Bola Identitas

Bola Identitas

-Ilustrasi: Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Misalnya, dengan menyertai doa-doa yang dipanjatkan setiap muslim ketika dalam menghadapi persoalan berat. Cara mereka untuk menambah keyakinan diri untuk bertarung dalam sebuah pertandingan apa saja. Selebihnya, keberhasilan tim itu pasti ditentukan hal-hal rasional.

Hal seperti itu sebetulnya tak hanya berlaku pada pemeluk Islam. Pemeluk agama lain pun mengandalkan hal tersebut dengan cara mereka masing-masing. Bahkan, dulu pernah ada yang menggunakan voodoo –cara-cara mistik yang berkembang di Afrika– untuk mendukung tim mereka dalam laga sepak bola.

Tampaknya, ketika politik identitas marak di sekitar kita, segala yang berbau primordial itu bisa menempel ke mana saja. Termasuk ke dalam pertandingan bola yang semata-mata sebagai industri olahraga paling populer di muka jagat ini.

Tapi, di luar saling sindir berbau identitas antar pendukung timnas di Piala Dunia, branding Qatar sebagai negara muslim di Timur Tengah telah menawarkan sesuatu yang baru dalam industri dari pertunjukan dari dunia sekuler ini. Ia telah berhasil me-rebranding dunia Islam yang selama ini identik dengan kekerasan.

Qatar yang pernah dituduh melakukan skandal suap terkait penunjukan sebagai tuan rumah adalah pemenangnya. Ia telah menampilkan wajah baru dunia Islam tanpa harus berteriak-teriak takbir di jalanan. Wajah senyum dari dunia yang selama ini terkesan ”perang dingin” dengan dunia Barat.

Ada standar tontonan baru dalam pesta besar seperti Piala Dunia. Yakni, menonton bola tidak harus sambil mabuk-mabukan. Ada standar baru dalam penampilan artis-artis pendukung demi kemeriahan industri bola. Modernitas tidak harus yang buka-bukaan. Modernitas tidak berarti kebebasan tanpa batas.

Saya percaya dalam segala hal di dunia ini selalu ada keseimbangan baru. Keseimbangan dari hasil pertarungan dalam setiap lini kehidupan. Termasuk dalam kehidupan bernegara dan hubungan antarnegara di dunia. Demikian juga dalam industri sepak bola.

Rasanya kelak ada keseimbangan baru dalam dunia politik di negeri kita. Setelah berdarah-darah akibat politik identitas, pasti akan ada saatnya politik rasionalitas akan mengedepan. Hanya saja kapan, itu yang tidak bisa kita ramalkan. Sampai tak ada lagi sebutan bapak politik identitas? Upss… (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: