Bola Identitas

Bola Identitas

-Ilustrasi: Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

KEMENANGAN Argentina atas Perancis dalam final Piala Dunia di Qatar sungguh melegakan. Saya ikut jingkrak-jingkrak saat nonton bareng di NgopibarengBaradjawa di kawasan Surabaya Selatan Minggu malam. 

Ketika Maroko dan Kroasia gagal menuju perebutan juara, saya sudah menjagokan Lionel Messi dkk. Itu lebih bersifat dukungan emosional. Saya ingin timnas dari Amerika Latin itu berjaya di Qatar. Biar bola tidak terlalu lama dihegemoni Eropa. 

Apalagi, ini pertandingan terakhir si anak ajaib Messi di pesta sepak bola empat tahunan itu. Sebelum ia pensiun dari bola. Agar ia bisa menjadi pemain yang bisa memenangi berbagai level turnamen bola dengan tuntas. Level negara, antarklub, antarbenua, dan antarnegara di dunia.

Secara teori, sebetulnya Prancis diunggulkan. Ia adalah incumbent. Petahana. Juara Piala Dunia di Rusia yang lalu. Tapi, Prancis tanpa Benzema memang terasa kurang. Seperti kata Mesut Oezil. Tim itu hanya akan menjadi panggung Mbappe. Si anak ajaib di jagat bola lainnya.

Karier Mbappe masih panjang. Toh, ia tidak kalah kemarin. Striker PSG itu mencatatkan rekor sebagai pemain pencetak quat-trick atau hat-trick plus satu di final Piala Dunia. Saya belum pernah dengar ada pemain lain yang mencatatkan prestasi seperti itu. Dalam pertandingan yang dramatis dan keras, seorang memborong gol dalam waktu 120 menit plus adu penalti.

Namun, sebagai petahana, Paris tampak begitu menanggung beban. Di babak pertama, meski unggul dalam ball possession, tapi selalu gagal dalam eksekusi akhir. Belakang Argentina tampak terlalu digdaya. Ditambah penampilan Emiliano Martines yang ciamik. 

Jadilah final di Qatar Minggu malam itu menjadi pertandingan terbaik dalam Piala Dunia. Saya pun setuju dengan Presiden FIFA Gianni Infantino. Ia mengatakan, penyelenggaraan Piala Dunia di Qatar ini merupakan yang terbaik dalam sejarah. Pertandingan penutup Argentina melawan Prancis menjadi pertandingan final dalam Piala Dunia terbaik.

Sayang, Piala Dunia terbaik itu tercemari oleh bola identitas. Dengan adanya percakapan di media sosial yang menyelewengkan pertandingan berbasis sportivitas itu menjadi isu persaingan agama. Khususnya terkait dengan keberhasilan Maroko masuk partai final untuk kali pertama di Piala Dunia.

Kalau dalam politik ada politik identitas, yang berkembang menyertai Piala Dunia ini bisa disebut bola identitas. Pertandingan sepak bola yang dikaitkan dengan keyakinan agama. Sepak bola yang dihubungkan dengan hal-hal yang bersifat penajaman perbedaan ikatan primordial. Pertandingan primordial di luar lapangan hijau.

Misalnya, ketika Maroko gagal ke puncak final dan perebutan posisi ketiga, meme berbau agama berseliweran di media sosial. Terakhir, meme ibu Messi sedang merangkul anaknya di kamar seusai ia sukses mengantarkan Argentina menjadi juara viral. Yang unik adalah banyak berseliweran caption berbau agama di antara netizen Indonesia.

Salah satunya diposting akun yang menggunakan nama Mamahe Messi Simpati. ”Alhamdulillah jagoane Mamah juara dunia, keep fighting and humble ya Mas. Ojo pedot doane dan lali sholate..!??,” tulis akun itu dalam Twitter. Tentu, cuitan lucu tersebut langsung berseliweran di berbagai media sosial lainnya.

Cuitan yang mengandaikan seperti nasihat ibu-ibu Indonesia setiap melihat kesuksesan sang anak itu hanya untuk lucu-lucuan. Kreativitas netizen Indonesia memang terkenal hebat. Yang bisa membuat segala peristiwa serius menjadi lucu. Yang membuat peristiwa lucu menjadi serius. 

Saya membayangkan, jika Maroko berhasil mengalahkan Prancis, jagat medsos pasti makin ramai. Sebab, Maroko oleh sebagian besar netizen dianggap sebagai mewakili negara Islam. Yang membawa bendera Islam dalam kancah pesta bola dunia. Juga, mewakili negara yang belum maju.

Padahal, keberhasilan Maroko bukan karena itu. Tapi, lebih karena kemampuan para pemainnya yang sebagian besar memang telah merumput di negara yang telah maju sepak bolanya. Keyakinan agama para pemainnya hanyalah sebagai cara mereka untuk memperkuat spirit dan moralnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: