Mengemas Perbedaan Menjadi Keharmonisan

Mengemas Perbedaan Menjadi Keharmonisan

Sertu Yazid Arafat Babinsa Desa Leran menyapa anak-anak yang bersepeda di Kampung Pancasila, Bojonegoro, Jawa Timur, Selasa (16/5/2023)-Sahirol Layeli-

SURABAYA, HARIAN DISWAY- Inilah finalis babinsa inspiratif lomba Brawijaya Awards kategori kerukunan antarumat beragama. Ada lima bintara pembina desa (babinsa) yang bersaing menjadi yang ”ter” di kategori itu. Ada Serda Yazid dari Kodim Bojonegoro, Serka Pribawono dari Kodim Lumajang, Pelda Ahmad Ridlo’i dari Kodim Probolinggo, Serda Sahar dari Kodim Surabaya Selatan, dan Serma Rudianto dari Kodim Gresik. 

Banyak program andalan yang mereka ajukan pada lomba kali ini. Namun, semuanya mengemas keragaman suku, bangsa, dan agama di desa/kelurahan binaan dalam suasana yang harmonis. Hanya berbeda cara mengaplikasikannya.

Misalnya, Serda Sahar dari Kodim Surabaya Selayan yang memanfaatkan keragaman suku bangsa di Asrama Mahasiswa Nusantara (AMN) di kawasan Siwalankerto. Di asrama itu tinggal mahasiswa dari banyak daerah di Indonesia. Pemuda-pemuda berbeda suku dan bangsa tersebut sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi di Surabaya.

Sebanyak 407 mahasiswa yang tinggal di dalam AMN hidup rukun. Itu berkat campur tangan dan pengawasan Sahar. Bagi mereka, Serda Sahar layaknya figur seorang bapak. Setiap malam ia berkeliling asrama. Menemui mahasiswa, kemudian mengajak bercengkerama dengan akrab. Pun, tak henti-hentinya Sahar menanamkan motivasi tentang toleransi dan kesetaraan.


Serda Sahar Babinsa Wonocolo Surabaya bersama mahasiswa di Asrama Mahasiswa Nusantara.-Boy Slamet-

Cara yang nyaris sama dilakukan Sertu Yazid Arafat dari Kodim Bojonegoro. Di Desa Leran, Kecamatan Kalitidu, ada dua agama: Islam dan Kristen. Di sana juga memiliki tiga rumah ibadah. Dua gereja dan satu masjid. Namun, tidak ada sekali pun gesekan antarumat beragama di sana.

Mereka semua hidup saling berdampingan. Saling menolong. Karena itulah, tempat itu dijuluki kampung Pancasila. Bahkan, masyarakat setempat membangun tugu Pancasila tepat di depan jalan masuk ke kampung tersebut. Tugu itu dibangun pada 2021.

Untuk mempertahankan keharmonisan tersebut, Yazid Arafat membuat kegiatan rutin. Tanggal 17 setiap bulan, mereka ngumpul bareng. Acara itu mereka namakan Rembuk Pitulasan.

”Dalam pertemuan itu tidak selalu bahas agama. Sertu Yazid menceritakan ke saya, mereka ngalor ngidul pembahasannya saat bertemu. Akhirnya, mereka saling kenal. Di kampung itu, tidak ada yang tidak saling kenal,” kata Ketua Tim Juri Lapangan Harian Disway Michael Fredy Yacob. 

Sampai saat ini, konflik agama di desa Leran itu tidak pernah terjadi. 

Berbeda dengan yang terjadi di Gresik. Serma Rudianto, babinsa yang bertugas di Koramil 0817/01 Driyorejo, harus bekerja keras menyelesaikan konflik agama yang terjadi di daerahnya. Yakni, rencana pembangunan rumah ibadah umat Buddha.


Serma Rudianto Babinsa Koramil 0817-01 Driyorejo Desa Petiken.-Sahirol Layeli-

”Sekitar tiga tahun Serma Rudianto harus bekerja keras agar wihara di daerah tersebut bisa berdiri. Syukurlah semua rintangan itu sudah terlewatkan. Peletakan batu pertama pun sudah dilakukan. Saat ini sudah masuk proses pengerjaan,” terangnya.

Di tangan yang benar, perbedaan dan keragaman bisa berjalan selaras dalam keharmonisan. Seperti yang terjadi di Desa Ledokombo, Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo. Di sana warga masyarakat bersatu. Antara dua agama besar. Islam dan Hindu. Pemersatunya cuma kalimat sederhana: Hong Ulun Basuki Langgeng. 

Artinya kira-kira, duhai (Yang Maha Kuasa) semoga kami senantiasa selamat/sejahtera. Salam itu, kata Mangku Pura Amerta Loji Jati Luhur Romo Adi Santoso, adalah salam universal khas masyarakat suku Tengger. 

Di Ledokombo, 95 persen penduduk menganut Hindu dan sisanya menganut memeluk Islam. Namun, bahasa terbukti bisa menjadi pemersatu perbedaan. Meski, hanya sebaris kata sederhana. 


Pelda Ahmad Rido’i Babinsa desa Ledok Ombo Probolinggo, bersalaman dengan perwakilan agama islam di Pura Amerta Jati Loji Titi Luhur Desa Ledok Ombo, Probolinggo, Selasa (16/05/2023).-Syahrul Rozak Yahya-

Sumber: