Jangan Lupakan 3 April, Hari Kembalinya NKRI setelah Mosi Integral Mohammad Natsir
Mohammad Natsir, ketua Fraksi Partai Masyumi mengajukan Mosi Integraldi Parlemen RIS (Republik Indonesia Serikat)--
Dua bulan setengah saya melakukan lobby. Tidak mudah, lebih-lebih dengan negara-negara bagian di luar Jawa. Umpamanya negara bagian di Sumatra dan Madura. Setelah selesai semua, lantas saya adakan “mosi integral” yang kabur-kabur. Ha-ha-ha… kabur, sebab kita menghadapi Belanda. Jangan sampai nanti Belanda bikin kacau lagi. Belanda tidak boleh tahu ke mana perginya rencana itu.
Sesudah itu saya perlu datang ke Yogya. Tapi Yogya tidak mau membubarkan diri. Lantas saya katakan: Kita punya program menyatukan kembali semuanya, jadi kita bayar ini dengan sama-sama membubarkan diri. Walaupun beberapa pemimpin sudah setuju, masyarakatnya belum mau, karena harga dirinya tersinggung.
Sampai pukul 3 dini hari kami membicarakan soal itu dengan jurnalis-jurnalis, orang-orang penting, dan pemimpin-pemimpin di Yogya. Ada yang bilang, “Kalau kita pulihkan dengan cara membubarkan diri, apa tidak sulit nanti? Hilang kita punya negara.” Wah, itu masuk akal juga.
Lalu saya katakan, kita mempunyai program. Program mempersatukan kembali.
Untuk itu ada dua alternatif. Pertama, kita berperang dulu dengan semuanya. Dengan negara Pasundan, dengan negara Madura, Jawa Timur, dan lain-lain. Mereka semuanya akan kalah, dan kita menjadi satu. Alternatif kedua, kita tidak berperang. Kita ajak mereka membubarkan diri dengan maksud untuk bersatu. Nah, kita, negara Yogya ini punya Dwitunggal Soekarno-Hatta. Mereka tidak. Saya katakan lagi, “Dalam sejarah jangan kita lupakan faktor pribadi; mutu pribadi orang itu menunjukkan siapa itu Soekarno-Hatta. Tidak akan ada yang bisa mengatakan ‘tidak’ kalau kita majukan nama Soekarno-Hatta menjadi Presiden RI. Sedangkan kita, para pemimpin-pemimpin ini, diam sajalah mengikut. Kalau diperlukan, ya, dipakai, dan kalau tidak, ya, tidak apa-apa. Pokoknya, tidak ada satu pun dari negara-negara bagian itu yang akan menolak Soekarno-Hatta menjadi presiden.
Di sini, fungsi Soekarno-Hatta itu untuk mempersatukan, untuk memproklamasikan, dan untuk mempersatukan kembali. Setelah “mosi integral” berhasil, saya dipercayai jadi perdana menteri. Tapi saya tidak memikirkan hal itu sama sekali tadinya. Saya juga heran. Wartawan Harian Merdeka Asa Bafagih bertanya kepada Soekarno tentang siapa yang akan jadi perdana menteri. Kata Soekarno, “Ya, siapa lagi kalau bukan Natsir dari Masyumi, mereka punya konsepsi untuk menyelamatkan Republik melalui konstitusi”.
Bung Karno mengakui kehebatan perjuangan Mohammad Natsir dengan Mosi Integralnya. Setelah Mosi Integral berhasil, Natsir dipercaya Presiden Soekarno untuk menjadi Perdana Manteri.
BACA JUGA: Anies Baswedan ke Rumah Proklamasi Kemerdekaan di Karawang, Janji Biayai Perawatan Situs Bersejarah
Wartawan Harian Merdeka Asa Bafagih bertanya kepada Soekarno tentang siapa yang akan jadi perdana menteri setelah Indonesia kembali menjadi Negara Kesatuan, maka Soekarno menjawab, “Ya, siapa lagi kalau bukan Natsir dari Masyumi, mereka punya konsepsi untuk menyelamatkan Republik melalui konstitusi”.
Kepahlawanan Mohammad Natsir melanjutkan tradisi para tokoh Islam dalam menjaga dan mengokohkan NKRI. Dalam situasi sekarang, bangsa kita memerlukan tokoh-tokoh integratif seperti Sukarno-Hatta, HOS Tjokroaminoto, KH Hasyim Asy’ari, Ki Bagus Hadikoesoemo, Syafruddin Prawiranegara, Mohammad Natsir, dan sebagainya.
Semoga Allah SWT menyelamatkan dan menjayakan negeri kita. Amin. (*)
Oleh Dr Adian Husaini, Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: