Perupa Garis Gathuk Melukis Ketupat
Para pelukis dari komunitas Garis Gathuk, memamerkan karyanya di atas ketupat.-Ami Tri-
SURABAYA - HARIAN DISWAY - Sebanyak 25 pelukis dari komunitas Garis Gathuk, berpartisipasi dalam kegiatan melukis di atas ketupat, yang berlangsung di Kafe Taman, Surabaya Suites Hotel. Acara itu berlangsung pada Senin, 8 Mei 2023.
Berbagai pelukis dari beberapa daerah di Jawa Timur hadir dalam kegiatan itu. Salah satunya adalah Hendy Prayudi, perupa asal Kota Lamongan. Ia membawa serta adiknya, Sugeng Lanang. Tampak, Hendy menggunakan kuas kecil dan akrilik, melukis abstrak.
"Saya melukis bunga. Ternyata cocok juga melukis di atas ketupat menggunakan akrilik," ujar perupa 53 tahun itu. Dengan cermat ia menuangkan warna demi warna di atas ketupat yang berbahan dasar daun janur itu. Sedangkan adiknya, Sugeng, melukis objek burung love bird.
Perupa sepuh Taufik Kamajaya, melukis abstrak di atas ketupat itu. Taufik, yang akrab disebut Mbah Te, dikenal sebagai pelukis yang kerap menampilkan figur wayang, atau tema-tema wayang. "Kali ini di atas ketupat, saya membuat lukisan abstrak. Biar tampil beda saja," ujar perupa 70 tahun itu.
Rupanya media janur dapat digunakan sebagai sarana melukis. Permukaannya tidak menyerap cat dengan berlebihan, atau tidak menembus bagian belakang. Namun, yang kurang adalah daya tahannya. "Tidak bisa lama. Kalau melukis di atas ketupat mungkin hasilnya hanya akan tahan satu minggu," ungkap Ami Tri, salah satu perupa.
Meski begitu, melukis di atas ketupat adalah upaya untuk mengasah kreativitas para perupa. Juga, sebagai wujud kebersamaan di antara mereka. Firman S Permana, General Manager Surabaya Suites Hotel, menyebut bahwa kegiatan itu terinspirasi dari budaya Kupatan. Budaya yang telah lestari di kalangan masyarakat Jawa.
Dalam tradisi tersebut, seminggu setelah Lebaran, masyarakat biasanya berkumpul di rumah kerabat, masjid atau musala di kampung atau desa mereka. Masing-masing orang membawa makanan dari rumah, termasuk ketupat. Makanan-makanan yang terkumpul akan disantap bersama.
Kupatan, yang konon diinisiasi oleh Wali Songo itu adalah ajang bagi masyarakat untuk mengucap syukur, telah berpuasa selama satu bulan penuh, serta sebagai sarana untuk bermaaf-maafan. Sesuai pengertian "Kupat", yang berarti ngaku lepat atau meminta maaf.
"Jadi acara ini adalah ajang bagi para seniman untuk bertemu, saling bermaaf-maafan, sekaligus saling berkreasi," ujar Firman. Hasil dari kreasi itu akan dipajang atau dipamerkan di dinding Kafe Taman dan beberapa sudut Surabaya Suites Hotel.
Lama pameran berlangsung selama kurang lebih seminggu. Tergantung dari daya tahan ketupat-ketupat tersebut. Dengan adanya lukisan di atas ketupat itu, tentu akan menambah daya tarik interior ruangan. (Guruh Dimas Nugraha)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: