Persebaran Dokter Belum Merata (7-habis) : Lawan Stigma Buruk dengan Peningkatan Kualitas

Persebaran Dokter Belum Merata (7-habis) : Lawan Stigma Buruk dengan Peningkatan Kualitas

Laboratorium Anatomi di Fakultas Kedokteran Universitas Surabaya.-Julian Romadhon-Harian Disway-

Moratorium pencabutan izin pendirian fakultas kedokteran (FK) menjadi salah satu penyebab krisis dokter. Tak hanya itu. Bahkan berakibat munculnya stigma buruk. Bahwa setiap kampus yang mendirikan FK baru dianggap cuma cari untung.

 

TENTU stigma itu muncul bukan tanpa alasan. Karena memang dulu banyak bermunculan FK abal-abal. Ini dibuktikan dengan para dokter muda yang mutunya buruk.

 

"Moratorium itu sudah tepat. Apa jadinya jika banyak dokter muda yang tak berkualitas?" ungkap Dekan FK Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya Poerwadi. Otomatis masyarakat yang bakal jadi korban. Karena mendapat layanan kesehatan yang tak layak.

 

Namun, Poerwadi membantah bahwa tiap pendirian FK baru di kampus swasta berorientasi pada laba. Apalagi di tengah krisis kebutuhan dokter Tanah Air seperti saat ini. Biaya pendidikan dokter di FK kampus swasta lebih mahal ketimbang negeri semata bukan karena ingin meraup keuntungan. Sebab, kampus swasta memang tidak mendapat bantuan dana dari pemerintah. Berbeda dengan kampus negeri. Sementara biaya untuk memenuhi fasilitas pembelajaran di jurusan kedokteran sangat tinggi.

 

"Banyak sekali stigma seperti itu. Salah besar," ujar Poerwadi. Justru yang terjadi sebaliknya. Pendirian FK baru malah bisa bikin tekor. Setidaknya lima tahun pertama.

 

BACA JUGA : Persebaran Dokter Belum Merata (6) : FK Baru Bermunculan di Tengah Tantangan

BACA JUGA : Persebaran Dokter Belum Merata (4) : Fakultas Kedokteran Boleh Tambah Kuota

BACA JUGA : Persebaran Dokter Belum Merata (1): Jatim Butuh 17 Ribu Dokter

 

Stigma yang sama juga dirasakan para pimpinan FK Universitas Surabaya (Ubaya). Isu orientasi laba itu deras sekali sejak FK didirikan pada 2016 silam. Namun, FK Ubaya segera ambil sikap.

 

"Stigma FK kampus swasta, dikira cari duit melulu. Makanya saya gak mau dipandang sebelah mata," ungkap Dekan FK Ubaya Prof Rochmad Romdoni. Sejak itulah misi utama FK Ubaya adalah memperjuangkan kredibilitas. Bagaimana caranya? Yakni dengan peningkatan kualitas. Pertama, dengan memperketat seleksi masuk calon mahasiswa baru (maba).

 

FK Ubaya punya metode sendiri. Syaratnya, tak cukup hanya dengan lulus ujian masuk. Tetapi ada tambahan kriteria lain. Ada kriteria good student. Ini dilihat dari daya intelektual calon maba. Mematok standar IQ harus di atas 110.

 

"Karena tes-tes ujian masuk itu nggak bisa akurat memberikan gambaran kemampuan mereka," jelas Romdoni. Faktanya, sering terbolak-balik. Mereka yang sesungguhnya pintar bisa tak lolos ujian. Sementara yang kemampuannya pas-pasan justru lolos hanya karena yang dipelajari soal-soal ujian masuk.

 


GEDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Surabaya (Ubaya) di Jalan Kalirungkut, Surabaya.-Julian Romadhon-Harian Disway-

 

Maka ada kebijakan baru. Setiap calon maba boleh tidak lulus ujian masuk. Asalkan IQ mereka memenuhi standar. Kriteria itu dianggap lebih menjamin input FK Ubaya yang lebih baik.

 

Kedua, memperbanyak dosen yang berkualitas. Atau minimal sesuai standar Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). Jenjang pendidikan S-2 yang diambil tiap dosen harus linier.

 

"Artinya, kami lebih mengutamakan kepakaran," jelas Prof Romdoni. Sebab, FK Ubaya tak mau dosen mengajar mata kuliah yang berbeda dengan yang dikuasainya. Konten yang diajarkan wajib sesuai kualifikasi.

 

Dengan kepakaran itulah setiap dosen akan lebih bisa memperbarui bahan ajarnya. Apalagi, kini perkembangan ilmu kedokteran sangat cepat. Selalu ada yang baru setiap saat.

 

Selain itu, FK Ubaya menggandeng kerja sama dengan Western Sydney University, Australia. Yakni supaya para dosen mendapat akreditasi internasional. "Sudah saya kontak bulan ini, mereka akan kasih support," tandasnya.

 

Ketiga, FK Ubaya juga tengah memperbanyak jaringan internasional. Baik dengan kampus-kampus, rumah sakit, hingga lembaga kesehatan di luar negeri. Semua upaya ini tentu untuk membangun infrastruktur yang lebih bagus. 

 

Sekaligus menjawab stigma buruk tentang FK di kampus swasta. Targetnya, FK Ubaya bisa meraih akreditasi Unggul pada 2026 nanti. "Makanya, kami gak mau terima maba banyak-banyak. Yang penting kualitas lulusannya,," jelasnya.

 

FK Universitas Ciputra (UC) menjadi teman seperjuangan FK Ubaya. Sama-sama mendapat izin pada 2016 silam. Usianya masih menginjak 7 tahun. Kini juga sama-sama terakreditasi B.

 

Dekan FK UC Hudi Winarso menargetkan akreditasi Unggul bisa diraih pada 2025. Tepat saat usia FK UC 9 tahun. Ini akan menjadi rekor baru FK kampus swasta di Indonesia.

 

FK UC pun menjawab stigma buruk itu dengan banyak cara. Salah satunya, tidak mau kemaruk menerima maba. Dibatasi hanya 80 tiap angkatan. Meski jatah kuotanya 100 maba.

 

"Setiap ujian masuk, peserta calon maba bisa tembus 800 orang. Tapi kami punya standar sendiri," ujar Hudi. Kampus menyandarkan pada infrastruktur dosen. Dengan patokan setiap satu dosen membina 10 mahasiswa.

 


Salah satu sudut Fakultas Kedokteran Universitas Ciputra.-Julian Romadhon-Harian Disway-

 

Perbaikan input itu juga ditunjang dengan program beasiswa. FK UC akan memberi potongan uang gedung bagi calon maba yang berperingkat 1-5 di rapor SMA. Ada juga program matrikulasi atau pelatihan khusus selama dua pekan sebelum masuk perkuliahan.

 

Beasiswa juga diberikan khusus kepada anak-anak muda di Indonesia Timur. Ini untuk membantu persebaran dokter yang kurang merata. Setelah lulus, mereka tentu akan mengisi kekosongan dokter di daerah masing-masing.

 

"Itu yang kami terapkan di input, kalau sisi proses beda lagi," ungkap mantan dosen FK Unair itu. FK UC menyediakan program Teaching Learning Center (TLC). Khusus bagi para dosen.

 

Di TLC itulah, para dosen dibimbing untuk menemukan metode pengajaran yang tepat. Paling relevan dengan setiap mahasiswa. Jadi, ada ruang untuk mengembangkan inovasi pembelajaran. 

 

Dari semua sisi perbaikan itu, hasilnya pun mengejutkan. Berdasar survei kampus, mahasiswa FK UC mendapat kepuasan yang sangat baik. "Mereka senang dengan sistem pembelajaran dan dengan cara dosen mengajar. Fakultas lain juga banyak yang heran," tandas Hudi. (Mohamad Nur Khotib)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: