Mijn Roots Mencari Orang Tua Kandung: Barang KNIL Jadi Beban (88)
MEDALI PENGHARGAAN dari kerajaan belanda untuk buyut angkat Jean-Luc dianggap sebagai beban.-David Ubaydullah/Harian Disway-
Kakek dan buyut angkat Jean-Luc Oudkerk Pool adalah tentara Belanda. Bekas Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL) yang pernah ditugaskan di berbagai wilayah di Indonesia. Barang-barang bersejarah peninggalan mereka diberikan secara cuma-cuma kepada pendiri Roode Brug Soerabaia Ady Setyawan.
--
Tiba-tiba saja Ady Setyawan datang ke Disway News House, 8 November 2022. Bawa tas ransel yang sepertinya sangat berat.
Saat itu saya sudah mengobrol dengan Jean selama sejam di halaman belakang Disway News House. Ia sudah menceritakan bahwa semua barang-barang peninggalan kakek dan buyutnya sudah diserahkan ke Ady.
”Ini cuma separuh. Yang di mobil masih banyak,” kata Ady sambil menaikkan tas ranselnya ke meja. Barang-barang itu dikemas di kantong plastik segel.
Ada topi, sabuk, buku, dan foto sang buyut. Nama Oudkerk Pool berasal darinya. Banyak pula buku sejarah dan buku tutorial perang angkatan bersenjata Belanda.
Yang menarik perhatian adalah medali kehormatan dari kerajaan Belanda berwarna emas. Buyutnya berpangkat letnan kolonel. Cukup tinggi untuk jabatan di militer.
Letnan kolonel (letkol) adalah pangkat perwira menengah dalam kemiliteran. Di kepolisian, pangkatnya setara dengan ajun komisaris besar polisi (AKBP). Melati dua.
Jean menunjukkan medali emas dengan tulisan Voor Trouwe Dienst. Medali itu dijejer dengan Badge of Honor Order and Peace dengan simbol bintang delapan. Terbuat dari perunggu dengan warna yang sudah kusam.
PENINGGALAN KNIL Belanda milik kakek dan buyut angkat Jean-Luc diserahkan ke pendiri Roode Brug Soerabaia Ady Setiawan.-David Ubaydullah/Harian Disway-
”I don’t want it (Aku tak menginginkannya, Red),” ujar Jean. Ady kagum dengan sikap Jean. Barang-barang bersejarah itu bisa dengan mudah dijual di eBay. Di Tokopedia pun banyak yang jual.
Satu medali rata-rata dihargai di atas Rp 1 juta. Namun, medali milik Jean itu bisa lebih mahal. Sebab, informasi tentang pemiliknya masih sangat jelas. Jumlah barang yang diberikan ke Ady pun begitu banyak. Sampai Ady belum bisa menghitungnya.
Ady memang mengoleksi banyak barang peninggalan perang Revolusi Nasional Indonesia. Ia bermimpi suatu saat nanti punya museum sendiri. Ady tak akan menjualnya. Ia akan menjaga amanah dari Jean.
Ini bukan kali pertama Ady mendapatkan barang-barang dari Belanda. Sebelum menerbitkan buku Surabaya: Di Mana Kau Sembunyikan Nyali Kepahlawananmu?, ia sempat bertemu dengan salah seorang veteran bernama Krijn van Putten.
”Barang yang diberikan mirip dengan barang dari Jean. Beberapa insignia (lencana) dan pin rampasan tentara Indonesia. Ada juga insignia dari pihak Belanda,” ujar Ady. Barang-barang itu dikembalikan ke Indonesia karena ia merasa tak berhak menyimpan benda tersebut.
MASA LALU Indonesia tergambar dari buku koleksi milik keluarga Jean-Luc di Belanda yang dibawa ke Disway News House, 8 November 2022.-David Ubaydullah/Harian Disway-
Ady menemuinya di wilayah Belanda Selatan. Perbatasan Prancis.
Veteran Belanda memang banyak menyimpan barang peninggalan perang di Indonesia. Ady juga menemui veteran bernama Joop Hueting. Ia pernah membuat geger publik Belanda atas pengakuannya dalam agresi militer di Indonesia. Banyak sekali pelanggaran kemanusiaan dalam upaya perebutan wilayah jajahan itu.
Ady melihat koleksi berupa sepucuk pistol kecil, bayonet Arisaka, papan tripleks bertulisan 50 Tahun Indonesia Merdeka.
”Semua ini adalah barang-barang kenanganku dari leluhurmu, akhir September 1947, adalah awal kedatanganku ke Indonesia. Penugasan pertamaku adalah Jawa Timur, pangkatku saat itu first class soldier. Tahun 1948, aku tergabung dalam pasukan STOOTTROEPEN dan merupakan gelombang pertama yang menyerbu ibu kotamu, Jogjakarta,” kata Hueting seperti dikutip dari buku Surabaya: Di Mana Kau Sembunyikan Nyali Kepahlawananmu? (2018).
Ady tak membawa koleksi itu ke Indonesia. ”Enggak mungkin aku bawa pistol,” katanya, lantas tertawa.
Jean juga punya banyak koleksi tersebut di rumah peninggalan keluarga Oudkerk Pool. Ia menjual semua perabotnya. Sedangkan barang peninggalan perang akan dihibahkan atau dibuang.
Pria kelahiran Bandung 1982 tersebut tak mau makan dari uang penjualan benda-benda itu. ”I won’t make money from that. They made money from the my people bloods (Aku tak mau dapat uang dari barang-barang itu. Belanda mengeruk uang dari darah orang-orang Indonesia, Red),” kata Jean ngotot.
Idealismenya begitu tinggi. Sejak awal, ia memang ingin mengembalikan barang-barang itu ke Indonesia. Jika tidak menemukan orang-orang yang tepat, semua koleksi itu bakal dibuang.
Baginya, semua barang tersebut adalah beban. Ia tak mau memiliki harta dan penghargaan itu. Bagi Belanda, semua benda itu dianggap sebagai penghargaan dari kerajaan. Namun, bagi Indonesia, semua benda itu hanya membuka luka lama yang tak mungkin dilupakan.
Untungnya, Jean bertemu orang yang tepat: Ady Setyawan. (*)
Jean Ingin Menetap di Indonesia. BACA EDISI SENIN!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: