Mendaki Bersama Komunitas Kecanduan MDPL dan Stereotip Mistis di Gunung

Mendaki Bersama Komunitas Kecanduan MDPL dan Stereotip Mistis di Gunung

Lautan awan di puncak Gunung Tanggung-Rifda Ariana Putri-

MALANG, HARIAN DISWAYSelalu ada risiko di setiap pendakian gunung. Tak jarang ada pendaki tersesat dan ditemukan meninggal. Ada juga yang mengaku mendengar suara-suara aneh. Maka tak jarang, gunung sering dikaitkan dengan hal mistis.

 

Salah satu pendaki Rifda Ariana Putri tak menampik  stereotip itu memang ada. Gunung dikaitkan dengan hal mistis oleh sebagian orang.

 

“Ih, mistis terus pikirannya, hahaha. Ya emang ada… tapi enggak selalu kok. Kalau enggak mendaki, kamu enggak akan tahu bahwa lautan awan itu beneran ada, enggak cuma kiasan,” ujar Putri saat ditanya perihal stereotip mistis yang selalu dihadapi oleh para pendaki.

 

 

Baginya, mendaki adalah hobi paling menakjubkan yang pernah ia lakukan. Berawal dari ajakan sang mantan kekasih, ia tidak mengira rupanya menjajaki area terjal di pegunungan jadi salah satu kegiatan favoritnya melepas penat.

 

Mahasiswi Universitas Islam Malang (UNISMA) itu kerap mendaki meski masih sibuk mengerjakan penelitian akhir.  “Kalau lagi solo gitu ambil track yang enggak sampai nginep. Ada yang sejam-dua jam udah sampai, terus turun lagi,” kata Putri.

 

Penghobi fotografi itu mengaku tak punya pengalaman mistis saat mendaki. Namun, ia tetap menjaga etika saat menembus alam. Alias tetap menghormati semua makhluk hidup. Tidak bertindak sembrono.

 

Selama tak melakukan hal aneh-aneh, pendakian bakal seru.

 

“Awal-awal enggak sampai puncak. Masih sampai sabana, itu pun aku udah hampir kena hipotermia. Tapi habis gitu jadi kepo pengen tau di atas ada apa, dan pas udah tahu, eh kecanduan, deh!” cerita Putri sambil mengenang waktu pertama kali mendaki.

 

Putri mulai mendaki sejak tahun 2019. Kegiatannya rutin dilakukan dalam satu tahun bisa 2-4 kali tergantung situasi. Katanya, melakukan pendakian secara berkelompok tidak bisa dilakukan dengan sembarang orang. Harus menemukan tim yang solid, peduli, dan punya visi yang sama.

 

Ia menemukan kelompok yang klop: Komunitas Kecanduan MDPL (Meter Diatas Permukaan Laut) di Malang. Bersama mereka, pendakian menjadi terasa lebih menyenangkan. Ada banyak hal yang ia pelajari tentang kerjasama tim pada situasi sulit bahkan darurat sekalipun.

 


Putri di puncang Gunung Welirang-Rifda Ariana Putri-

 

 

Sejauh ini, gadis belia kelahiran Pasuruan itu telah menjajaki sepuluh gunung baik yang besar maupun kecil. Namun, pengalamannya yang paling berkesan adalah ketika mendaki Gunung Welirang.

 

Gunung dengan ketinggian lebih dari 3.000 mdpl itu ia lalui selama tiga hari dua malam bersama tim. Masalah terjadi karena mereka lupa membawa masker khusus. Karena Welirang saat itu tengah aktif mengeluarkan gas belerang dan memang sebenarnya setiap pendaki diimbau untuk bawa masker, persiapan sewaktu-waktu gunung tersebut meletus.

 


“Ini bodoh sih, gasnya bau banget. Tapi kita tetep naik soalnya udah setengah jalan. Alhasil ya sampai sana gak lama-lama. Tapi puas lah, meskipun kayaknya aku ngerasa udah keracunan belerang. Sempoyongan gitu jalannya, but I’m still alive,” kenang Putri.

 

Tentu, menjadi pendaki hingga pernah melakukan perjalanan seorang diri tidak dilaluinya dengan mudah. Sakit badan sudah biasa. Tapi alasan yang ia yakini sebagai satu-satunya kelebihan dari hobi ini adalah merasakan ciptaan Tuhan langsung secara nyata.

 

“Kalau udah sampai puncak ya, MasyaAllah.. bener-bener puas banget! Cakep banget view-nya! Healing di puncak gunung itu lebih dari apapun,” tutur Putri dengan sorot mata berbinar-binar.

 

Bagian paling menyenangkan baginya adalah melihat hamparan lautan awan bak di negeri dongeng. Menikmati pemandangan alam yang indah benar-benar sepadan menurutnya dengan usaha selama mendaki. Asal mematuhi aturan dan mempersiapkan diri dengan baik, tentu segalanya akan lebih mudah.

 

 


Lautan awan senja di puncak Gunung Welirang-Rifda Ariana Putri-

 

Hal yang paling sering dilupakan atau diremehkan orang-orang saat mendaki adalah membawa jaket atau pakaian hangat serta sleeping bag (kalau berencana menginap).

 

Harus makan sebelum jalan, membawa persediaan makan dan minuman yang cukup, serta P3K. Terutama bagi wanita, jika dalam keadaan menstruasi sebaiknya tidak melakukan pendakian untuk keselamatan diri. Karena kondisi tubuh yang melemah karena banyak mengeluarkan darah.

 

Jika didengarkan secara seksama, penuturan Putri sama sekali tidak condong pada hal-hal menakutkan yang sering diceritakan.

 

Hal-hal mistis di setiap tempat menurutnya hal lumrah karena manusia tidak dipungkiri hidup berdampingan dengan makhluk lainnya di muka bumi. Baginya, yang penting sopan dan mengikuti aturan jelas tidak akan diganggu.

 

“Ratingnya hobi mendaki ini 10! Kalian bener-bener harus coba. Bakal nagih sih. Ini aja InsyaAllah wishlist-ku setelah menikah mendaki Gunung Arjuno sama Merbabu. Doain, ya!” harap Putri. (Hendrina Ramadhanti)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: