Tukar Bayi, Enam Bulan Jadi Sebulan

Tukar Bayi, Enam Bulan Jadi Sebulan

Ilustrasi bayi tertukar. Pertukaran akan dilakukan yang sebelumnya diputuskan setelah enam bulan jadi sebulan saja.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Bayi tertukar di Bogor sudah sah (tertukar). Tapi, proses tukarnya rumit. Polres Bogor dan Kementerian PPPA menetapkan eksekusi enam bulan. Terlalu lama. Akibatnya, para ibu pemilik bayi memotong waktu, jadi sebulan. Polres Bogor pun sepakat.

TIDAK pengalaman membuat para pihak, termasuk Polres Bogor, gamang menangani kasus ini. Bahkan, ini hal baru bagi Indonesia. 

Memang pernah terjadi. Perkara bayi tertukar Dewi dan Cipluk yang lahir Sabtu, 28 Maret 1987, di Puskesmas Cilandak, Jakarta Selatan. Tapi, yang menyelesaikan bukan polisi, melainkan langsung pengadilan.

Dengan demikian, penyelesaian kasus Bogor membuat pihak polres dan Kementerian PPPA ragu menentukan waktu pertukaran. Ini kasus pertama. Seumpama bayi langsung ditukar pada Jumat malam, 25 Agustus 2023, ketika kesepakatan diteken, mungkin dinilai terlalu cepat. Akhirnya ditentukan enam bulan.

BACA JUGA:Dag-dig-dug Tunggu Pertukaran Bayi

Menanggapi itu, Siti dan Dian sebagai ibu para bayi tertukar kemudian membuat kesepakatan sendiri. Mereka sepakat pertukaran dilaksanakan 25 September 2023. 

Selama tenggang sebulan itu, mereka sepakat saling mengunjungi secara rutin. Agar dua bayi lelaki mereka saling mengenal ibu biologis mereka.

Rusdy Ridho, kuasa hukum Siti, kepada wartawan mengatakan, ”Para pihak sudah sepakat, sebulan. Tidak pakai lama. Semakin cepat semakin baik.”

Jangankan manusia. Anak burung pun bisa mengenali suara induknya. Begitu juga sebaliknya. Dengan demikian, tidak mungkin tertukar anak.

Pakar unggas, Mark Hauber, dari University of Illinois, Amerika Serikat, menulis hasil risetnya kepada IFL Science, berjudul Zenk protein regulation by song in the brain of songbirds, soal insting ibu.

BACA JUGA:Bayi Rangkuti Memang Tertukar

Anak burung ketika masih di dalam telur sudah bisa mendengar suara kicau burung di luar telur. Dan, anak burung (dalam telur) lebih suka mendengar kicauan burung dari jenisnya.

Misalnya, anak burung lovebird di dalam telur suka mendengar kicau jantan lovebird di luar telur. Mereka tidak suka kicau burung dari lain jenis. Misalnya, anak lovebird (di dalam telur) tidak suka mendengar kicau ketilang.

Hauber meneliti itu dengan menggunakan alat khusus pemantau bayi burung di dalam telur. Semacam teropong. Dari situ terpantau juga bagian otak burung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: