Junior Hebat, saat Senior?

Junior Hebat, saat Senior?

Ilustrasi timnas junior dan senior.--

PERTANYAANNYA, apakah kesuksesan Garuda Muda U-22 di SEA Games Kamboja bisa berlanjut ketika sebagian besar dari mereka di timnas senior?

Itulah pertanyaan yang hingga kini sulit dijawab. Mungkin pengurus PSSI sudah mengerti jawabannya. Tapi, sulit direalisasikan.

Dari rekam jejak prestasi PSSI, saat junior atau di turnamen level kelompok umur, tim Merah Putih sering  berprestasi membanggakan. Namun, hasilnya mengecewakan ketika mereka berada di level senior.

Contohnya Piala AFF. Di level senior, kita belum pernah sekali pun mengangkat piala. Padahal, turnamen yang dulu bernama Piala Tiger itu sudah berlangsung 13 edisi. Kalah oleh Singapura yang sudah empat kali juara. Jangan bandingkan dengan Thailand yang sudah enam kali juara.

Tapi, di level Piala AFF U-19, kita pernah juara. Pada edisi 2013. Kita juga pernah mencicipi juara Piala AFF U-22 pada edisi 2019. Dua prestasi di AFF itu, pelatihnya dipegang Indra Sjafri. Yang kini membawa Garuda Muda sukses meraih emas di SEA Games Kamboja.

Garuda Muda yang menjuarai Piala AFF U-19 edisi 2013 adalah generasi Evan Dimas, Hansamu Yama, Zulfandi, Ilham Udin, dan kawan-kawan. Namun, begitu bergeser ke Garuda Senior, mereka tak pernah juara.

Sukses timnas junior juga pernah di level Asia. Yakni, juara dalam turnamen Piala Pelajar Asia edisi 1984 dan 1985. Pelatihnya Omo Suratmo.

Sedangkan di level senior untuk kawasan Asia, prestasi tertinggi menembus semifinal Asian Games 1986. Juga, beberapa kali lolos ke putaran final Piala Asia. Namun, hasilnya masih nihil medali.

Kita juga pernah mempunyai tim junior yang digadang-gadang mengharumkan nama Indonesia. Mereka pun didesain khusus. Dengan program latihan khusus, dengan harapan kelak juara di level senior. Yakni, era Kurniawan Dwi Julianto yang populer sebagai PSSI Primavera.

Pada awal 1990-an dikirimlah Kurniawan dan kawan-kawan ke Italia. Di generasi itu ada Bima Sakti (gelandang) dan Yeyen Tumena (bek).  Juga, kiper Kurnia Sandi, Eko Purjianto (bek), Bejo Sugiantoro (bek), Charis Yulianto (bek), dan Indiarto Nugroho (penyerang).

Mereka berlatih berbulan-bulan di klub Sampdoria, klub elite Serie A. Kurniawan dkk diikutsertakan dalam kompetisi junior antarklub Italia. Pelatih Sampdoria kala itu, Sven-Goran Erriksson, memuji Kurniawan. 

Kurniawan sempat direkrut Sampdoria dan Luzern Swiss. Bima Sakti juga sempat bergabung dengan Helsingborg, Swedia.

Tapi, apa yang terjadi setelah mereka membela timnas senior? Mereka juga gagal. Pencapaian tertinggi mereka finalis SEA Games Jakarta 1997. Di partai puncak, mereka kalah adu penalti dari Thailand. Hasil itu memperpanjang puasa gelar timnas senior.

Kali terakhir berprestasi, tim senior mengalungi emas SEA Games Manila 1991. Kala itu timnas diperkuat Sudirman, Farel Hattu, Robby Darwis, Yusuf Ekodono, Hanafing, Widodo Cahyono Putro, Perry Sandria, Rochy Putiray, dan lain-lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: