Omicron Subvarian BF.7 Masuk ke Indonesia
--
KASUS Covid-19 di Tiongkok melonjak beberapa minggu belakangan. Disebabkan oleh serangan Omicron subvarian BF.7 alias BA.5.2.1.7. Indonesia pun harus waspada lantaran BF.7 sudah mulai masuk.
Kini tercatat sebanyak 15 kasus BF.7 di Indonesia. Dua kasus awal ditemukan di DKI Jakarta pada 24 Oktober dan 1 November lalu. Kedua lelaki berusia 30-40 tahun itu terpapar subvarian BF.7 dengan gejala ringan. Saat ini sudah sembuh setelah isolasi mandiri di rumah.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, BF.7 teridentifikasi melalui pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS). Subvarian tersebut merupakan turunan dari BA.5 yang menjadi biang kerok lonjakan kasus Covid-19 di Tiongkok.
"Sudah kita lihat dan di Indonesia sudah ada. Tapi, kenaikannya kecil sekali. Ada 15 kasusnya," kata Budi kepada awak media saat meninjau RSAB Harapan Kita, Jakarta Barat, Kamis, 29 Desember 2022.
Namun, ia mengimbau agar masyarakat tetap waspada. Meski Indonesia telah melewati fase puncak beberapa waktu lalu. Terutama disebabkan subvarian Omicron BQ.1 dan XBB.
Pemerintah juga tak mau kecolongan lagi. Upaya pencegahan tengah digencarkan. Yakni dengan pengawasan ketat di pintu masuk Indonesia agar meminimalkan persebaran berbagai kemunculan varian baru. Selain itu juga memperbanyak pemeriksaan WGS.
Apalagi saat ini momen liburan natal dan tahun baru. Mobilitas masyarakat tinggi ketimbang hari biasa. Namun, kata Budi, kenaikan kasus justru bukan disebabkan oleh mobilitas yang tinggi itu.
"Lonjakan kasus bisa terjadi karena ada varian baru. Data saintifiknya bilang seperti itu," tandasnya. Buktinya sudah bisa dilihat. Yakni banyak terselenggara kegiatan internasional. Tetapi tak diikuti kenaikan kasus Covid-19.
Pencapaian itu tak boleh menjadikan pemerintah dan masyarakat ceroboh. Sebab, BF.7 memiliki kemampuan infeksi terkuat ketimbang subvarian Omicron lainnya. Bahkan lebih cepat menular dan punya masa inkubasi yang lebih pendek.
Bahkan, BF.7 juga berpeluang lebih besar menginfeksi para penyintas Covid-19. Dan tentu saja lebih gampang menembus kekebalan tubuh orang-orang yang belum divaksin.
Di Amerika Serikat, tingkat infeksi BF.7 begitu signifikan, menyumbang 4,6 persen dari total kasus. Di Belgia lebih parah lagi dengan menyumbang 25 persen dari total kasus.
Gejala yang dirasakan pasien sama seperti pasien yang terserang varian lain. Seperti demam di atas 37 derajat celcius, batuk, pilek, dan sakit tenggorokan. Namun, bagi yang bergejala berat bisa mengalami diare, gampang kelelahan, hingga muntah.
"Tapi, saya minta masyarakat gak usah panik dan khawatir berlebihan. Memang BF.7 ini yang bikin kasus di Tiongkok meledak," ujar Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga dr Windhu Purnomo saat dihubungi, kemarin.
Ia memastikan hingga kini belum ada tanda kenaikan kasus di Indonesia. Bahkan masih terus menurun. Angka reproduksi virus (Rt) mencapai 0,7 poin. Artinya masih terkendali karena di bawah 1.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: