Hal-Hal ini Bikin One Piece Sukses Saat Proyek Live Action Netflix Lainnya Gagal
Janji di tong kru topi jerami adalah salah satu adegan paling emosional di One Piece Live Action-Netflix-www.hitc.com
HARIAN DISWAY - Pada 31 Agustus lalu, One Piece Live Action rilis di Netflix. Nakama dari seluruh dunia menanti dengan harap-harap cemas.
Maklum, seri adaptasi anime sebelumnya yakni Cowboy Bebop yang diadaptasi Netflix gagal total.
Tapi kekhawatiran itu tampaknya sirna setelah rampungnya penayangan total 8 episode dalam season 1.
Sebelum Bebop, tidak terhitung sudah proyek live action yang gagal mendapatkan hati para fans. Baik di Netflix, maupun di platform streaming lainnya. Sebut saja Attack on Titan, Dragonball Evolution, Death Note atau Ghost in the Shell yang anime-nya keren namun jadi melempem saat diadaptasi ke live action.
Tapi Netflix One Piece Live Action mendapatkan sambutan positif dari fans. Mencatatkan rekor 18 juta penonton pada empat hari pertama. Sekaligus mematahkan "kutukan live action" Netflix yang selalu gagal.
Berikut ini beberapa hal yang bikin One Piece Live Action berhasil menurut tim Harian Disway:
1. Keterlibatan Oda Sensei
Ternyata memang benar bahwa supervisi dari pencipta karya asli sangat berdampak pada hasil. Eiichiro Oda atau akrab dipanggil Oda Sensei adalah satu-satunya mangaka yang mengawasi jalannya produksi dari adaptasi manga ke Live Action ini.
Sehingga inti kisah yang ada dalam One Piece tidak akan hilang. Keterlibatan intens Oda Sensei dalam produksi dan berbagai keputusan kreatif dinilai menjadi salah satu faktor kesuksesan adaptasi bajak laut topi jerami ini.
BACA JUGA:Review One Piece Live Action Episode 1: Memulai Pencarian Peta Laut Dunia
2. Banyak Perubahan Alur Cerita, Tapi Tidak Mengubah Inti dan Tema dari One Piece
Pertemuan Luffy, Zoro dan Nami di Romance Dawn adalah salah satu penyesuaian cerita-Casey Crafford | Netflix-xuzzu.afphila.com
Nah, hal ini yang paling sering dikhawatirkan oleh fans One Piece di seluruh dunia. Kekhawatiran ini didasarkan pada banyaknya serial adaptasi yang gagal "memindahkan" dunia yang ada dalam anime maupun manga nya ke dunia nyata.
Wajar bila banyak fans yang skeptis akan alur yang dibawakan oleh One Piece Live Action ini.
Namun, jika sudah melihat seluruh episode penonton harusnya memaklumi perubahan yang ada di ceritanya, tim produksi One Piece Live Action memiliki tugas untuk memadatkan kisah 100 episode lebih menjadi 8 episode saja.
Tentunya bukan perkara yang mudah untuk meringkas 100 episode menjadi 8 episode dengan durasi 8 jam.
Maka sangat wajar jika ada beberapa adegan yang harus dikorbankan. Misal saja Don Krieg yang seharusnya menjadi villain utama di Alabasta, harus diubah menjadi karakter pelengkap yang diburu oleh Mihawk.
Namun, hal ini tidak berdampak karena tidak mengubah inti dari arc fishman pirates, yang memang intinya adalah menumpas si Arlong.
Malahan, karena perubahan tersebut, karakter bajak laut Arlong bisa dieksplorasi dan diperkenalkan secara mendalam.
Ini tidak akan bisa dicapai bila tim produksi atau Oda Sensei kekeuh dengan pendirian untuk memasukan Don Krieg sebagai salah satu villain.
Contoh lain adalah percepatan pertemuan antara Luffy, Zoro dan Nami di Romance Dawn. Percepatan tersebut merupakan keputusan yang tepat.
Karena saat melihat ketiga karakter ini bertemu, maka kemunculan dan kemistri ketiga karakter ikonik tersebut bisa segera dirasakan.
Perubahan-perubahan alur cerita ini menjadikan One Piece Live Action bisa ditonton tidak hanya oleh fans berat yang sudah lama mengikuti anime nya. Tapi juga penonton umum yang masih awam.
Meskipun begitu, para Nakama masih tetap bisa merasakan semangat inti dari One Piece, terlepas dari penyesuaian cerita dari serial adaptasi ini.
BACA JUGA:Ikut Fan Screening One Piece Live Action di Amerika, Penonton Tak Sadar Ada Eiichiro Oda
3. Artistik dan Sinematografi yang Jempolan
Tampilan Buggy di Live Action sangat mirip dengan versi animenya-Netflix-www.dexerto.com
Budget sebesar Rp. 270 miliar per episode tidak disia-siakan oleh tim produksi. Terlihat jelas dedikasi Live Action ini pada kostum, palet warna, gradient, setting, property sampai make up artistik dibuat seotentik mungkin dengan yang ada di anime maupun manga nya.
Meski kostum Luffy dan krunya berganti-ganti hampir di setiap episode, vibe yang dibawakan kostum tersebut masih kental terasa.
Misal saja ketika Luffy ke desa sirup untuk mencari kapal, baju yang dipakai Luffy mirip dengan baju Luffy saat di arc Dressrosa.
Apalagi villain-villain nya, sangat sesuai dengan animenya, tapi tetap terasa realistis. Yang paling juara adalah kostum si Buggy.
Cat pada wajah, warna bajunya hingga hidung tomatnya akan langsung mengingatkan para nakama dengan pertemuan pertama mereka dengan si badut.
Ditambah dengan sinematografi yang berkelas semakin membangun nuansa dalam setiap adegan yang ada di One Piece Live Action ini.
Urusan villain ini memang tim produksi Netflix sudah sangat berpengalaman untuk membuat seri yang bagus seperti Stranger Things.
BACA JUGA:Trailer Baru One Piece Live Action: Dubbing Versi Jepang Diisi Pengisi Suara Asli Dari Anime
4. Aktor dan Aktris yang Sangat Berdedikasi
Janji di tong kru topi jerami adalah salah satu adegan paling emosional di One Piece Live Action-Netflix-www.hitc.com
Ini juga faktor yang sangat menentukan. Apalah daya artistik kelas dunia kalau aktor dan aktrisnya dalam performa yang kurang prima? Nol besar. Nah, kita patut mengacungi jempol terkait kemampuan akting mereka.
Tanpa dedikasi yang kuat, semangat One Piece tidak akan sampai ke hati para penonton. Mungkin beberapa dari kita akan cukup terenyuh atau bahkan terharu saat menonton adegan ikonik pada arc fishman pirates.
Apalagi pemeran-pemeran tersebut langsung ditunjuk oleh sang mangaka: Oda Sensei. Serta kebanyakan pemeran di serial ini merupakan fans One Piece. Sehingga mereka sangat berdedikasi saat memainkan peran karakter-karakter One Piece.
Yang paling terasa bersinar adalah Inaki Godoy sang pemeran Monkey D Luffy. Ada beberapa momen penonton akan melihat Inaki adalah Luffy itu sendiri. Membuat perasaan nostalgia sangat kental bagi penonton.
Selain itu ada Emily Rudd yang berperan sebagai Nami. Secara performa Emily sangat bagus ketika memerankan si kucing pencuri ini.
Ia berhasil membuat Nami jauh terasa humanis dengan kemampuan beraktingnya. Kesan cuek tapi peduli sangat bisa dirasakan ketika melihat beberapa adegan dari Nami.
BACA JUGA:7 Fakta Seru Pemeran Zoro di Live Action One Piece, Nomor Tujuh Bikin Patah Hati
Kesimpulan
Serial One Piece Live Action yang tersukses yang pernah digarap Netflix. Saat menonton serial ini, kita sebagai penonton tidak akan merasakan bahwa serial ini dibuat atas nama uang dan keuntungan semata tanpa memperhatikan orisinalitas dari sumber adaptasinya.
Semangat dari pengembaraan kru topi jerami sangat terasa dari awal hingga akhir season pertama. Cocok untuk penonton awam dan tetap memanjakan untuk pengikut setia One Piece.
Karena kesuksesan ini pula, para penonton dan fans Nakama belum-belum sudah bertanya-tanya, kapan season 2 nya tayang? (Dave Yehosua Tiranda Bongga)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: