Pembunuhan Angelina, Mengapa Cinta Terlarang Bisa Terjadi?
Ilustrasi kasus pembunuhan Angelina Nathania--
Isenberg: ”Banyak wanita yang rentan terhadap hubungan ini, tahu persis apa yang mereka hadapi. Mereka juga tahu, risiko apa yang bakal dihadapi. Tapi, mereka rela mengorbankan segalanya demi cinta tanpa harapan atau janji, atau penyempurnaan.”
Dilanjut: ”Para wanita itu merasa, melihat sosok perkasa yang dikira bisa melindungi. Padahal, mereka tahu bahwa pria itu pembunuh atau berkarakter seperti pembunuh. Kalau si pembunuh sudah dipenjara, para wanita tersebut merasa bisa mengendalikan pria macho itu, yang sudah terbelenggu penjara.”
Kesimpulan yang kurang logis itu menarik minat media massa di sana untuk mewawancarai Isenberg.
Dikutip dari Mirror, 2 Juni 2019, bertajuk From Ted Bundy to Charles Manson: Why women fall in love with serial killers, Isenberg mengungkap lebih detail. Para wanita berpendidikan tinggi itu, lebih dari separuh responden, punya masa lalu kelam.
Isenberg menyimpulkan, masa lalu para respondennya pernah mengalami bullying, fisik atau mental. Dengan demikian, mereka mencari kompensasi psikologis, dekat dan jatuh cinta pada pria kejam atau pembunuh.
Tapi, di kasus pembunuhan Angelina, belum diungkap polisi, apakah tersangka dan korban terjalin asmara. Polisi belum ngomong begitu. Keluarga korban juga tidak tahu hal itu. Meskipun, sudah terbukti melalui CCTV, mereka berada di kamar apartemen Gunung Anyar.
Setidaknya, buku Isenberg sampai kini jadi rujukan di Amerika Serikat atas keheranan orang terhadap wanita yang mau dekat dan bercinta dengan pria penjahat atau berpotensi penjahat. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: