Potensi Wilayah Diubah Menjadi Rupiah

Potensi Wilayah Diubah Menjadi Rupiah

Sertu Asfahani, Babinsa Kelurahan Sembung, Kecamatan Tulungagung Koramil 0807-10 Pakel.-Elvina Talitha Alawiyah-

”Banyak di dalam alas sana, tinggal ambil. Biasanya sebelum ke ladang atau pulangnya,” terang Misdariono, 47, warga desa anggota peternakan. 

Sistem titip ternak itu, setelah indukan beranak, anak pertama milik pemilik kambing. Lalu, anak kedua milik peternak. Kalau cuma satu, anaknya dibagi rata. Bila dijual atau dirupiahkan.

Profesi baru itu, kata Misdariono, memang tidak langsung membuahkan hasil. ”Tapi, ada buat jaga-jaga. Kalau butuh, tinggal dijual,” ujarnya. 

Seiring dengan sosialisasi dan popularitas, kandang kambing pun makin luas. Bahkan, Kepala Desa Sumberkolak Supandi ikut menitipkan 5 kambingnya. ”Ya, membantu juga. Kan warga akan lihat, kalau Pak Kades saja titip, berarti peternakannya bagus,” tutur Supandi. 

Dengan adanya pekerjaan baru sebagai peternak, warga desa sedikit terbantu. ”Kemarin ada yang stroke karena nggak ada kerjaan. Pelan-pelan tak ajak beternak kambing. Sekarang sudah berangkat sendiri ke hutan cari ramban,” tutur Eko.

Eko juga melek media sosial. Ia mempromosikan peternakannya lewat TikTok dengan akun @bangeko9320. Di sana Eko mengunggah konten merawat kambing.

Berbeda dengan cara Sertu Irfan Yusroni dari Kodim Ponorogo dalam mencari peluang usaha. Baginya, warga yang butuh penghasilan dan rawan tergoda perbuatan tidak baik menjadi prioritasnya. Terlebih bila masih usia muda.

Itulah yang membuat Irfan mengambil alih dan mencarikan solusi pekerjaan untuk Risky Dwi Wibowo. Pendidikan pemuda itu terabaikan setelah ada masalah di keluarganya. Belum sempat menamatkan pendidikan SMA, ia harus putus sekolah. Tidak ada biaya dan tak ada yang menanggung.


Sertu Irfan Uusroni dari Kodim Ponorogo membantu Risky mendorng rombong angkringan.-Boy Slamet-

Irfan membuatkan kedai angkringan di halaman Kantor Unit Intel Kodim Ponorogo. ”Risky saya pekerjakan sebagai penjaga angkringan. Meski upahnya tak seberapa, minimal ia bisa mendapat penghasilan. Setidaknya ia punya pekerjaan sehingga tidak salah bergaul,” ungkap Irfan.

Kodim Ponorogo pun menyambut baik upaya Irfan. Apalagi, usaha angkringan ditempatkan di halaman Kantor Unit Intel Kodim Ponorogo. Tempat itu membuat anggota TNI dan masyarakat menjadi lebih dekat. Sering cangkruk bareng.

Potensi mendulang rupiah tidak hanya berharap pada bahan di sekitar. Yang penting, bagaimana menciptakan peluang bisnis dan memulainya. Itu dilakukan Sertu Asfahani yang membuka usaha kerupuk rambak di Desa Sodo, Kecamatan Pakel, Tulungagung.

Ia merintis usaha itu sejak 2012. Usahanya mampu menyerap 25 orang tenaga kerja. Semuanya warga lokal tempatnya bertugas. Ia juga memiliki tenaga ahli. Tugasnya merebus kulit sapi. 

Sebab, memasak kulit sapi tidak bisa dilakukan sembarang orang. Harus ahli. Mereka yang tahu kulitnya sudah masak atau belum. Maka itu, wajar bila gaji bagian memasak lebih besar.

Asfahani mengatakan, yang membedakan rambak sapinya dengan produk dari tempat lain adalah pengelolaannya. Bahan yang digunakan lebih alami. Contohnya, untuk merontokkan bulu dari kulit sapi, Asfahani merendam dengan air kapur. ”Tidak pakai bahan kimia tertentu. Ia juga memiliki rahasia tersendiri,” ungkap Pace Morris, ketua tim 2.

Asfahani membagi tempat usahanya menjadi dua. Yakni, pengolahan kulit sapi hingga menjadi rambak. Lalu, tempat pengemasan yang dilakukan di rumah pribadinya. Terkait bahan baku kulit sapi, Asfahani mengambil dari Sumba, Nusa Tenggara Timur. Alasannya tentu saja karena di sana lebih murah. Kebetulan mertuanya tinggal di sana dan sebagai pengepul kulit sapi. (*) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: