Merajut Kembali Jalur Keilmuan dengan Mesir dan Diplomasi Antiradikalisme
PENULIS berada di salah satu makam wali Allah di Mesir.--
KAIRO, Selasa, 10 Januari 2023.
Selama berada di Mesir, negeri para nabi dan negeri dengan peradaban berusia ribuan tahun, saya memanfaatkan waktu untuk berziarah ke wali-wali qutub, ke makam-makam 'alim-'allama yang zuhud dan keilmuannya terhubung dekat dengan sanad Rasulullah SAW.
Bisa ziarah ke makam wali-wali Allah, melihat pusara dan bertemua ulama-ulama besar tingkat dunia termasyhur adalah kemewahan spiritual dan kenikmatan intektual. Apalagi, bisa diterima dan sungkem serta berdoa bersama para ulama dunia yang masih hidup.
Sukses hari pertama berkunjung ke empat ulama besar terpandang di Mesir dan dunia, rombongan Prof Dr KH Asep Syaifudin Chalim, Dr KH Muhaibur Rahma (rektor Institut KH Abdul Chalim, IKHAC), CEO Harian Bangsa, dan Dr Fadli Usman (wakil rektor IKHAC), saya yang mendapat tugas khusus menindaklanjuti kunjungan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa November 2022 dan atas nama Pascasarjana Unisma mengisi keinginan meningkatkan derajat takwa dan keilmuan.
Setelah sempat keliling Alexandria menemui Syekh Ala Naim dan Syekh Abdul Basith Al Khattani, dilanjut hari kedua yang sangat padat mengunjungi Kota Alexandria berjarak 250 km dari Kairo.
Ini kota ilmu di Mesir, Kota Perpustakaan dan kota tua berusia ribuan tahun, yaitu Alexandria, yang dibangun tahun 332 sebelum Nabi Isa lahir.
Alexandria adalah juga tonggak ekspansi Islam ke Mesir. Ada tokoh Alexander the Great dan lambang ekspansi Islam ke Mesir saat itu.
Beruntung lagi, rombongan bisa bertemu Syekh Muhanna untuk minta doa, Syekh Ibrahim Hud Hud untuk mendengar fatwa, bertamu Syekh Abdul Baiz Kattani yang ”lungit dan zuhud dan disebut wali Allah” yang bagi pejabat sangat sulit untuk bersedia ditemui.
Syekh Abdul Baiz tinggal di apartemen sangat sederhana untuk ukuran ulama besar tingkat dunia dan kamarnya penuh dengan buku dan perabot yang sangat sederhana. Jauh dari kemewahan duniawi.
Tak lupa hari-hari ”nyucup kemukten” atau istilah Jawa-nya ”ngalap barokah”, dengan cara sowan di kediaman pemegang otoritas mazhab Asy-Syafii Syekh Syahawi yang tetap sehat di usia 77 tahun.
Muhibah akademik kali ini bertabur penuh keistimewaan spiritual karena rombongan dijamu Shekh Syahawi makan malam dengan cara mengejutkan dan inspiratif.
Betapa tidak, beliau dan keluarga menghidangkan sendiri makanan sambil menunggu tetamu puas menikmati sajian. Betapa kaget saya ketika tahu setelah tetamu dipastikan kenyang, sisa lauk pauk daging unta, daging kambing, dan makanan khas lain yang tersisa diselesaikan beliau di kursi dan meja terpisah.
Keberkahan lain bagi saya adalah bisa mengunjungi makam-makam orang hebat seperti pengarang Salawat Burdah yang kesohor di seantero jagat Sunni, yaitu Syekh Al-Busyiri, yang tak kalah istimewa dan mistis. Ini bagai mimpi.
Tak lupa, saya, pimpinan pondok, rombongan intelektual, aktivis, dan jurnalis ini juga berkunjung ke makam Al-Imam Asy-Syafi’i yang sangat masyhur itu. Tak lupa juga salat Duhur berjamaah di masjid Syekh Ahmad Ibnu Athoillah Asy-Syakandari dan tahlilan di makam beliau.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: