Inflasi dan Bunga Kredit Diprediksi Terjaga
Gubernur BI Perry Warjiyo (tengah) memberikan keterangan kepada wartawan terkait kenaikan suku bungan acuan. -Foto: Screenshot YouTube Bank Indonesia -
"Tahun ini, sinergi kebijakan antara BI dan kebijakan sektor Pemerintah dan dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) terus diperkuat," ujar Perry.
Tentu dalam rangka menjaga stabilitas makroekonomi dan sektor keuangan. Serta mendorong kredit/pembiayaan kepada dunia usaha khususnya pada sektor-sektor prioritas. Seperti ekspor maupun keuangan inklusif dan hijau.
Ekonom Universitas Airlangga Gigih Prihantono mengatakan, kenaikan suku bunga itu mencerminkan ketakutan pemerintah atas perlambatan ekonomi. Terutama untuk meredam kenaikan inflasi. “Cuma, kenaikan ini bisa efektif jika seluruh saluran moneternya cukup baik,” katanya saat dihubungi, kemarin.
Risiko inflasi masih memungkinkan bisa melejit. Sebab, kata Gigih, bisa jadi biaya produksi yang meningkat. Itulah yang harus menjadi fokus bersama.
Gigih menilai, keputusan menaikkan suku bunga itu cukup kontradiktif. Harusnya tahun ini harus lebih ekspansif secara keseluruhan. Apalagi jika melihat beberapa faktor. Seperti nilai tukar rupiah terhadap dolar dan neraca perdagangan yang tak terlalu bermasalah.
Menurutnya, kenaikan suku bunga itu tak akan berpengaruh signifikan pada suku bunga kredit pada masyarakat. Ia memprediksi tak akan banyak perubahan, setidaknya hingga tiga bulan ke depan.
“Tapi, memang BI ingin berhati-hati saja karena ekonomi dunia diprediksi suram tahun ini,” terangnya. SUku bunga naik otomatis akan menggaet masyarakat untuk menyimpan uangnya di instrumen deposito. Sehingga bank pun bisa menurunkan suku bunga kredit. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: