Mijn Roots Mencari Orang Tua Kandung: I Am Indonesian, That’s Mijn Roots (86)

Mijn Roots Mencari Orang Tua Kandung: I Am Indonesian, That’s Mijn Roots (86)

KELUARGA BESAR Jean-Luc (tiga dari kanan) berfoto bersama anggota keluarga yang hilang selama 40 tahun.-Dok Jean-Luc-

Jean-Luc diadopsi pada 1982. Kala itu televisi adalah media massa paling berpengaruh. Ia mengamati sang ayah angkat Menno Oudkerk Pool suka sekali melihat tayangan tentang anak-anak Afrika dan Asia yang digambarkan kurus kering dan busung lapar. Mungkin dari sana ia berinisiatif untuk mengadopsinya.

--

Ayah angkat Jean-Luc, Menno Oudkerk Pool, sangat suka nonton acara TV Belanda: Spoorloos. Artinya tanpa jejak. Acara itu menampilkan pencarian kerabat dari orang-orang yang terpisah dari keluarganya.

I don’t know why he really likes Spoorloos (Aku tidak tahu mengapa ia sangat suka dengan Spoorloos, Red),” kata Jean saat ditemui di Disway News House, Surabaya, 8 November 2022. 

Dalam seri sebelumnya, salah seorang anak adopsi Meilany juga sempat masuk acara TV itu. Kru TV membantu proses investigasi. Banyak yang berhasil bertemu dengan anggota keluarganya berkat mereka. Sayang, Meilany tak bernasib mujur.


Cuplikan tayangan acara TV Belanda Spoorloos.-Dok Spoorloss-

Jean mengatakan, banyak sekali acara televisi yang menampilkan kondisi kemiskinan negara-negara di Afrika dan Asia. Juga, Amerika Latin.

Mereka digambarkan kekurangan makanan dan air. Framing itu sangat kuat. Seolah menjadi propaganda agar orang-orang Eropa datang membantu mereka. Jalan pintasnya lewat adopsi.

They’ve been brainwashed (Mereka sudah dicuci otak, Red),” lanjut aktivis yang juga DJ itu. Jean sangat tak suka melihat acara-acara tersebut sejak kecil sampai sekarang.


Jean Luc tampil sebagai seorang DJ.-Dave Delissen-

Jika ayahnya menonton tayangan itu, Jean menghindar. Sejak usia 10 tahun, ia tahu bahwa Menno selama ini berbohong. Ia bukan ayah kandungnya.

Ia dididik dengan standar Eropa. Jean diminta bersyukur karena nasibnya tidak sama dengan anak-anak itu. Jean sudah diselamatkan dan hidup kecukupan di Benua Biru.

Katanya, di Belanda semua orang harus menyatu dengan budaya orang sana. Saat masih muda, Jean sering bertanya.



BARANG PENINGGALANkakek dan butyut Jean-Luc yang merupakan KNIL atau tentara Belanda diserahkan untuk pendiri Roode Brug Soerabaia Ady Setyawan.-David Ubaydullah/Harian Disway-

Jean-Luc, you’re Dutch right (Jean-Luc kamu orang Belanda kan?, Red),” katanya.

Ia selalu mengiyakan pertanyaan itu. Ada juga yang lebih kasar: ”You’re just like ask, Dutch (Kamu seperti kami, orang Belanda, Red),” lanjut Jean. Ia menggarisbawahi kalimat just like us”. Artinya, tidak 100 persen orang Belanda.

Awalnya Jean selalu mengiyakan pernyataan mereka. Jean ingin menyatu. Sebab, orang non-Eropa selalu dianggap lebih rendah.

Karena itulah, ia berusaha sekuat mungkin membuktikan dirinya bisa diterima di sana. Salah satu upayanya adalah lewat musik. Jean sangat senang ketika bule Belanda berdendang ria lewat musiknya. Ia merasa diakui.

Belakangan ia tersadar. Perasaan palsu bahwa ia adalah orang Belanda adalah salah. ”People are trying to separate you from your roots (Orang-orang mencoba memisahkanmu dari akarmu, Red),” ujar pria 40 tahun itu. 

Beberapa tahun terakhir ia tak mau disebut orang Belanda. Ia selalu bilang bahwa dirinya adalah orang Indonesia.


KAKAK LELAKI Jean-Luc, Yanto duduk bersama sang adik yang datang dari Belanda.-Dok Jean-Luc-

Ketika tersadar, Jean merasa aneh untuk kembali ke Belanda. Mengapa ia harus hidup di negara yang menjajah Indonesia. Mereka telah merampok negeri kelahirannya. Apakah Jean mau hidup dan makan dari negara itu?

I might in the feature migrate to comeback (Mungkin di masa mendatang aku akan kembali untuk pulang, Red),” lanjutnya dengan nada menggebu-gebu. 

Kini setiap ditanya orang tentang asal-usulnya, jawaban Jean bakal tetap sama dan tidak berubah. ”I am Indonesian. That’s Mijn Roots (Aku orang Indonesia. Itulah akarku, Red),” tegas Jean. (Salman Muhiddin)

Itu Cultural Genocide, BACA BESOK!

 

Sumber: