Penambang Pasir Tetap Beroperasi di Zona Merah Semeru

Penambang Pasir Tetap Beroperasi di Zona Merah Semeru

Aktivitas penambangan pasir di kawasan Gladak Perak, Lumajang. -Julian Romadhon-Harian Disway-

LUMAJANG, HARIAN DISWAY - Sejak erupsi cukup besar, 4 Desember lalu, Gunung Semeru tak berhenti meluncurkan awan panas guguran (APG) secara berkala. Di tengah bahaya itulah justru masih terlihat penambang pasir beraktivitas di dekat jalur lahar yang menguap.

Erupsi setahun silam membuat beberapa dusun di Desa Sumberwuluh terkubur abu vulkanik. Salah satu yang terparah: Kampung Renteng di Dusun Kebondeli utara. Jarak dusun ke Semeru cuma 13 kilometer.

Luncuran APG pun menenggelamkan dusun itu. Tercatat 65 rumah ambruk dan 22 rumah lenyap sama sekali. Tak hanya itu, ratusan nyawa pun melayang. Termasuk puluhan orang yang beraktivitas di area pertambangan.

Pagi kemarin, Harian Disway mengunjungi kembali dusun yang sudah ditetapkan sebagai zona merah itu. Rumah-rumah yang ambruk masih tersisa. Sudah tak ada lagi warga yang tinggal di sana. Tak seperti di Dusun Kajar Kuning yang masih banyak warga kembali ke rumah mereka.

Persis di belakang Kampung Renteng itulah letak jalur lahar yang paling besar. Saat kami ke sana, terlihat pekerja sedang merampungkan proyek bronjong baru. Semacam bendungan penangkal lahar.

"Karena bendungan yang lama kan sudah terkubur pasir saat erupsi tahun lalu. Jadi ini bikin lagi yang lebih tinggi," ujar Samiun, pengawas proyek yang kami temui di tenda. Ia pun menunjukkan bendungan lama itu. Hanya terlihat bagian ujungnya.


Proyek pembuatan bronjong di zona merah tetap dikerjakan.-Foto: Julian Romadhon-Harian Disway-

Bendungan baru itu terbuat dari tumpukan batu. Dibentuk kotak dengan kawat besi. Memanjang sekitar lima kilometer dari Dusun Kajar Kuning.

Di lokasi proyek itulah terhampar luas pasir hitam. Lautan pasir itu pula yang dulu menenggelamkan ratusan nyawa penambang. Bahkan juga terlihat beberapa bangkai dump truk penambang yang sudah berkarat. Lengkap dengan ayakan yang berbentuk segitiga seperti atap rumah itu.

Tak seberapa jauh, di ujung sana lahar Semeru mengalir. Kami pun mendekat senyampang cuaca masih cerah. Ternyata, terlihat dua alat berat sedang beraktivitas di lautan emas hitam itu.

Mengeruk pasir di dekat lahar yang mengalir. Lalu membuangnya ke bak dump truk di depannya. Ada sekitar lima unit yang mengantre di belakang.

"Kalau sudah mendung, kami langsung berhenti. Lari saja," ujar Juma'in yang memakai helm proyek bertulisan oranye: CV DPS. Kepanjangan dari Duta Pasir Semeru yang juga merupakan stiker di kaca depan truk-truk pengangkut pasir itu.


Rumah penduduk yang rusak parah karena guyuran abu vulkanik. -Julian Romadhon-Harian Disway-

Juma'in bekerja sebagai mandor di perusahaan tersebut. Ia cukup mengawasi para penambang. Memastikan semua truk terisi pasir sambil duduk di motor matik merahnya.

Sumber: