Serial Geliat Masjid Perumahan (Seri 24): Masjid Bukit Palma, Surabaya; Asyik untuk Hang Out

Serial Geliat Masjid Perumahan (Seri 24): Masjid Bukit Palma, Surabaya; Asyik untuk Hang Out

Plang nama Masjid Bukit Palma yang terbilang sederhana namun elegan. Masjid berukuran 30x25 meter ini sangat dibanggakan warga perumahan. Bentuknya unik dengan atap berbentuk prisma. Bagian dalam terasa adem dengan cat warna hijau.-Syahrul Rozak Yahya-

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Masjid Bukit Palma adalah satu dari dua masjid yang berada di kawasan elit Citraland. Namanya tak seperti masjid lain yang berbau nama-nama ayat dalam Alquran. Tapi disesuaikan keberadaannya di cluster Bukit Palma.

Untuk menuju masjid yang berada di Jalan Raya Bukit Palma ini, kita bisa lewat Jalan Kendung, Benowo. Masuk lewat pintu gerbang tepat di sebelah kanan SPBU Kendung. Meskipun dijaga security, tapi orang bisa bebas berseliweran masuk ke Bukit Palma.

Sambutan hangat dengan senyum ramah dilontarkan Ketua Takmir Masjid Bukit Palma Anang Kunaefi, saat Harian Disway datang ke sana. Pria yang berprofesi sebagai pengajar di Universitas Islam Negeri Surabaya (UINSA) Sunan Ampel itu dengan senang hati berbagi tentang masjid yang dipimpinnya.

Kami berbincang di teras masjid. “Awal dibangun pada 2009, masjid ini ukurannya masih 9x9 meter. Seadanya saja,” kata Anang mengawali perbincangan.

Bangunan masjid memang terbilang sederhana untuk perumahan elit. Ukurannya hanya 30x25 meter. Atapnya berbentuk prisma. Tembok bagian luarnya dilapisi keramik yang senada dengan lantai.

Sementara bagian dalamnya, dicat warna hijau. Temboknya dihiasi dengan gantungan pigura kaligrafi. Ada 12 kipas angin dan 8 buah AC untuk kenyamanan jemaah saat salat. Lantainya dibalut dengan karpet berwarna merah.

Pembangunan masjid dilakukan oleh pihak pengembang. Hingga kini, statusnya masih milik Citraland. Belum diserahkan kepada warga. “Karena di sekitar sini warga mengeluhkan tidak ada masjid, akhirnya kami mengajukan proposal ke pihak pengembang. Maka dibangunlah masjid ini,” ujar Aang.


Suasana santai para jemaah yang tengah lesehan di depan teras Masjid Bukit Palma ini menjadi pemandangan setiap saat (atas).-Syahrul Rozak Yahya-


Marbot masjid tengah mengepel lantai tempat wudu untuk pria yang selalu dijaga kebersihannya.-Syahrul Rozak Yahya-

Terkait keunikan nama masjid yang sama dengan cluster-nya, ada berbagai alasan yang mendasari. Salah satunya adalah untuk mempertahankan history. Karena saat pemilihan nama, para pengurus yang berjuang untuk pembangunan masjid sepakat memberi nama Masjid Bukit Palma.

Meskipun sebenarnya sudah banyak ustaz yang menyarankan untuk mengganti nama. “Selain itu juga untuk branding bahwa masjid ini milik warga Bukit Palma,” terang Aang.

Di tengah perbincangan, fokus saya teralihkan dengan keberadaan LCD TV yang tergantung di serambi masjid. Saya menanyakan hal tersebut kepada Pak Anang. “Itu ide dari Remaja Masjid (Remas) agar jemaah yang salat di luar bisa melihat ustaz yang berceramah di dalam,” jawabnya. Anang pun menunjukkan beberapa kamera inventaris masjid yang terhubung dengan layar TV.

Karena pertanyaan itu, perbincangan kami beralih tentang kegiatan Remas. Menurutnya kegiatan Remas kebanyakan tidak berhubungan dengan keagamaan. Justru banyak berkaitan dengan keterampilan dan hobi. Seperti lomba tenis meja, bulu tangkis, dan kegiatan positif lain. Tujuannya agar mereka merasa nyaman dulu berada di masjid.

Perlahan, Masjid Bukit Palma menjadi pusat kegiatan remaja. Mereka bisa hang out di sana. Ada fasilitas wifi. Untuk membuat kopi, disediakan dispenser. Tanpa diperintah, para remaja itu aktif dalam kegiatan masjid.

Media sosial masjid juga dikelola oleh Remas. Mereka bisa berkreasi melalui media sosial. Semua kegiatan masjid aktif dilaporkan lewat medsos.

Untuk anak-anak, lanjut Anang, juga banyak kegiatan menarik. Khusus di bulan Ramadan ini, ada program Pejuang Subuh. Setiap anak yang salat Subuh di Masjid akan diabsen. Nantinya siapa yang absennya paling banyak akan mendapat hadiah utama sepeda listrik.


Pelaksanaan pembelajaran TPQ untuk anak-anak di Masjid Bukit Palma. Tampak mereka tengah tekun belajar menulis bahasa Arab selain membaca Alquran bersama pembimbing.-Syahrul Rozak Yahya-

Ada pula Ramadan ceria yang dilaksanakan pada Sabtu dan Minggu sore menjelang buka puasa. Kegiatan itu berupa kuis seputar agama. Anak-anak dirangsang untuk mengenal agama lewat permainan.

Tidak kalah menariknya, kajian Minggu pagi. Kegiatan ini diperuntukan bagi muslimah. Hal-hal yang dibahas sudah pasti seputar kemuslimahan.

Segala kegiatan untuk warga muslim Bukit Palma ini sengaja dikemas dengan menarik. Untuk mencitrakan bahwa masjid adalah tempat yang asyik untuk segala usia.

Selain itu ada pula kegiatan sosial yang diperuntukan bagi warga luar perumahan Bukit Palma. Seperti saat pembagian zakat fitrah, hasil pengumpulanya dibagikan ke wilayah Kendung, Babat Jerawat, dan Pakal. Ada Pula santunan untuk 200 anak yatim.

Setiap Jumatan di luar bulan Ramadan, masjid ini membagikan nasi berkah. Berupa nasi kotak. Sampai-sampai oleh masyarakat luar, Masjid Bukit Palma dikenal dengan masjid yang memberikan nasi kotak.

Dananya dari hasil swadaya jemaah. Biasanya setiap ada kegiatan, pengurus masjid memberikan sejenis proposal ke tiap-tiap rumah. Menawarkan kepada warga yang ingin berdonasi.

Hebatnya, sering kali kebutuhan itu ditutup hanya oleh donatur. Tidak sedikit pula ada donatur yang dari luar. “Saya sampai bilang ke donatur yang datang jauh-jauh, kenapa enggak di masjid dekat rumahnya saja. Alasan mereka karena di sini ramai dan nyata kegiatannya,” tutup Nanang. (Pace Morris)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: