Babinsa Inspiratif Sertu Ahmad Abduh, Berdayakan Petani dengan Pupuk Organik
Sertu Ahmad Abduh ngetes pupuk organik dengan bohlam.-Boy Slamet-
MOJOKERTO, HARIAN DISWAY- Di sebuah halaman rumah penduduk, di Desa Beratwetan, Kecamatan Gedek, Mojokerto, Sertu Ahmad Abduh bersama beberapa petani setempat terlihat bercengkerama. Tampak akrab dan gayeng.
Siang itu, mereka hendak membuat langsung pupuk organik hasil inovasi Sertu Abduh bersama petani dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Di sudut halaman telah disiapkan beberapa wadah dan bahan-bahan. Beberapa di antaranya adalah buah pisang dan bonggol pisang.
Seorang warga membawa ember berisi penuh keong mas. "Keongnya sudah dapat seember, komandan Abduh. Ini bisa dimanfaatkan sebagai POC," ujarnya. Sertu Abduh mengangguk, tersenyum. Saat itu ia didampingi Danramil Gedek, Lettu inf Zainuddin Talasa.
Sertu Ahmad Abduh dengan pupuk organik olahannya.-Boy Slamet-
"Diletakkan di situ saja pak. Monggo bersama-sama kita membuat pupuk organik cair," ujar Sertu Abduh. Ia lantas berdiri dan menyiapkan beberapa bahan itu. Pertama-tama, memasukkan tiga butir telur ke dalam sebuah wadah, disusul micin atau MSG sebanyak 3 sendok makan. Lantas campuran air sebanyak 14 liter ditambahkan dalam adonan itu.
"Harus air sumur atau air kolam yang bebas kaporit. Lalu dikocok sampai benar-benar menyatu," ujarnya. Ia lantas mengocok adonan itu dan mendiamkannya. Proses pendiaman yang berguna untuk fermentasi itu berlangsung selama 20 hari. Tapi, Sertu Abduh memiliki produk yang sudah jadi. Produk itulah yang bisa langsung dituangkan dalam tanah.
Inovasi bidang pertanian itulah yang membawa manfaat untuk petani setempat. Awalnya, para petani kesulitan dengan masalah kualitas tanah serta mahalnya harga pupuk urea. "Di sekitar sini kan banyak pabrik. Limbahnya mempengaruhi kualitas tanah kami. Tapi dengan adanya pupuk organik ini, bisa menetralkan kadar PH tanah," ujar Hari Setiawan, salah satu petani.
Sertu Abduh juga mempraktikkan pembuatan pupuk dengan kandungan nitrogen sebagai pengganti urea. Bahannya didapatkan dari hama sawah, yakni keong mas. Hama itu ditumbuk lalu diberi cairan prebiotik yang dibuat dari air cucian beras dan tetes tebu. Kandungan air prebiotik itu memiliki 2.800 bakteri baik yang mampu melakukan proses penguraian.
Lantas ia membuat pupuk dengan kandungan unsur K atau Kalium dari buah pisang dan unsur P atau Pospat dari bonggol pisang. Caranya sama dengan proses pembuatan pupuk unsur N. Di depan tim juri Harian Disway, ia menunjukkan tahapan-tahapan pemberian pupuk pada tanaman padi.
"Saat tanah dibajak, diberi kapur dolomit dulu untuk menghidupkan unsur organik. Lalu disemprot pupuk unsur P, untuk menetralkan PH tanah. Setelah 15 hari, diberi pupuk unsur N. Sampai usia 30 hari, diulangi lagi pemberian unsur N tersebut," ungkapnya.
Lantas, saat padi bunting, baru disemprotkan unsur K. Untuk menjaga tanaman dalam berproses menghasilkan biji.
Hasilnya, adalah tanaman padi sehat. Pupuk inovasi itu mampu membuka stomata atau mulut daun. Jika lazimnya proses fotosintesis berlangsung antara pukul 7 hingga 11 siang, maka dengan pupuk itu, proses fotosintesis akan berlangsung selama 24 jam penuh. Sehingga jika padi biasa baru dapat dipanen dalam waktu 110 hari, padi dengan pupuk tersebut dapat dipanen lebih cepat. Yakni hanya 100 hari saja.
Babinsa Kecamatan Gedek itu menunjukkan perbedaan tanaman padi yang menggunakan pupuk kimia dan organik. "Kalau pupuk kimia, daunnya kaku. Kalau organik, daunnya bisa lemas, melambai-lambai jika terkena angin. Lebih sehat," ungkap pria 44 tahun itu.
Upayanya memberdayakan petani dan inovasinya itu bermanfaat bagi banyak pihak. Pupuk karya Sertu Abduh pun mendapat banyak pesanan dari berbagai daerah. Bahkan beberapa daerah mengirim petaninya ke kawasan Gedek untuk belajar. "Fokus saya memang memberdayakan petani. Karena saya dibesarkan dari keluarga petani. Jadi saya merasa harus bertanggung jawab untuk memakmurkan mereka," ujarnya.
Lettu Inf Zainuddin pun telah mencoba langsung beras sehat hasil inovasi Sertu Abduh. "Berasnya enak. Sungguh. Ditanak sore, besok paginya dihangatkan, masih enak. Kalau beras biasa, dibiarkan sehari, dipanaskan lagi, rasanya sudah beda. Beras sehat ini tetap enak," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: