Di Balik Kemeriahan Drama Musik Bangunlah Jiwanya

Di Balik Kemeriahan Drama Musik Bangunlah Jiwanya

Penampilan para pemain Drama Musik Bangunlah Jiwanya--Erni Prasetyo--

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Pada tanggal 9 Maret diperingati sebagai Hari Musik Nasional yang bertepatan dengan hari kelahiran WR. Soepratman. Dalam rangka memperingati hari tersebut di Gedung Cak Durasim menggelar serangkaian acara. Drama Musik Bangunlah Jiwanya merupakan pertunjukan terakhir sebagai puncaknya.

Sebelum pembukaan acara, para penonton disuguhkan oleh penampilan alat musik tradisional Tiongkok yang membawakan lagu Rek Ayo Rek karya Is Harianto. Lagu Rek Ayo Rek ini memiliki makna yaitu mengajak anak muda untuk tidak duduk termenung di malam Minggu dan dianjurkan keluar mencari hiburan ke daerah Tunjungan bersama teman-teman.


Penampilan Kemuning Musik Indonesia Tionghoa Orkestra--Erni Prasetyo--

Selanjutnya, acara dibuka dengan penampilan kolaborasi semua alat musik diatas panggung yang membawakan lagu Indonesia Raya 3 stanza. Ketika penampilan tersebut para penonton diminta untuk berdiri dan bernyanyi bersama.

Aura sakral pun terasa bersamaan dengan berdirinya sosok pria dengan raut wajah tegas berpakaian seperti Presiden Soekarno dan seorang anak kecil perempuan bergaun putih. Kedua tokoh ini sebagai pemeran utamanya.

Seusai menyanyikan lagu, riuh tepuk tangan para penonton sebagai tanda standing applause ini menjadi sebuah energi positif untuk pemain yang bertugas agar tampil maksimal. 

Sepanjang acara, para penonton disuguhkan penampilan memukau dari alat musik tradisonal dan modern, tari, paduan suara, gending Jawa dan puisi. 

Remy Wicaksono putra Alm. Gombloh turut hadir menikmati Drama Musik Bangunlah Jiwanya. Ia sangat terhibur pasalnya ini kali pertama ia menghadiri acaranya dan mendengarkan beberapa karya Gombloh dinyanyikan kembali. Tak hanya itu ia juga ikut memantau latihan persiapan pemain selama dua hari sebelum acara diselenggarakan. "Menyatukan chemistry setiap masing-masing pemain agar hasilnya wow adalah salah satu tantangan," ucap Remy Wicaksono.

Purnawan Wicaksono sebagai pimpinan Sanggar Baladewa sependapat dengan Remy Wicaksono. Hadirnya berbagai alat musik modern dirancang dan ditata kembali dengan sedemikian rupa agar gamelan dapat dikemas bersamaan. Meskipun ketika gladi bersih pemain belum dapat menyampaikan feelnya dan kacau karena persiapan belum matang sempurna.

"Saya sebagai pelaku seni juga penata musik mulai tahun 2010. Jadi, menurut saya penampilan malam hari ini membuat saya merinding. Sejarahnya WR. Soepratman bagaimana menciptakan lagu Indonesia Raya itu kemudian disusul dengan lirik lagu Semangat Juang 45 karya Ki Narto Sabdo. Dimana lagu 45 menggambarkan kebhinekaan Indonesia sangat dalam sekali maknanya," tutur Purnawan Wicaksono.

Purnawan Wicaksono menambahkan sebagai ucapan Hari Musik Nasional yang ia tunjukan untuk anak muda, "Bagi generasi muda jangan lemes. Banyak suatu hal besar yang ada di Indonesia ini butuh generasi muda untuk mengembangkan terlebih pada kesenian. Jangan lupa juga untuk menjaga tradisi kita," katanya. 

Heri Lentho sebagai Sutradara memberikan pemaparan tambahan bahwa latihan persiapan pemain yang berjumlah 168 peserta berlangsung selama empat bulan yang lalu. Latihan ini diadakan setiap hari Sabtu dan Minggu.


Penampilan para pemain Drama Musik Bangunlah Jiwanya--Ardita Sindy Cahyani--

Heri Lentho berpesan bahwa negara harus memiliki strategi membangun bangsa dengan optimal dan tidak hanya disisi materialnya saja tetapi juga di manusianya. (Ardita Sindy Cahyani)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: