Babinsa Inspiratif Sertu Tri Djoko, Bekal Hati Dampingi Disabilitas
Sertu Tri Joko mengajari salah satu anak disabilitas yang menjadi binaannya.-Elvina Talitha Alawiyah-
MALANG, HARIAN SISWAY - Kedatangan Tim 2 di Koramil Pakisaji, Rabu, 17 Mei 2023, disambut oleh perwira Kodim 0818 Malang-Batu dan Koramil 07 Pakisaji. Ada Kasdim Mayor Inf Aditya Lian Mahardikha, Pasiter Kapten Inf Mujiono, dan Kapten Caj Bambang Heryanto. Tentunya Sertu Tri Djoko turut menyambut.
Sementara ada puluhan anak disabilitas binaan Sertu Tri yang sejak pagi berkumpul di Aula Koramil. Sertu Tri menceritakan tentang kegiatannya bersama anak-anak disabilitas di sana.
"Sekitar 80 persen tuna grahita. Beberapa lainnya tuna daksa," kata Tri, menjawab pertanyaan Pudjio, juri akademisi dari Universitas Airlangga terkait disabilitas yang diderita anak-anak.
Kata Tri, ia ingin nantinya anak-anak binaannya menjadi Anak Dengan Ketrampilan Khusus. Sehingga bisa mandiri secara finansial. Ia mengajarkan berbagai keterampilan. Membuat keset, batik, tas dari bahan daur ulang. "Hasil kerajinannya dijual di UMKM yang mereka kelola sendiri. Ada juga yang kami bukakan cucian motor dan jual penyetan," paparnya.
usai sarapan, Tri mengajak kami untuk menjemput anak-anak binaannya di Desa Kebon Agung. Tidak jauh dari Koramil. Tri langsung menyiapkan mobil dinasnya. Minibus Suzuki Carry. "Ini kemarin baru dapat hibah dari Pemkab Malang," katanya.
Sebelum ada mobil, ia menjemput dengan sepeda motor dinasnya.
Pak Pudjio ikut mendampingi Tri di dalam mobil. Photographer Elvina dan Alvin Videographer naik motor dibonceng oleh dua anggota Koramil. Sementara saya menunggu di Koramil.
Sambil menunggu mereka, saya ngobrol dengan Mayor Lian. Ternyata beliau juga sering mengikuti kegiatan Tri. "Saya ikut turun untuk memotivasi pak Tri. Ini bentuk dukungan dan perhatian. Karena pasti berbedakan mas, kalau komandan yang memotivasi dengan sesama anggota," kata Mayor Lian.
Perbincangan kami beberapa kali terhenti. Karena anak-anak mengadukan kendala yang mereka alami di tempat usahanya. "Pak mesin cuci motornya rusak. Tadi ada pelanggan, sampai ditolak sama anak-anak," ujar Tama.
Menurut Mayor Lian anak-anak itu memang diminta untuk selalu melaporkan kendala apapun yang mereka hadapi. "Butuh hati yang kuat mas untuk membina mereka ini," ujarnya.
Tidak beberapa lama Tri sudah kembali. Dengan sigap bintara dengan tinggi sekitar 170 cm itu membantu anak-anak turun dari mobil. Mereka langsung diarahkan ke Aula.
Sertu Tri langsung memulai kegiatannya. "Hari ini kita belajar tentang uang," kata Tri sambil mengangkan beberapa lembar uang. Pecahan Rp 100 ribu, 20 ribu, 5 ribu, dan 2 ribu.
Kesabaran Tri beberapakali diuji. Kita tidak akan melihat proses belajar mengajar seperti di sekolah pada umumnya. Seperti kata Mayor Lian, butuh hati yang kuat. Tidak mudah untuk menertibkan mereka. Beberapa anak tiba-tiba maju mengambil uang yang dipegangnya. Belum lagi ada yang asik bermain dan mengganggu temannya.
Tri juga menunjukkan proses pembuatan batik ciprat. Katanya keunikan batik ciprat motif ya tidak bisa ditiru. Karena setiap orang pasti berbeda hasilnya saat mencipratkan tinta ke kain batik.
Sebelum meninggalkan Pakisaji, kami berkesempatan untuk melihat galeri tempat hasil kerajinan anak-anak binaan Sertu Tri dijual. Tempatnya tidak jauh dari Koramil. Tri menunjukan hasil karya anak-anak disabilitas. "Ini tinggal sisanya. Kemarin diborong sama pak KASAD," ujarnya.
Sambil menikmati suguhan kelapa muda di stand UMKM Disabilitas (Anak Hebat), perbincangan kami berlanjut. "Saya mengajarkan soal uang itu, supaya waktu mereka jualan gini gak dibohongi orang. Banyak lho yang tega bohongi mereka," cerita Tri.
Kedepannya Tria berencana membuat sekolah khusus anak dibalitas. Untuk legalitasnya ia telah membuat yayasan yang diberi nama Kartika Mutiara. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: