Bayi Rangkuti Memang Tertukar
Ilustrasi bayi tertukar di Bogor. Bayi Rangkuti Galuh memang tertukar.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Gregg Djako: ”Pihak RS Sentosa bertindak tegas terhadap pegawai yang lalai dalam kasus ini.”
Diungkap di penyidikan polisi, kronologinya begini: Senin, 18 Juli 2022, di RS Sentosa lahir puluhan bayi. Tapi, cuma ada dua bayi lelaki. Anak Siti dan Dian. Lahir selisih jam.
Entah bagaimana (belum terungkap detail), paramedis membuat label yang diikatkan di kaki bayi, dua label dengan nama ibu yang sama: ”Ny Dian”. Mungkin, itu dibuat dua petugas berbeda. Lalu, diikatkan pada kaki dua bayi tersebut.
Mestinya, label sama itu bisa segera terbaca, baik oleh perawat maupun ortu para bayi. Kenyataannya, itu tak dibaca para perawat dan ibu bayi. Sampai, bayi masing-masing dibawa pulang para ortu.
Sehari setelah Siti berada di rumah, dua petugas RS Sentosa mendatangi rumah Siti. Minta label itu. Namun, label sudah dilepas Siti, juga belum dibaca. Dan, dicari Siti sekeluarga di rumah, tidak ketemu. Petugas pulang dengan tangan hampa.
Pada 22 Juli 2023 label ditemukan. Siti baru membaca label itu: ”Ny Dian”. Segera dia ke RS Sentosa, mengembalikan label sekaligus protes, kemungkinan bayi tertukar. Tapi, pihak RS bersikukuh, bayi tidak tertukar. Cuma labelnya yang tertukar.
Siti memberi nama bayi itu Muhammad Rangkuti Galuh. ”Dapat nama dari mimpi,” ujar Siti kepada kuasa hukumnya, Rusdi Ridho.
Kendati, hari demi hari Siti merasa bahwa itu bukan anaknyi. Mei 2023 Siti makin yakin bahwa itu bukan bayinya. Maka, dia protes lagi ke RS Sentoso. Lalu, dilakukan tes DNA di laboratorium di Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Terbukti: Tidak identik. Artinya, Rangkuti Galuh bukan anak biologis Siti.
Siti tidak terima. ”Saya sayangi Rangkuti seperti anak sendiri. Ia gesit. Umur 8 bulan sudah bisa jalan secara bener. Tapi, setiap malam saya selalu tidak bisa tidur, memikirkan, di mana anak saya malam ini berada?”
Ini problem luar biasa. Mungkin, biasa bagi orang lain, tapi tidak buat Siti. Pastinya, juga sangat berat bagi Ny Dian.
Kendati berat bagi mereka, lebih baik bayi ditukar segera. Daripada berlarut.
Di Jepang, bayi tertukar baru diketahui setelah dua bayi lelaki sama-sama tua, usia 60 tahun. Nasib mereka bagai bumi dan langit.
Krishnadev Calamur dalam bukunya yang bertajuk Japanese ”Prince” Switched at Birth Was Raised A Pauper (2013) mengisahkan bayi tertukar sampai sama-sama menua. Kisah nyata itu juga diceritakan Calamur di radio Amerika Serikat, National Public Radio (NPR), yang dipublikasikan 29 November 2013.
Nama para pelaku dirahasiakan. Itu sesuai permintaan yang bersangkutan. Katakanlah bayi A dan B. Mereka lahir di Rumah Sakit San-Ikukai, Tokyo, Jepang, 14 Maret 1953. Di bangsal yang sama, bernama Bangsal Sumida. A lahir 13 menit lebih dulu daripada B.
Zaman itu di Jepang semua wanita yang melahirkan dibius (anestesi) total. Mereka baru sadar beberapa jam setelah persalinan. Akibatnya, para ibu itu tidak melihat langsung saat bayi mereka baru keluar rahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: