Sukses Manggung di Surabaya, Duo Saraswati jadi Wishlist Promotor untuk Kolaborasi Lagi

Sukses Manggung di Surabaya, Duo Saraswati jadi Wishlist Promotor untuk Kolaborasi Lagi

Duo Saraswati, Jan van der Plas (kiri) dan Kris van der Plas (kanan) bermain duet cello dan piano di Gedung Cak Durasim Taman Budaya-Moch. Sahirol Layeli-

SURABAYA, HARIAN DISWAY- Konser tur musik klasik oleh Duo Saraswati di Surabaya pada Sabtu, 8 April 2023 berhasil membius seluruh penonton di Gedung Cak Durasim. Dengan repertoar mereka yang memukau.

 

Rintik gerimis yang menghiasi langit sejak sore tak menyurutkan semangat para penikmat musik klasik Surabaya untuk datang ke gedung pertunjukan di Kompleks Taman Budaya Jawa Timur (TBJT), Surabaya. Maklum, ada dua musisi muda asal Belanda yang cukup memikat pecinta musik klasik di Surabaya. Keduanya memang sudah digadang-gadang menampilkan repertoar yang berasal dari campuran musik Indonesia dan Eropa yang menarik.

 

Jan van der Plas (cellois) dan Kris van der Plas (pianis) memulai pertunjukannya tepat pukul 16.30. Mereka memainkan alunan melodi Balinese Ceremonial Music oleh Colin McPhee. Sejak awal jari Jan menggesek cello yang ada di pelukannya, perhatian penonton seketika tertuju pada dua kakak beradik yang tampil dengan aksesori udeng Bali di kepala mereka. Diiringi dengan bunyi tuts-tuts piano dari Kris, musik mereka seakan menjadi satu-satunya suara di antara ratusan penonton yang hadir. 

 

Sebagai organizer untuk penampilan musik di Surabaya, Amadeus Enterprise merasa senang digandeng oleh Erasmus Huis Jakarta untuk menggelar acara kesenian tahunan yang mengundang musisi asal Belanda. Apalagi dengan Duo Saraswati sebagai bintang utamanya, Patrisna May Widuri, Artistic Director dari Amadeus Enterprise mengaku ada kecocokan satu sama lain dengan mereka.

 

“Sesuai dengan ciri khas kami, penampilan musiknya harus bersifat kontributif untuk warga Surabaya. Mereka sudah menyiapkan list susunan acara, termasuk akan memainkan Srikandi. Akhirnya Duo Saraswati berkolaborasi dengan Angela Jana Prasetya dan Mohammad Syaifur Rahman. Mereka berdua cellis muda yang dipilih sendiri oleh Jan untuk tampil bersama sejak masterclass. Tentu mereka seneng banget!,” terang Patrisna ketika ditanya kesan selama mengorganisir konser untuk Duo Saraswati.

 


Jeda penjelasan instrumen musik dalam pertunjukan konser musik klasik Duo Saraswati. -Moch. Sahirol Layeli-

 

Momen kolaborasi itu juga menjadi momen paling berkesan bagi Duo Saraswati. Ketika ditanya dari sekian momen selama konser tur di Indonesia, Jan, mengatakan bermain bersama musisi Surabaya menjadi kesempatan menarik. Apalagi lagu yang dimainkan adalah Srikandi, lagu yang memang telah sering mereka mainkan di Belanda dan mendapat respon positif di sana.

 

“Saya pikir, bagiku, (tur di kota sebelumnya) ada kelas pertemuan dengan murid musik klasik Indonesia itu sangat spesial. Karena kami dari Eropa, lalu mereka belajar musik dari budaya kami, masyarakat kami, dan mereka bermain sangat baik. Kemudian hari ini kami dapat kesempatan bermain bersama. Hanya di Surabaya kami bermain dengan murid. Mereka bermain sangat bagus, cepat belajar dan ini sangat berkesan bagi kami,” kata Jan sambil tersenyum semringah.

 


Wawancara dengan Duo Saraswati, Jan van der Plas (kanan) dan Kris van der Plas (kiri) setelah konser-Ilham-

 

Pada bagian Selection Songs From Antologi Musik Klasik Indonesia, Jan membacakan puisi dari lagu Mochtar Embut yang berjudul Srikandi, Angin Jahat, dan Setitik Embun. Puisi tersebut merupakan lirik dari lagu yang bagi mereka sayang untuk tidak ditampilkan bersamaan dengan musik mereka yang indah.

 

Ide mereka menyatukan musik Indonesia dengan Eropa sudah sangat menarik perhatian. Duo Saraswati ternyata tidak hanya sekadar nama yang diambil dari nama dewi dalam kepercayaan agama Hindu. Namun, nama tersebut menjadi cerminan inspirasi mereka yang memiliki darah Bali. Kakak-beradik itu memang telah terlatih memainkan musik klasik barat namun dengan unsur Bali sebagai latar belakangnya.

 

Well, fakta uniknya, setiap komposer Eropa yang musiknya kami mainkan hari ini, mereka semua bilang gamelan Indonesia itu sangat bagus. Lebih kaya dari musik barat. Jadi, mereka benar-benar jatuh cinta dengan suara gamelan. Dan kami ingin menghubungkan dua hal itu dan menunjukkan bahwa itu bisa jadi suara yang indah. Dan itu benar-benar cocok meski dasarnya berbeda,” jelas Kris ketika ditanya alasan khusus ingin menyatukan musik Indonesia dengan Eropa.

 

Konser yang berlangsung dengan hikmat itu memberikan jejak indah tersendiri bagi Amadeus Enterprise. Patrisna berharap ke depan pihaknya bisa meng-handle Duo Saraswati lagi. Ia mengaku jika jiwa muda mereka yang kreatif memberi warna tersendiri dalam pertunjukan musik klasik.

 

Dia sendiri bangga konser pertama mereka dengan Duo Saraswati berjalan lancar. “Saya belajar dari acara tari di Wisma Jerman sebelumnya. Kemalaman juga enggak enak. Apalagi sekarang lagi ada puasa dan malam Paskah. Jadi, start open gate jam 16.00 itu menurut kami cukup ideal. Yang muslim bisa sambil nunggu buka puasa, dan yang nasrani juga gak terganggu ibadahnya ke gereja nanti malam,” pungkasnya. (Hendrina Ramadhanti)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: