Kecerdasan Buatan yang Semakin Marak di Kehidupan (1) : Apa-Apa AI

Kecerdasan Buatan yang Semakin Marak di Kehidupan (1) : Apa-Apa AI

Karyawan Harian Disway menjajal dialog dengan aplikasi ChatGPT. Peranti kecerdasan buatan itu diklaim bisa memudahkan pekerjaan manusia.-Boy Slamet-Harian Disway-

Belakangan, artificial intelligence atau kecerdasan buatan menjadi topik pembicaraan yang hangat. Penggunaan teknologinya tak lagi dimonopoli oleh perusahaan-perusahaan besar. Kini, tersedia berbagai platform AI yang gampang diakses oleh siapa saja.

 

ANDA sudah tahu, penggunaan ChatGPT begitu masif sejak diluncurkan pada November 2022. Hanya dalam tiga bulan pertama, total penggunanya sudah tembus lebih dari 100 juta orang. Ini melebihi capaian platform media sosial sebelumnya. Seperti Facebook, Instagram, maupun Twitter.

 

Terang saja, ChatGPT memberi banyak kemudahan. Pertanyaan apa pun bisa dijawab dengan cepat. “Enak sih, banyak membantu. Cepat ngasih jawaban kayak chat sama orang aja,” ujar seorang mahasiswi salah satu universitas negeri di Surabaya.

 

BACA JUGA : Kuda Troya Teknologi

BACA JUGA : ChatGPT Masuk ke Dunia Pendidikan, Teknik Pengajaran dan Evaluasi Harus Berubah

BACA JUGA : Kecerdasan Buatan Baidu Pesaing ChatGPT

 

Mahasiswi semester 6 jurusan Ilmu Komunikasi itu baru menggunakan ChatGPT sejak sebulan lalu. Yakni untuk mencari referensi judul proposal skripsi. Sebagaimana yang dilakukan teman-teman sebayanya. 

 

“Dikasih banyak ide penelitian. Saya tinggal menuliskan temanya saja,” ujar perempuan bertubuh mungil itu. Hasilnya pun lumayan. Dia mendapat belasan judul yang paling relevan.

 

Tinggal sedikit modifikasi, judul proposal langsung jadi. Bahkan, perempuan asli Gresik itu sudah menyodorkan ke dosen pembimbingnya. Dan sama sekali tak direvisi.

 

Lain lagi dengan Intania Dellasari. Ilustrator muda tersebut juga baru menemukan platform AI yang sesuai dengan profesinya: Leonardo.ai. Bisa digunakan untuk membantu mencari referensi gambar.

 

“Kita cuma ketik deskripsinya di kolom prompt saja, langsung muncul ratusan gambar,” ujar perempuan asal Lumajang tersebut. Bahkan, gambar itu benar-benar gambar yang sama sekali baru. Intan tinggal mengambilnya secara gratis.

 

Tentu, gambar itu tak bisa langsung disodorkan ke customer. Intan menggunakannya cuma untuk referensi. Lalu tinggal ditambahi beberapa sentuhan yang disesuaikan dengan pesanan.

 


-Grafis: Annisa Salsabila-Harian Disway-

 

Masih banyak lagi platform AI yang digunakan untuk membantu pekerjaan sehari-hari. Mulai dari pelajar hingga para profesional. Tentu saja, seperti semua teknologi, penggunaan AI juga punya risiko sendiri.

 

“Memang muncul kekhawatiran di kalangan akademisi, khususnya para guru dan dosen,” jelas Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga Prof Henri Subiakto. Dengan ChatGPT saja, pengetahuan dan informasi apa pun bisa diperoleh dengan cepat. Bahkan lebih lengkap dari yang disampaikan oleh para dosen.

 

Pada akhirnya, para mahasiswa juga bisa menjawab dengan mudah setiap soal ujian yang sifatnya esai. Sebab, AI memang mampu merangkum seluruh data di dunia digital. Inilah yang akan menjadi tantangan baru bagi para dosen di hari depan.

 


-Grafis: Annisa Salsabila-Harian Disway-

 

Tetapi, kata Prof Henri, AI sebetulnya bisa ditundukkan dengan AI. Artinya, sekolah maupun kampus juga harus segera beradaptasi dengan AI. Misalnya, dengan menerapkan teknologi Blockchain dalam keseluruhan sistem pendidikan. 

 

"Dari Blockchain itulah, kita bisa melacak aktivitas digital para peserta didik," ujarnya. Sehingga bisa meminimalkan kecurangan. Bahkan bisa membantu memperbarui sistem pendidikan yang lebih adaptif.

 

Tentu saja butuh pembicaraan lebih serius. Terutama bagi kampus-kampus dengan sumber daya yang sudah bagus. Di Surabaya, misalnya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan Unair harus menjadi pelopor. (Mohamad Nur Khotib)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: