Catatan Perjalanan ke Tiongkok saat Pandemi (2): QR Code Penentu

 Catatan Perjalanan ke Tiongkok saat Pandemi (2): QR Code Penentu

NOVI BASUKI (kanan) bersama rombongan dari Indonesia saat mendarat di Tiongkok.-Novi Basuki-

”Harap tenang. Kedubes akan terus melakukan verifikasi sampai dua jam sebelum keberangkatan,” kata petugas lainnya, berusaha menenangkan.

”Hasil tes PCR hari kedua sudah keluar belum?” tanya seorang di dalam grup.

Lama sekali petugas tak menjawab. Padahal, sebelumnya sangat responsif.

”Ayo, mana ini petugas? Keluar dari sarangmu dan beri kami kepastian!” desak yang lain.

”Halo, hasil tes PCR hari kedua bakal diumumkan di grup ini, gak?” timpal yang satunya lagi.

Petugas masih bergeming. Tak ada satu pun yang bersuara.

”Harga tiketnya sebegini mahal. Secara etik, mestinya maskapai bisa membawa kita pulang dengan selamat. Tidak ada alasan apa pun untuk sengaja mempersulit kita. Jadi, jangan khawatir,” kata seorang penumpang dengan nada bijak, tapi sedikit nyelekit.

Sejak sekitar pukul 10 malam, grup WeChat mulai sepi. Sebab, satu per satu sudah mendapatkan CR code kesehatan hijau. Screenshot-nya dikirimkan ke grup untuk membagikan kegembiraan bisa pulang kampung.

”Setelah tiga tahun tidak mudik, akhirnya besok bisa kembali ke haribaan ibu pertiwi untuk merayakan kemerdekaan!” tulis Zhou sambil mengirimkan QR code kesehatannya yang hijau –meski tak ada yang bisa menjamin besok tak akan berubah warna.

”Harap tidak mengirimkan QR code kesehatan di sini supaya tidak menumpuk dan ’menenggelamkan’ pengumuman penerbangan,” kata seorang petugas yang tiba-tiba muncul mengirimkan pengumuman terkait apa saja yang perlu disiapkan untuk terbang ke Tiongkok besok.

Isinya macam-macam. Disuruh pakai masker KN95 tanpa katup. Diimbau tidak mengenakan sesuatu yang mengandung unsur logam. Supaya tidak perlu periksa ulang ketika melewati metal detector –karena kalau terlalu sering kontak dengan orang lain, potensi penularan Covid akan makin tinggi. Dianjurkan menggunakan APD lengkap. Dan masih banyak peraturan yang bagi kita, orang Indonesia, sulit dicerna akal. Misalnya, tidak boleh pergi merokok meski ke smoking area.

Alamak. Sudah pasti Pak Amal langsung puyeng dilarang nyebat seharian.

Tapi, apa boleh buat. Ini Tiongkok. Yang peraturannya terkenal tak bisa ditawar-tawar. Yang konon berbanding terbalik dengan hukum negara kepulauan di salah satu planet anggota tata surya yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara daratan Benua Asia dan Oseania serta Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: