Surabaya Cross Culture International Folk Art Festival (2): Citraland Superfest Diramaikan Persembahan dari Korea Selatan dengan Gimpo Nongak

Surabaya Cross Culture International Folk Art Festival (2): Citraland Superfest Diramaikan Persembahan dari Korea Selatan dengan Gimpo Nongak

Pertunjukan Gimpo Nongak dari Korea Selatan. Dulu fungsinya ditarikan ketika musim panen. -Julian Romadhon-

Mereka mengapresiasi acara itu. “Kami gembira bertemu dengan orang-orang dari berbagai negara. Untuk pertunjukan, satu sama lain memang berbeda. Tapi secara bunyi dan gerak, ada kesamaan. Luar biasa,” ujar Yun Jiah, member kelompok Korea Selatan.

Dari dalam negeri, terdapat penampil asal Banjarmasin. Mereka menyuguhkan tarian Baaruh Ganal. Para penari mengenakan pakaian tradisi, serta ikat kepala dengan hiasan daun kelapa. Beberapa penari menari di atas panggung sembari membawa rangkaian tanaman padi. Sedangkan beberapa lagi beraksi di bawah panggung. Mereka memegang lampu api yang menyala.
Penari Baaruh Ganal dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan, menyemburkan api menggunakan bubuk damar. -Julian Romadhon-

Seorang dari mereka menaburkan bubuk ke arah api. Lantas tersemburlah api itu. Menghasilkan visual artistik yang apik. “Serbuk untuk menyemburkan api itu namanya serbuk damar. Biasanya digunakan untuk pemoles perahu,” ungkap Nada Salsabila, salah seorang penari.

Tari Baaruh Ganal merupakan tari pergaulan masyarakat Dayak di pedalaman Kalimantan Selatan. “Tari ritus sebagai ucapan syukur atas panen yang melimpah,” ungkap perempuan 22 tahun itu. “Selain itu, sebagai doa, agar panen pada tahun berikutnya melimpah pula,” sahut Syaidatul Fitria, rekannya.

Bagian paling sulit dalam tarian tersebut adalah menerka arah angin. “Kami harus merasakan arah anginnya. Sehingga bisa bergerak ke arah yang tepat, untuk melempar bubuk damar. Jika salah, bisa kena kita sendiri,” ungkapnya.
Tari dari India: Ghoomar, yakni tarian asal Rajasthan yang berfungsi sebagai pemujaan untuk Dewi Saraswati.-Sahirol Layeli-

Para penari dari India, menyajikan tari tradisional Ghoomar, asal Rajasthan. Tarian untuk memuja Dewi Saraswati. Dipadukan dengan Punjabi, lagu dan tarian yang rancak. Penari perempuan mengenakan busana khas India. Sedangkan para lelaki duduk sembari bernyanyi. “Lagu Punjabi berkisah tentang cinta, patriotisme, kekuatan dan selebrasi,” ujar Ravish Jain, direktur kelompok bernama Shivaaradhya itu.

Para penampil lain pun tak kalah menarik. Dari Uzbekistan, misalnya, mereka menyajikan musik-tarian berjudul Nurafshon, seperti nama grup mereka.  Berbeda dalam kebersamaan. Citraland Superfest menunjukkan bahwa keberagaman dunia sangat indah. Melalui seni dan budaya, semua dapat bersatu. (Guruh Dimas N)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: