Revolusi Chelsea: Di Balik Belanja Besar-Besaran Si Biru
CHELSEA benar-benar melakukan revitalisasi besar. Sayangnya, sejauh ini, program tersebut belum membuahkan hasil. Meski sudah berganti pelatih, Chelsea kini malah hanya menempati peringkat ke-10 klasemen sementara Liga Premier. Itu jadi pekerjaan rumah ya-Chelsea-
CHELSEA benar-benar melakukan revolusi di bawah bos baru Todd Boehly. The Blues merombak skuad mereka. Sejumlah sosok penting dibuang. Banyak orang baru masuk.
Di bawah Boehly, Chelsea belanja besar-besaran. Kontrak pemain juga aneh-aneh. Banyak yang mendapatkan kontrak jangka panjang. Efektif atau tidak, itu soal nanti.
Yang harus jadi catatan, apakah revolusi itu tidak melanggar aturan ketat keuangan? Sepertinya, Chelsea tidak melanggar aturan financial fair play (FFP) versi Premier League dan UEFA. Sayangnya, di tengah kecemerlangan itu, Chelsea justru terdampar di posisi kesepuluh.
Saat Chelsea mendatangkan Mykhailo Mudryk pekan lalu, dunia langsung tercengang. Bukan karena Chelsea mengintersep rencana transfer Arsenal, melainkan karena total nilai fantastis yang dikeluarkan The Blues. Total pengeluarannya jadi GBP 445 juta. Jumlah itu melewati rekor pengeluaran Manchester City sebesar GBP 328 juta pada musim 2017/2018. Artinya, secara kasatmata, Chelsea melanggar prinsip akuntabilitas keuangan atau FFP.
Infografis Chelsea/Harian Disway--
BACA JUGA:Lapor Jokowi, Menpora Diminta Cari Solusi Penghentian Liga 2 dan 3
BACA JUGA:Usai Menang 5-0 atas Persita: Tantangan Persebaya Tak Bertumpu pada Marselino
Di bawah aturan FFP Liga Premier, klub hanya diizinkan belanja GBP 105 juta selama periode tiga tahun bergulir. Tetapi, ada penyesuaian untuk area pengeluaran yang baik seperti pengeluaran infrastruktur, tim wanita, akademi, dan proyek komunitas.
Selain itu, ada tunjangan terusan yang diberikan setelah Covid-19 dan dampaknya pada klub yang memainkan pertandingan secara tertutup.
Aturan UEFA sedikit berbeda, dengan aturan keuangan dan keberlanjutan baru yang diperkenalkan pada musim panas 2022. Itu memungkinkan klub kehilangan hingga EUR 60 juta (GBP 53 juta) selama tiga tahun, tetapi tunjangan pengeluarannya diabaikan.
MANAJER Graham Potter harus benar-benar bekerja keras agar Chelsea bisa kembali ke tataran elite. Zona Liga Champions adalah tujuannya. Sebab, bila berada di zona itu, The Blues akan mendapatkan pemasukan keuangan yang lumayan besar. -Chelsea-
UEFA juga telah memperkenalkan batas upah lunak yang membatasi pengeluaran untuk gaji pemain/pelatih, ditambah biaya agen, dan biaya transfer bersih hingga 90 persen pendapatan awal pada 2023/2024, kemudian 80 persen dan 70 persen dalam dua musim berikutnya.
Chelsea membukukan kerugian operasional sebesar GBP 387 juta dalam tiga tahun dari akun terbaru mereka yang dipublikasikan hingga 30 Juni 2021.
Namun, klub dapat mengeklaim jumlah yang besar sehubungan dengan Covid-19 (Everton, misalnya, yang biasanya menghasilkan sekitar GBP 60 juta setahun lebih sedikit dari Chelsea dalam penjualan tiket, mengklaim GBP 190 juta dari biaya terkait Covid).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: