Chinese Valentine Day Terinspirasi Kisah Niulang-Zhinu
Ibadah Qixi dalam rangka merayakan Chinese Valentine Day. Konon, perayaan Qixi tercipta berdasarkan legenda Niulang-Zhinu yang mirip kisah Jaka Tarub.-Julian Romadhon-
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Umat Buddha yang tergabung dalam Cetiya Buddha Dhamma Sangha Lotus menggelar perayaan Qixi.
Perayaan dilaksanakan pada 23 Agustus 2023 atau dalam kalender Imlek jatuh pada tanggal 7 bulan 7.
Hari itu adalah hari yang sakral. Hari Kasih Sayang bagi warga Tionghoa. Lestari selama berabad-abad.
Peringatan itu didasarkan pada kisah seorang pemuda penggembala sapi dan seorang bidadari penenun langit.
BACA JUGA:Ibadah Ulang Tahun Yao Chi Jin Mu Perkumpulan Cetiya Buddha Dhamma Sangha Lotus
BACA JUGA:Buddhayana Cultural Expo di Pakuwon Mall Surabaya, Pamerkan Benda Suci dari Tiga Tradisi Besar
Dalam ibadah Qixi yang berlangsung di gedung Cetiya Buddha Dhamma Lotus di Pandegiling, Purwohadi Kahar, salah seorang pemimpin ibadah, menjabarkan cerita tersebut.
"Kisah cinta yang terjadi antara Niulang, penggembala sapi, dan Zhinu, gadis penenun. Tradisi Tionghoa menyebut kisah itu dengan tajuk Niulang-Zhinu," jelasnya. Niulang merupakan lambang dari bintang altair. Sedangkan Zhinu adalah simbol bintang Vega.
Kisah Niulang-Zhinu memiliki kemiripan dengan legenda Jaka Tarub, cerita rakyat Nusantara.
Alkisah, Dewi Zhinu turun ke bumi, mengajak enam saudarinya mandi di sungai. Ketika sedang bercanda di tepi sungai, Niulang mengintip mereka.
Kemudian, Niulang menyembunyikan pakaian tujuh bidadari itu. Saat tahu pakaian mereka hilang, enam saudari itu menyuruh si bungsu Zhinu untuk mencarinya.
"Zhinu menemukan pakaiannya, juga pakaian enam saudarinya yang dibawa oleh Niulang," tuturnya.
BACA JUGA:Menyiram Rupang Buddha Kecil sebagai Lambang Pembersihan Diri dan Kesucian Batin
BACA JUGA:Patung Buddha Mudra Vitarka di Tunjungan Plaza 3 Ini Catat Rekor MURI
Tradisi silam sangat tegas. Jika dua orang bertemu dan salah satunya dalam keadaan telanjang, mereka akan dinikahkan.
Namun, dalam pertemuan itu, keduanya telah saling jatuh cinta. Niulang dan Zhinu pun menikah tanpa sepengetahuan para dewa.
Dewi kahyangan marah setelah mengetahui Zhinu menikah dengan manusia biasa. Dia melepaskan jepit rambutnyi, mencakar angkasa.
Dari cakaran itu, terbentuklah Bima Sakti yang memisahkan bintang Altair dan Vega.
Niulang tinggal di bintang Altair dan menjaga dua anaknya. Dua anak itu merupakan simbol bintang β dan γ Aquilae yang mengapit Altair.
Sedangkan Zhinu ada di bintang Vega. Mereka tak bisa bertemu dan saling rindu.
Peristiwa perpisahan sepasang suami istri itu mendapat simpati dari kahyangan.
"Setiap setahun sekali, pada tanggal 7 bulan 7 Imlek, burung murai akan terbang ke kahyangan. Membentuk jembatan murai atau que qiao. Demi menyatukan keduanya," ungkapnya.
Dengan jembatan yang terbentuk setahun sekali itu, Niulang dan Zhinu dapat saling bertemu. Memadu kasih, melepas kerinduan.
BACA JUGA:Hari Qixi, Mercy dan BMW Kasmaran
Visual mirip jembatan tersebut selalu tampak pada hari itu, di atas bintang Deneb pada rasi Cygnus.
"Maka, setiap tanggal 7 bulan 7 Imlek, kita memperingati hari Qixi atau Hari Kasih Sayang. Hari cinta bagi seluruh penduduk bumi," pungkasnya.
Mitologi Niulang-Zhinu telah lestari selama 2 ribu tahun. Disebut pula sebagai Chinese Valentine Day.
Pada era modern, kaum muda pada hari itu saling mengekspresikan rasa sayang mereka. Misalnya, memberikan cokelat yang merupakan pengaruh dari budaya Barat.
Mereka pun melakukan ibadah Qixi seperti yang dilakukan umat Cetiya Buddha Dhamma Sangha Lotus.
Perayaan itu merupakan bentuk pelestarian tradisi yang telah mengakar dalam benak warga Tionghoa selama ribuan tahun. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: