Persebaran Dokter Belum Merata (5) : Gebrakan Kampus Swasta Jawab Kebutuhan
CIVITAS ACADEMICA Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya yang terus menempa pengetahuan lewat diskusi.-Julian Romadhon-Harian Disway-
Ada 92 fakultas kedokteran (FK) di Indonesia. Paling banyak justru ada di kampus swasta. Jumlahnya 50 FK yang tersebar di tiap provinsi. Kampus-kampus swasta itulah yang punya kontribusi besar mencetak para dokter di Tanah Air.
DI Kota Pahlawan, ada tiga kampus swasta yang punya FK. Yakni Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS), Universitas Hang Tuah, dan Universitas Katolik Widya Mandala (WM). FK UWKS menjadi yang tertua, telah eksis sejak 1986.
Selama 37 tahun itulah, total sudah mencetak 5.447 dokter. Artinya, rata-rata tiap tahun mereka mencetak 147 dokter. Tentu, jumlah yang tak bisa dibilang banyak.
Terhitung kecil dibandingkan rata-rata produksi dokter nasional tembus 12 ribu per tahun. Kuota penerimaan mahasiswa baru FK UWKS hanya 150 orang tiap tahun. Itu pun tak selalu terpenuhi.
"Karena yang kami lihat mutu mereka," ujar Wakil Delan III FK UWKS Sukma Sahadewa. Yakni mengacu pada ujian tes masuk. Bila tak memenuhi standar nilai, tentu tidak diluluskan.
Maka dari kuota 150 itu, biasanya hanya terisi 140. Bahkan tak jarang di bawahnya. Sebab, kata Sukma, FK UWKS mengutamakan kualitas sumber daya manusia. Bukan kuantitas belaka.
BACA JUGA : Persebaran Dokter Belum Merata (1): Jatim Butuh 17 Ribu Dokter
BACA JUGA : Persebaran Dokter Belum Merata (4) : Fakultas Kedokteran Boleh Tambah Kuota
Ini terbukti dengan karir para alumni. Menyebar ke seluruh penjuru daerah. Yang paling banyak justru menjadi kepala puskesmas. Lainnya menempati jabatan strategis di pemerintahan seperti kepala dinas maupun direktur rumah sakit (RS).
Sisanya mendirikan klinik dan berbagai layanan kesehatan. Tidak di kota-kota besar, melainkan di daerah terpencil. Mereka justru lebih bersinar dan menjadi pelita harapan melalui pengabdian masyarakat.
Salah satunya, Ang Liana Sari yang menyabet penghargaan sebagai pejuang kesehatan di pedalaman oleh Presiden Joko Widodo pada 2016 silam. "Beliau tujuh tahun bertugas di pedalaman Kalimantan Timur," tambah Sukma.
Tepatnya sebagai tenaga kesehatan (nakes) di Puskesmas Hubung, Kecamatan Laham, Kabupaten Mahakam Ulu. Satu daerah pedalaman yang butuh 17 jam perjalanan darat dari Kota Balikpapan.
Tak cukup di situ. Ang harus menyeberangi sungai dengan perahu selama tiga jam. Di sana, Ang tidak berdiam di puskesmas. Tetapi keliling ke desa-desa setiap hari.
PROGRAM PEER MENTORING perdana bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya yang baru digelar Mei lalu.-Julian Romadhon-Harian Disway-
Selain Ang, ada Dian Agung Anggraeny yang dijuluki "dokter sayur". Alumnus FK UWKS itu membuka praktik di kampung halaman di Desa Sumberpucung, Kabupaten Malang, sejak 2007.
Pelayanannya diberikan secara cuma-cuma untuk warga. Tapi, warga tetap ngotot bayar. "Bayarmya pakai sayur," ungkap Sukma.
Kini, FK UWKS masih terakreditasi B. Dan akan diperjuangkan naik ke A pada tahun ini. Tentu harus ada peningkatan di berbagai sektor.
Terutama sektor luaran seperti jumlah dosen, penelitian, pengabdian masyarakat, hingga sebaran alumni. Untuk itulah FK UWKS membuat program peer mentor. Sebuah kelas bimbingan ekstra bagi para mahasiswa.
"Pengajarnya para alumni yang kiprahnya sudah teruji," tandas Sukma. Durasi kelas ekstra itu bermacam-macam. Bisa 1,5 bulan hingga 3 bulan. Bergantung kebutuhan.
-Grafis: Annisa Salsabila-Harian Disway-
Yang diprioritaskan adalah mereka yang tengah mempersiapkan uji kompetensi mahasiswa program profesi dokter (UKMPPD). Agar angka kelulusannya bisa naik terus.
Dan tentu saja supaya para calon dokter baru itu dapat inspirasi dari para alumni. Mencetak lebih banyak dokter baru yang mau turun ke daerah.
GEDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Wijaya Kusuma Surabaya di Jalan Dukuh Kupang.-Julian Romadhon-Harian Disway-
Gebrakan baru juga tengah disiapkan oleh FK Universitas Hang Tuah. FK swasta tertua di Surabaya yang kini terakreditasi A itu bakal meluncurkan program pendidikan dokter spesialis kelautan. "Bahkan akan menjadi yang pertama di Asia," ungkap Dekan FK UHT Djati Widodo Edi Praktiknya.
Tentu juga untuk menjawab kebutuhan. Sebab, sebagai negara maritim, malah tidak ada dokter spesialis yang menangani penyakit kelautan. Padahal banyak sekali penyakit kelautan yang muncul.
Mulai penyelaman, pelabuhan, hingga karantina kapal. Misalnya, dekompresi yang risikonya bisa pada kematian. Atau barotrauma yang menyebabkan gendang telinga pecah.
BACA JUGA : Persebaran Dokter Belum Merata (3) : Dokter Baru Harus ke Daerah
BACA JUGA : Persebaran Dokter Belum Merata (2) : Terkendala Biaya dan Demografi
"Ironisnya, selama ini penyakit-penyakit kelautan itu ditangani oleh dokter umum," ungkap Djati. Berangkat dari keresahan itulah FK UHT Surabaya memberanikan untuk membuka program baru. Dosen yang mengajar tentu punya kompetensi.
Bahkan, sudah digodok melalui kolegium perhimpunan dokter kesehatan kelautan Indonesia. Djati berharap program pendidikan dokter spesialis kelautan bisa dibuka pada tahun ajaran baru nanti. "Ini termasuk kontribusi terbaru dari FK UHT," tuturnya. (Mohamad Nur Khotib)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: