Finalis Babinsa Inspiratif Kategori Aksi Sosial Sasar Stunting, Lansia Telantar, Hingga ODGJ

Finalis Babinsa Inspiratif Kategori Aksi Sosial Sasar Stunting, Lansia Telantar, Hingga ODGJ

Serda Ribut Juprianto dari Kodim Tulungagung sedang berdialog dengan warga yang ODGJ.-Elvina Talita-

Selain itu mengajar Wawasan Kebangsaan (Wasbang), pelatihan baris-berbaris, juga sekaligus inisiasi aksi sosial memperbaiki rumah warga yang tidak layak. “Kebetulan waktu itu juga saya diamanahi program renovasi Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu),” tutur Iwan. 

Namun karena Rutilahu dianggap sangat sedikit, dananya terbatas, dan banyak rumah tidak terjangkau, Iwan akhirnya memutuskan memulai gerakan sosial bedah rumah sendiri. Bersama siswa-siswi SMK dr. Soebandi Jember. 

Aksi tersebut ia beri nama Serbu Sarang Sabu (Seribu Satu Orang Satu Bulan). Para siswa mengumpulkan uang ke OSIS, lalu diserahkan pada Iwan yang menyalurkannya untuk perbaikan rumah tidak layak. 

Semakin banyak rumah yang tersentuh oleh Serbu Sarang Sabu. Satu rumah dan satu musala di Darungan, Dusun Krajan, Patrang. Satu rumah milik Sukianto di Kelurahan Gebang, Jember. Satu lagi di kelurahan yang sama sedang dalam tahap perbaikan dalam minggu-minggu ini.

Kasus stunting dan banyak warga telantar juga menjadi perhatian Serda Misbahul Munir, Babinsa Kecamatan Wonocolo. Ada delapan titik di Kecamatan Wonokromo yang menjadi sasaran pengabdiannya. Ia tak hanya memberi perhatian lebih pada balita stunting, tapi juga memperhatikan nasib orang yang kurang mampu, janda dan lansia.


Serda Misbahul Munir, Babinsa Koramil Wonokromo, Kodim Surabaya Selatan sedang sambang ke keluarga dengan anak stunting. .-Boy Slamet-

Satu balita yang pernah ditanganinya dengan intens adalah Rafardan. Jika mengingat balita Rafardan, Serda Munir selalu tampak emosional. "Rafardan sudah meninggal karena sakit kronis. Gagal ginjal, sistem pencernaannya tidak berfungsi. Kami sering memberi pampers, susu, bahkan mengantar bolak-balik ke rumah sakit. Tapi ia tak tertolong," ujarnya.

Meninggalnya balita Rafardan, membuatnya termotivasi untuk memperhatikan kasus stunting dengan lebih intens lagi. Upaya Serda Munir dalam berkegiatan sosial patut diacungi jempol. Puluhan kasus stunting pernah ditanganinya. "Dulu pernah ada 67 kasus stunting. Kami sering memberikan perawatan untuk balita stunting. Dari Kodim Surabaya juga pernah turun langsung memberi bantuan," ujar pria 38 tahun itu.

Menjadi Babinsa Wonokromo sejak 2022, Serda Munir berperan aktif dalam misi pengentasan masalah stunting di Surabaya. Bila menilik data, kasus stunting di Surabaya pada 2021 mencapai 6.722 kasus. Pada Desember 2022, jumlahnya menurun signifikan, hanya tinggal 923 kasus. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: