dari Partai Zionis Religius.

Presiden Israel Isaac Herzog mengunjungi Presiden Amerika Serikat Joe Biden di Gedung Putih pada pekan lalu. Hal tersebut dalam rangka merekatkan hubungan Israel-Amerika Serikat. Ia juga mengimbau kepada pemimpin Yahudi Amerika untuk menghormati hasil pemilu.

“Hasilnya mungkin tidak sesuai dengan keinginan Anda, tetapi suara rakyat Israel harus dihormati,” tutur Herzog dalam pidatonya di Federasi Yahudi Amerika Utara, dilansir dari The Times of Israel.

Perdana Menteri (PM) Palestina Mohammad Shtayyeh merespons peluang comeback Netanyahu itu. 

Menurutnya, kebangkitan partai-partai sayap kanan adalah hasil alami dari tumbuhnya ekstremisme dan rasisme dalam masyarakat Israel, yang telah diderita rakyat Palestina selama puluhan tahun.

“Tetapi orang-orang Palestina tidak akan menghentikan perjuangan sah mereka untuk mengakhiri pendudukan, mendapatkan kebebasan dan mendirikan negara merdeka mereka dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya terlepas dari identitas pemenang dalam pemilihan Israel,” jelasnya.  (Dimas Septo Nugroho)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: bbc