Sikap PLN Terhadap PLTU Batu Bara: Tidak Semuanya Dipensiunkan

Sikap PLN Terhadap PLTU Batu Bara: Tidak Semuanya Dipensiunkan

Kapal Tongkang membawa pasokan batubara untuk PLTU Ropa, NTT-Foto: PLN-

JAKARTA, HARIAN DISWAY - PT PLN (Persero) telah mengklarifikasi bahwa mereka tidak akan mempensiunkan atau menghentikan penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) secara keseluruhan. Opsi yang diambil adalah menerapkan teknologi co-firing pada PLTU yang sudah ada.

Kamia Handayani, Wakil Presiden Eksekutif Transisi Energi dan Keberlanjutan PLN menjelaskan bahwa Indonesia yang kaya akan sumber energi fosil dan energi terbarukan (EBT). Karena itu, penting untuk menerapkan diversifikasi energi.

Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam konteks itu: aspek keandalan (reliability), keterjangkauan (affordability), dan lingkungan (environmental). 

BACA JUGA:Hore! PNS Dapat Tunjangan Suplemen Hingga Rp 25 Ribu Per Hari

BACA JUGA:AFA Umumkan Timnas Indonesia vs Argentina Digelar 19 Juni di Jakarta

"Jadi, jika kita berbicara tentang diversifikasi energi, kita memiliki banyak sumber daya seperti batu bara, cadangan gas, minyak, dan cadangan panas bumi terbesar kedua di dunia. Semua ini kita miliki, mengapa tidak dimanfaatkan," ujar Kamia dalam Green Economic Forum, Senin, 22 Mei 2023.


PLTU Jawa VII di Desa Terate, Serang, Banten.-Dokumentasi PLTU Jawa VII-

Untuk beralih ke energi hijau, PLN memilih mentransisikan pembangkit listrik konvensional ke pembangkit listrik beremisi karbon rendah. "Pembangkit listrik beremisi rendah ada banyak, jadi misalnya untuk PLTU saat ini dalam jangka pendek kami akan menerapkan co-firing dengan biomassa sebesar sekitar 10 persen. Namun, untuk mencapai Net Zero Emission (NZE), co-firing tidak hanya dengan biomassa, tetapi juga dengan amonia," ungkap Kamia.

Co-firing pada PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) adalah praktik menggabungkan bahan bakar fosil, seperti batu bara, dengan bahan bakar berbasis biomassa atau alternatif lainnya dalam proses pembakaran untuk menghasilkan energi listrik. 

Dalam co-firing, bahan bakar utama yang digunakan masih merupakan bahan bakar fosil seperti batu bara, sedangkan bahan bakar tambahan yang digunakan adalah biomassa atau bahan bakar alternatif seperti serbuk kayu, jerami, limbah pertanian, atau limbah industri. Bahan bakar tambahan ini diintegrasikan ke dalam sistem pembakaran PLTU dan dicampur dengan bahan bakar utama sebelum pembakaran.

Tujuan dari co-firing adalah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan polutan lainnya yang dihasilkan oleh pembakaran batu bara. Dengan memasukkan bahan bakar berbasis biomassa atau alternatif, proporsi energi yang dihasilkan dari sumber berkelanjutan meningkat, sementara penggunaan batu bara yang berkontribusi pada emisi karbon dapat dikurangi. Hal ini membantu dalam upaya mengurangi dampak lingkungan dari pembangkit listrik dan mendukung transisi menuju energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.

BACA JUGA:PSSI Masih Bungkam Soal Lawan Argentina di FIFA Matchday

BACA JUGA:Tragedi Sepak Bola Kembali Terulang di El Salvador, 12 Suporter Tewas

Penerapan co-firing pada PLTU dapat memberikan manfaat ganda, yaitu mengurangi emisi karbon dan limbah batu bara sambil tetap memanfaatkan infrastruktur yang sudah ada. Namun, tingkat co-firing yang dapat dilakukan tergantung pada faktor teknis, logistik, dan kebijakan energi di masing-masing negara atau perusahaan energi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: