Kunjungan 31 Jurnalis Lintas Benua di Taiwan: Dari Museum Nasional hingga Taipei 101 (12-Habis)

Kunjungan 31 Jurnalis Lintas Benua di Taiwan: Dari Museum Nasional hingga Taipei 101 (12-Habis)

HALAMAN MUSEUM Nasional Taiwan jadi spot foto favorit dengan latar belakang istana dan pegunungan hijau_-Salman Muhiddin/Harian Disway-

Hampir 90 persen liputan kami di Taiwan membahas ketegangan dengan Tiongkok, industri cip semikonduktor,  dan teknologi ramah lingkungan. Sisanya, kami diajak jalan-jalan. 

PARIWISATA adalah industri besar tanpa cerobong asap. Saya rasa semua harus setuju,” ujar Wakil Menteri Luar Negeri Taiwan Tien Chung-kwang Tien pada jamuan makan siang 17 Oktober 2022. Itulah jamuan makan siang paling mewah dalam kunjungan sepekan kami.

Di hadapan kami ada dua gelas berisi wine merah dan putih. Mereka menyediakan non-alcoholic wine merah untuk yang muslim. Satu lagi diisi sari apel. Makan siang diawali dengan saling tos gelas sambil mengatakan ”cheers”. 

General Direktur Biro Pariwisata Taiwan  Trust H.J. Lin duduk di dekat Tien.  Kata Tien, tugas Trust begitu berat tahun depan. Sektor pariwisata lumpuh di seluruh dunia akibat kemunculan wabah Covid-19. Ia harus mengembalikan target kunjungan 10 juta wisatawan per tahun seperti sebelum pandemi.


Wakil Menteri Luar Negeri Taiwan Tien Chung-kwang Tien memberikan sambutan pada pada jamuan makan siang 17 Oktober 2022.-Salman Muhiddin/Harian Disway-

Tien suka guyon. Suasana makan siang dengan petinggi Taiwan terasa sangat hangat. Joke-joke-nya membuat kami ngakak. ”If you can trust Trust, who else can you trust? (Jika kamu tidak percaya Trust, siapa lagi yang kamu percayai?)” ucapnya, lalu grrr… semua tertawa.

Menurut data taiwan.net.tw, kunjungan wisatawan ke Taiwan sempat mencapai 11 juta orang pada 2018. Itu rekor sebelum pandemi yang dimulai di Tiongkok akhir 2019. Total devisa wisata yang didapat mencapai USD 13,5 miliar. Itu setara Rp 210 triliun. Itu belum termasuk tiket pesawat.


Ibu Kota Taiwan dipotret dari puncak Taipei 101.-Salman Muhiddin/Harian Disway-

Di tahun yang sama Indonesia memperoleh pendapatan devisa wisata Rp 296 triliun. Lebih tinggi. Namun, luas wilayah Indonesia 1,9 juta meter persegi. Sedangkan Taiwan cuma 36 ribu meter persegi. Destinasi wisata Indonesia lebih banyak. 

Rata-rata turis menghabiskan uang Rp 19 juta di Taiwan. Sedangkan rata-rata durasi wisatanya 6,46 hari. Nyaris sepekan.

Esok harinya kami diajak berkunjung ke lokasi wisata ikonik Taiwan: Taipei 101. Gedung itu pernah menyandang gelar gedung tertinggi di dunia pada 2004. Gedung setinggi 508 meter tersebut mengalahkan pemegang rekor tertinggi sebelumnya: Menara Kembar Petronas Malaysia dengan tinggi 451 meter. 

Sekarang Taipei 101 berada di peringkat ke-11. Anda sudah tahu, rekor gedung tertinggi masih dipegang Burj Khalifa di Dubai dengan tinggi 828 meter.

Malam itu Taipei 101 begitu ramai. Jalur pedestriannya dihias dengan lampu-lampu dominan merah dan putih bernuansa Natal. Area malnya begitu ramai. Itulah pusat perbelanjaan terlengkap dan modern di Taiwan. Suasananya sama dengan Tunjungan Plaza Surabaya saat Lebaran.

Salah satu daya tariknya adalah lift yang pernah memegang rekor dunia. Kecepatannya 63 kilometer per jam. Kita bisa sampai ke lantai 89 dalam waktu 39 detik.

Delegasi media yang naik ke lift merekam layar kecepatan dan durasi lift itu. Lampu mulai padam ketika kami meluncur ke atas. Telinga kami langsung terasa pengang karena perbedaan tekanan udara. Sensasinya sama dengan saat pesawat lepas landas. 

Toshiba menyediakan dua lift tercepat yang cuma kalah dari Shanghai Tower di Tiongkok yang punya kecepatan 73,8 kilometer per jam itu. 


Kebegahan Taipei 101 di pusat Ibu Kota Taiwan.-Salman Muhiddin/Harian Disway-

Kami bisa melihat Kota Taipei dari segala penjuru. Kami juga bisa naik ke rooftop dan memakai teropong. Angin malam itu begitu kencang. Saya tak berlama-lama di sana. Takut masuk angin. Saat itu sedang peralihan menuju musim dingin.

Sebelum kembali ke bus, saya sempat masuk ke ruang pendulum seberat 800 ton yang dipasang di lantai 88. Mereka menyebutnya Tuned Mass Damper (TMD). Miniaturnya jadi boneka oleh-oleh ikonik Taipei 101.

Sebulan sebelumnya Taiwan diguncang gempa berkekuatan 6,4 SR. Tepatnya 19 Oktober 2022. TMD menjalankan tugasnya dengan baik. Tak ada kerusakan sama sekali di gedung itu. Videonya banyak tersebar di YouTube. 

Taiwan yang berada di Samudra Pasifik memang rawan terkena bencana alam. Selain gempa bumi, Taiwan menghadapi badai. Desain genius TMD itulah yang membuat Taipei 101 tetap kokoh berdiri sampai sekarang.


Tuned Mass Damper (TMD) Taipei 101 seberat 800 ton di lantai 88.-Salman Muhiddin/Harian Disway-

Kami juga diajak ke tempat wisata ikonik lainnya: Museum Nasional Istana Taiwan (國立故宮博物院). Lokasinya terletak di Shihlin, kawasan pegunungan di Taipei utara. Itulah salah satu museum terbesar di dunia dengan 700 ribu koleksi artefak kekaisaran dan karya seni Tiongkok kuno.

Bahkan, ada koleksi yang berusia 10 ribu tahun sejak zaman neolitikum hingga akhir Dinasti Qing (1911). Saya jadi teringat Museum Istana di Forbidden City di Beijing pada Juni 2018. Arsitektur bangunannya mirip: Istana Tiongkok kuno.

Dua museum itu memiliki dua akar yang sama, tetapi dipisahkan oleh perang saudara. Dalam penyebutan umum dalam bahasa Mandarin, museum yang di Taipei disebut ”Bekas Istana Taipei” (臺北故宮), sedangkan yang terdapat di Beijing dikenal sebagai ”Bekas Istana Beijing” (北京故宮).


Bekas Istana Taipei yang jadi museum nasional.-Salman Muhiddin/Harian Disway-

Perang saudara memang masih berlangsung. Namun, rakyat Taiwan, turis, hingga pekerja migran Indonesia (PMI) yang saya wawancarai rupanya cuek dengan hal itu. 

Kata-kata turis Italia yang saya wawancarai dan terbit di seri pertama terngiang-ngiang di telinga. Ia merasa sangat aman tinggal di Taiwan. Termasuk saat berjalan-jalan dini hari di berbagai sudut kota. ”Taiwan adalah tempat teraman di dunia yang pernah saya kunjungi,” ujarnya. (Salman Muhiddin)

Sumber: