Parade Jenderal
Ilustrasi para jenderal di pusaran Pilpres 2024. --
Jokowi menang, jenderal yang menjadi mesin politik pendukungnya diberi jabatan. Luhut, misalnya, di era Jokowi selalu terpakai dan terpakai. Pernah menjadi kepala staf presiden, menko polhukam, serta kini menko maritim dan investasi.
Luhut juga dikenal sebagai mertua Letjen TNI Maruli Simanjuntak. Menantunya itu pernah dipercaya sebagai pengawal presiden (komandan Paspampres). Kini Maruli menjabat Pangkostrad.
Wiranto pernah kebagian jabatan menko polhukam dan sekarang ketua Wantimpres (Dewan Pertimbangan Presiden). Agum Gumelar juga pernah menjadi anggota Wantimpres. Moeldoko kebagian pos kepala staf presiden. Fachrul Razi, jenderal yang memimpin Bravo 5, pernah merasakan jabatan menteri agama.
Hendropriyono? Jenderal senior itu memang tak pernah ada berita yang menyebutkan jabatan formalnya di era Jokowi. Namun, Hendro yang juga mertua Andika Perkasa itu mempunyai akses bertemu langsung Jokowi. Beberapa kali bertamu ke istana hanya untuk berdiskusi.
Yang dikenal sebagai pejabat di sekitar Jokowi adalah anak Hendro. Yakni, Diaz Hendropriyono yang menjabat staf khusus presiden. Andika, menantu Hendro, saat bintang dua juga pernah menjadi komandan Paspampres.
Andai bukan Jokowi alias Prabowo yang menang dulu, tentu cerita akan lain. Tentu yang mendapat tempat adalah orang kepercayaan Prabowo seperti mantan Panglima TNI Jenderal Joko Santoso (ketua tim sukses Prabowo), Jenderal Suryo Prabowo, dan Jendral Gatot Nurmantyo.
Sekarang pun para jenderal yang bersikap mendukung calon tertentu saling berhadapan. Kalau nanti Ganjar yang menang, tentu Andika Perkasa, T.B. Hasanuddin, dan jenderal yang mendukungnya akan mendapat tempat.
Begitu juga kalau Anies yang menang, sudah selayaknya jenderal yang ikut mendukungnya seperti Ediwan Prabowo dan M. Syaugi akan mendapat apresiasi.
Kalau menang, Prabowo Subianto tentu juga akan memberikan penghargaan buat jenderal yang berada di sekitarnya seperti Sjafrie Sjamsoeddin.
Memberikan apresiasi kepada mereka yang mendukung adalah hal lumrah. Sebab, mereka ikut berjuang. Mereka sudah berkeringat.
Istilah politiknya, mendapat ”dividen” politik. Tinggal kubu siapa yang menang. (*)
l
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: