Wujudkan Surabaya Barometer Kota Toleransi

Wujudkan Surabaya Barometer Kota Toleransi

Barongsai menghibur warga yang mengunjungi Alun-Alun Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (21/1/2023).-Julian Romadhon-

SURABAYA, HARIAN DISWAY- DPRD Surabaya menginisiasi Kota Pahlawan menjadi barometer toleransi nasional. Untuk itu, dewan membentuk Badan Pembentukan Perda (BPP). Sekarang tengah sibuk menyusun naskah akademik.

Rancangan raperda itu akan menentukan pasal per pasalnya. Poin besarnya adalah mewujudkan kota toleransi lintasagama. Sehingga setiap umat beragama di Surabaya, lebih terjamin hidup berdampingan dengan rukun dan nyaman.

Dewan juga mengajak seluruh tokoh agama di Surabaya ikut andil dalam pengambilan keputusan poin per poin raperda itu. Ditargetkan, raperda rampung pada bulan Maret atau April 2023 mendatang.

"Isi dalam Perda itu nanti yang akan mengatur nilai-nilai toleransi. Saling menghormati agama satu dengan lainnya," ujar Ashri Yuanita Haqie, salah satu anggota BPP DPRD Surabaya, Sabtu, 18 Februari 2023. 

"Segera dirampungkan setelah naskah akademik itu selesai," lanjutnya.

Raperda terkait toleransi itu, juga sebagai wujud apresiasi dewan terhadap pemkot Surabaya yang menggaungkan agar menanamkan pembelajaran agama dilakukan sejak dini. Baik saat di sekolah maupun di lingkungannya masing-masing. Pemkot juga akan merealisasikan upaya pendidikan agama itu dilakukan di balai-balai RW Surabaya.

Politikus dari Fraksi PDIP itu mengatakan, eksekutif dan legislatif memiliki pemahaman yang sama terkait itu. Yakni, menjadikan Kota Surabaya sebagai kota toleransi.

Tetapi, untuk mewujudkan kota toleransi yang bermuara dari anak-anak atau sejak dini itu, kata Ashri, pemkot maupun dewan tidak mampu bekerja sendiri. Butuh peranan semua orang tua. Sebab, membentuk karakter masyarakat yang lebih toleran juga harus melibatkan peranan keluarga.

Sejatinya, setiap pendidikan agama sudah ditanamkan orang tua sejak anak-anak mereka lahir. Dari situ sudah bisa dilihat, pendidikan anak tidak hanya dari luar saja. "Karena orang tua adalah contoh bagi anak-anaknya," ujar Ashri.

DPRD dan pemkot hanya sebagai fasilitator dan mendukung peran orang tua dalam mendidik anak-anaknya. "Karena itu agar orang tua juga dapat mengambil siasat dalam mendidik anak-anaknya," kata Ashri. 

"Misalnya, bagaimana memberikan contoh kepada anak-anak tentang aktivitas yang positif. Dan sering mungkin bisa mengontrol setiap kegiatannya," lanjutnya.

Selain pendidikan agama, Ashri menuturkan, kedekatan emosional antara orang tua dengan anak sangat perlu ditanamkan sejak dini. Sehingga, bukan hanya menjadikan anak yang toleransi beragama, tetapi juga membentuk anak yang produktif dalam kebiasaan baik. Bersosialisasi ke arah yang lebih positif.

Ashri tak menampik, kesibukan orang tua sering menjadikan anak kurang kasih sayang. Sehingga, anak cenderung mencari perhatian di luar lingkungan keluarga. "Poinnya, selain terbentuknya toleransi beragama, diharapkan dalam Rapeda itu juga menjadikan anak-anak Surabaya jauh dari kenakalan remaja. Tidak ada lagi gangster atau tindak kriminal lainnya," ujar Ashri.

Dengan demikian, tekad Surabaya dalam mewujudkan kota toleransi dapat mempersempit kenakalan remaja, konflik antaragama, dan menindak tegas oknum yang mencederai toleransi di Surabaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: